Pendahuluan
Publikasi ilmiah merupakan indikator kinerja utama akademisi. Publikasi ilmiah yang dimaksud di sini adalah, penerbitan paper hasil penelitian pada jurnal nasional atau internasional secara on-line atau berbasis OJS (open journal system). Namun, publikasi ilmiah dapat saja terkendala oleh faktor korespondensi yang berakibat macetnya capaian indikator kinerja utama tadi.
Korespondesi sendiri adalah proses keterhubungan antara penulis paper dan penerbit jurnal, yang dalam sistem OJS, seluruhnya dilaksanakan secara on-line sesuai ketentuan sistem manajemen jurnal. Dengan perkataan lain, sistem OJS tidak melayani komunikasi di luar sistem, dan seluruh korespondensi harus berlangsung di dalam dan/atau sesuai sistem.
Oleh karena itu, publikasi ilmiah sangat membutuhkan peran koresponden. Secara teknis, penulis paper dapat terdiri atas penulis pertama atau penulis utama, penulis pendamping, dan penulis koresponden (corresponding author). Penulis pertama atau penulis utama adalah penulis yang dicantumkan pada urutan pertama pada sebuah paper, atau penulis yang memiliki kontribusi paling besar dalam sebuah paper, atau penulis yang mempunyai komitment paling kuat untuk publikasi ilmiah. Penulis pendamping ialah pembimbing seperti dalam penulisan karya ilmiah skripsi, tesis, atau disertasi. Sedangkan penulis korespondensi, yaitu penulis yang bertanggungjawab atas semua korespondensi serta perbaikan artikel. Atau penulis yang bertanggungjawab atas isi dan legalitas pengiriman artikel. The corresponding author is the contact author responsible for the manuscript as it moves through the submission process. Secara teknis, adanya penulis korespondensi pada sebuh paper mengindikasikan pembagian tugas secara proporsional dan profesional.
Pembahasan
Penulis korespondesi dalam publikasi ilmiah mempunyai beberapa tugas. Pertama, sumbit (pengiriman) paper. Pengiriman paper diawali oleh beberapa aktivitas. Mula-mula petugas koresponden menelusuri jurnal sasaran yang sesuai dengan scope (cakupan) bidang ilmu materi paper, mengindentifikasi klasifikasi jurnal apakah jurnal nasional ataukah jurnal internasional, index jurnal terakreditasi atau bereputasi global, impact factor jurnal tinggi, sedang atau rendah. Selebihnya, mengakses dan mempelajari ketentuan umum, gaya selingkung, dead line, dan lain-lain. Setelah semua ketentuan itu diapahami bersama oleh anggota penulis dan telah siap bahan untuk dikirimkan baru petugas koresponden melalukan submit. Terkadang pada tahap awal bukan pengiriman paper secara utuh, melainkan hanya abstrak sambil menunggu balasan dari pihak pengelola jurnal.
Kedua, penyelesaian revisi dan pengirimannya. Agaknya, tidak ada pengiriman paper yang tidak ada revisi terlepas minor, mayor atau bahkan rejected (tertolak). Daripada itu, revisi paper pada sistem OJS hanya dilaksanakan sesuai sistem itu. Penulis korespondensi bertugas melakukan revisi bila revisi tersebut hanya minor saja yang terkait aspek teknis terkait penulisan. Kecuali itu, bila revisi mayor maka harus diselesaikan bersama anggota penulis melalui peer group. Lebih dari itu, bila paper ditolak oleh penerbit jurnal, maka petugas korespondensi harus mencari alternatif sasaran jurnal lain yang impact factor jurnal tersebut tidak lebih tinggi dibandingkan sasaran jurnal pertama. Seiring waktu, ada kalanya revisi tidak cukup satu kali saja, tetapi terkadang revisi berlangsung hingga dua sampai tiga kali.
Ketiga, finalisasi dan korespondensi lainnya. Korespondensi bersama pengelola jurnal harus dapat memastikan segala urusan telah tuntas. Sebab, ada kalanya di samping menyangkut ketentuan umum, terkadang ada pula kasus-kasus spesifik. Misalnya, pihak penerbit memberikan penawaran untuk mengalihkan ke jurnal lain yang masih dalam rumpun penerbitannya karena suatu alasan. Ada kalanya juga pihak penerbit menawarkan alih bahasa dengan tujuan agar penulisan sesuai dengan gaya bahasa yang menjadi kebiasaan pada jurnal tersebut. Oleh karena itu, penulis korespondensi harus ditandai dengan tanda asterisk diikuti kurung tutup “*)”. Di bagian bawah kolom kiri halaman pertama/abstrak harus dituliskan tanda penulis korespondensi dan dituliskan pula alamat emailnya. Komunikasi tentang keputusan akhir hanya akan dikomunikasikan melalui email penulis korespondensi.
Kesimpulan
Sebuah rencana publikasi ilmiah hasil penelitian tanpa komposisi penulis yang secara khusus memegang tugas korespondesi dapat mengakibatkan gagalnya publikasi tersebut sehingga penunjukan dan penugasan penulis korespondensi mutlak adanya.[]
Daftar Pustaka
Tim Penyusun. Pedoman Publikasi Ilmiah. Jakarta: Ristekdikti, 2017.
Tim Penyusun. Panduan Publikasi Ilmiah. Bandung: Puslitpen UIN SGD Bandung, 2017
Nasihuddin, Wahid; Dwi Ridho Aulianto. Pengelolaan Terbitan Berkala Ilmiah Sesuai Ketentuan Akreditasi: Upaya Menuju Jurnal Terakreditasi dan Bereputasi Internasional. Jurnal Pustakawan Indonesia, Vol, 15, 2016, 83-98.
Wahyudin Darmalaksana, Pusat Penelitian dan Penerbitan, UIN Sunan Gunung Djati Bandung