UINSGD.AC.ID (Humas) –Kita berkumpul hari ini untuk memancarkan kembali kecemerlangan intelektual Islam Melayu. Di atas hamparan permadani yang ditenun dari benang kebijaksanaan Al-Quran dan kekayaan budaya Melayu, tradisi intelektual seperti ini telah menjadi mercusuar selama berabad-abad.
Perkumpulan intelektual Nusantara seperti ini merupakan bukti kecerdikan pikiran Melayu bahwa kita mampu mengintegrasikan ajaran Islam yang mendalam ke dalam pandangan dunia kita. Hasilnya adalah wacana intelektual yang unik, sebuah sintesa yang mempersatukan kekayaan Islam dan budaya Melayu. Para cendekiawan Islam Melayu mendalami Al-Quran dan Hadits, sekaligus mengambil inspirasi dari kearifan lokal, sejarah dunia, dan filsafat manusia.
Dari kota pelabuhan Malaka dan Aceh yang ramai, gejolak intelektual telah tumbuh subur. Para ulama sudah terlibat dalam diskusi dan pengajian, menulis komentar terhadap teks-teks Islam, dan menghasilkan karya orisinal yang menjawab tantangan zaman mereka. Mereka menjelajahi beragam disiplin ilmu, termasuk teologi, hukum, filsafat, dan tasawuf.
Salah satu ciri pemikiran Islam Melayu adalah penekanannya pada kasih sayang, toleransi, dan keadilan sosial. Ajaran Islam tentang kasih sayang dan kesetaraan sangat sejalan dengan etos Melayu tentang keharmonisan komunal dan rasa hormat terhadap semua orang. Para sarjana Melayu telah mengembangkan penafsiran hukum Islam yang inovatif untuk memenuhi kebutuhan unik masyarakat mereka, dengan memastikan bahwa agama tetap relevan dan responsif terhadap perubahan zaman. Sementara para sufi di dunia Melayu menghasilkan karya-karya yang sangat indah dan berwawasan spiritual, menginspirasi generasi-generasi para pencari kebenaran dan penuntut ilmu.
Bukti sejarah menggarisbawahi ikatan yang mengakar di antara masyarakat Islam Melayu. Penyebaran Islam ke seluruh wilayah, yang difasilitasi oleh perdagangan dan migrasi, menghasilkan warisan bahasa, budaya, dan agama yang sama. Kesamaan ini memupuk rasa solidaritas dan saling mendukung, sehingga memungkinkan kawasan ini mampu menghadapi berbagai badai tantangan.
Konsep ummah, komunitas Islam global, telah menemukan lahan subur di dunia Melayu. Di luar implikasi teologisnya, hal ini juga terwujud dalam bentuk kerja sama yang konkret. Misalnya, pertukaran cendekiawan, pelajar, dan kalangan bisnis telah memfasilitasi penyebaran pengetahuan dan praktik yang terbaik (best practices). Kemitraan ekonomi, khususnya dalam kegiatan perdagangan dan maritim, telah berkembang di bawah payung persaudaraan ini.
Namun tantangan globalisasi, modernisasi, dan fragmentasi politik telah memberi tekanan pada ikatan ini. Maraknya politik identitas, ditambah dengan kesenjangan ekonomi, telah menciptakan kompetisi, bahkan perpecahan. Terlebih lagi, momok ekstremisme, baik agama maupun sekuler, seringkali mengancam akan mengikis fondasi kepercayaan dan kerja sama.
Untuk mempertahankan dan memperkuat persaudaraan Islam Melayu regional, diperlukan pendekatan multi-sektoral. Pertama, kita harus berinvestasi dalam program pendidikan dan pertukaran budaya untuk menumbuhkan pemahaman bersama tentang sejarah, agama, dan nilai-nilai. Kedua, inisiatif kerja sama ekonomi harus diprioritaskan untuk menciptakan manfaat nyata bagi masyarakat di Kawasan Asia Tenggara. Ketiga, organisasi masyarakat sipil harus diberdayakan untuk berperan dalam mendorong kemandirian dan kemajuan.
Penting untuk ditekankan bahwa persaudaraan ini bukan tentang eksklusivitas tetapi inklusivitas. Ini tentang membangun jembatan, bukan tembok. Hal ini juga tentang memanfaatkan kekuatan keberagaman untuk menciptakan wilayah yang lebih harmonis dan sejahtera.
Sebagai salah satu sponsor acara ini, yaitu International Conference on Islam in the Malay World (ICON-IMAD), UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Indonesia, selalu siap untuk melestarikan tradisi kerjasama regional yang sudah bagus ini. Hal ini pun dapat dilanjutkan dengan berbagai bidang yang berkaitan dengan dharma (ihsan) perguruan tinggi bagi masyarakat, seperti pengabdian kepada masyarakat, penyebaran inovasi, dan raihan prestasi lainnya.
Kesimpulannya, persaudaraan Islam Melayu daerah merupakan aset berharga yang harus dijaga dan dipupuk. Ini adalah landasan di mana kita dapat membangun masa depan yang bercirikan perdamaian, kemakmuran, dan kemajuan bersama. Dengan bekerja sama, kita dapat memastikan bahwa warisan nenek moyang kita terus menginspirasi dan mempersatukan kita untuk generasi mendatang.
Demikian, semoga acara kita ini lancar dan diberkahi Allah SWT. Terima kasih kepada semuanya, dan mohon maaf apabila kami dari UIN Bandung menyusahkan dan ada kesalahan serta kealfaan.
Rosihon Anwar, Rektor UIN Sunan Gunung Djati Bandung.