Usai sholat magrib, saya mengajak jemaah khalifah tour untuk melingkar iman, mengikat ketaqwaan dan memperkaya wawasan dengan ikut serta mengikuti kajian yang banyak ditemui di Masjid Nabawi. Sebuah kesempatan yang teramat istimewa untuk dilewatkan. Disimpulkan demikian, karena narasumber yang direkomendasi untuk mengisi kajian adalah para cendikiawan dengan ilmu yang mumpuni. Selain itu, materi kajian yang disajikan lazimnya sangat terkait dengan kebutuhan jemaah untuk menyempurnakan ibadah umroh.

Sesuai dengan dugaan, kami mendapatkan pencerahan yang luar biasa. Dalam kesempatan yang teramat singkat itu, sang Narasumber mengajak kami untuk meluruskan visi dan orientasi ibadah umrah untuk meraih rahmat Allah. Dalam narasi yang bernas, jelas, tegas dan clear cut, sembari menguti QS. al-Ahzab [33]:17, rahmat Allah disimpulkan sang narasumber, adalah kasih sayang, pertolongan dan kemenangan yang Allah berikan kepada hambanya yang dikehendaki. Dalam penegasan berikutnya, rahmat Allah mutlak dibuthkan ummat Islam diberbagai penjuru bumi yang kini tengah dilanda gelombang fitnah, ujian dan berbagai kenyataan pahit lainnya.

Sejenak hati ini melayang menatap wajah negeri yang seperti tiada henti dilanda duka. Bencana alam yang terus menyapa berbagai wilayah di penjuru negeri, ditambah bayang-bayang pemberitaan virus corona yang terus menghantui. Belum lagi munculnya delusi keagungan (grandiosedelusion), yakni fenomena bangkitnya para penggagas kerajaan fiktif di nusantara yang memilki klaim kuasa atas jagat raya, telah menambah mozaik wajah ibu pertiwi menjadi pesakitan. Dalam suasana seperti ini, yang dibutuhkan setiap anak negeri adalah rahmat Allah.

Sebagai mana petunjuk Al-Qur’an, rahmat Allah hanya akan diberikan pada hamba Allah yang dikehendaki. Diantara hamba yang dikehendaki itu adalah mereka yang istiqomah menjaga kebaikan. Dalam Qs Al-A’raf: 56, Allah menegaskan bahwa rahmat Allah itu sangat dekat dengan orang-orang yang berbuat baik. Perjalan ibadah umrah, pada esensinya adalah perjalan untuk memproduksi dan mereproduksi kebaikan. Dengan begitu, sebagaimana penegasan Allah dalam QS Al-Mulk: 2, ibadah umroh menjadi semacam momentum untuk mengokohkan hakikat hidup yakni menjadi mahluk yang paling baik amalnya.

Diantara wujud kebaikan yang harus dipelihara jemaah umrah adalah tidak merasa diri paling baik. Karena telah melaksanakan ibadah suci di tanah suci, tidak sedikit diantara jemaah umrah yang merasa dirinya paling suci bahkan sering kali terjebak menjadi sok suci. Dalam narasi para ulama ditemui simpulan, bukan orang baik mereka yang merasa dirinya paling baik dan bukan orang suci mereka yang merasa dirinya paling suci.

Karena sikap inilah, jagat dakwah dan langit tabligh di Indonesia kini tengah dipenuhi oleh kabut claim truth, mengklim dirinya dan ajaran yang dibawanya sebagai yang paling benar. Hanya karena perdebaan pemahaman, rekaman video yang saling menghujat antara ustadz yang satu dengan yang lainnya, tumbuh subur laksana cendawan di musim hujan. Apalagi ketika seorang ustadz terpeleset dalam memahami sumber ajaran, yang muncul bukan sekedar video hujatan, tetapi video tantangan untuk duel maut dengan mengedepankan logika kekuatan bukan kekuatan logika tersebar luas dunia maya.

Padahal dalam Surat An-Najm ayat:32 Allah menegaskan, “Janganlah kalian merasa paling suci karena Allah Maha mengetahui siapakah diantara kalian yang paling bertaqwa”. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Rasulullah Saw menegaskan kembali, “Janganlah kalian merasa paling suci, karena Allah Maha Mengetahui siapakah diantara kalian yang ahli dalam kebaikan.

Dalam kepungan sikap merasa paling baik. Bukan kebaikan yang akan dipanen, melainkan kebencian yang akan dituai. Dengan merasa paling baik, bukan kewajiban yang produktif ditunaikan, namun hak yang aktif dipinta. Ketahuilah, tutur Abu Suliman al-Darani, dalam setiap sikap angkuh menuntut hak namun abai dalam menunaikan kewajiban, tak sejengkalpun rahmat Allah akan menghampiri.

Bersyukurlah atas anugerah bisa ibadah umroh di tanah suci dengan tidak merasa paling suci, agar rahmat Allah, yakni; kasih sayang, kemenangan dan pertolongan Allah menghampiri. Semoga.

Dr. H. Aang Ridwan, M.Ag, Pembimbing Haji Plus dan Umroh Khalifah Tour dan Dosen FDK UIN Bandung.

Sumber, Harian Pikiran Rakyat edisi selasa 11 Februari 2020

WhatsApp
Facebook
Telegram
Print
Twitter

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *