Untuk menjadi pribadi modern dan dewasa dalam menggunakan media sosial diperlukan adanya upaya komunikasi secara beradab. Bagi umat Muslim, yang kini sedang beribadah di bukan suci Ramadan, berkomunikasi secara beradab atau berkeadaban ( civilized) itu seyogianya mengacu pada “uswah hasanah” yang tecermin dalam pribadi Rasulullah SAW.

Orangtua, guru/dosen, tokoh agama, tokoh masyarakat, dan tokoh politik adalah para figur panutan dalam berkomunikasi baik langsung maupun via medsos. Oleh karena itu, mereka harus menunjukkan teladan yang baik sebagaimana yang di-uswah-kan oleh Nabi Muhammad SAW ketika beliau berkomunikasi.

Di antara contoh-contoh uswah Nabi adalah kejujuran ( honesty) dan transparansinya dalam berkomunikasi. Selain jujur dan transparan, beliau juga cermat, logis dan kritis. Beliau tidak pernah “asal ngomong” apa lagi menyebarkan omongan yang berisi fitnah dan kebencian ( hate speech). Beliau juga bukan panutan yang “omdo” (omong doang). Apa pun yang beliau ajarkan, termasuk cara berkomunikasi, selalu diikuti dengan praktik yang tidak hanya logis dan kritis tetapi juga terbuka. Dengan demikian, para sahabatnya (yang notabene umatnya juga) dapat memahami dan menirunya dengan mudah. Lalu, mereka menyebarkan uswah mu’amalah tersebut kepada keluarga, sanak saudara, dan orang-orang di sekitar mereka.

Nah, sambil beribadah di bulan Ramadan marilah kita bermuhasabah dalam berkomunikasi baik secara on-line maupun off-line dengan menjawab sendiri soal-soal berikut ini!
1) Sudahkah kita bersikap amanah (jujur dan transparan) dalam berkomunikasi termasuk dalam menyebutkan nama asli penulis wacana atau info dan URL link sahih yang mempublikasikannya?
2) Sudahkah kita cermat, kritis dan logis dalam merespons wacana atau info dari dunia medsos?
3) Sudahkah kita menolak/menjauhi hoax (info dusta/palsu) terutama yang berisi fitnah, ghibah (gunjingan), dan ujaran kebencian?
4) Sudahkah kita menjauhi “omdo” dengan cara merealisasikan sendiri ajakan kebaikan yang telah disampaikan kepada orang lain?

Sesungguhnya, masih panjang daftar soal komunikasi gaya Rasulullah SAW sebagai uswah hasanah kita. Namun, kalau empat soal di muka sudah terjawab dengan positif, maka insya Allah adab berkomunikasi terutama selama bulan suci ini dapat kita penuhi. Alasannya? Secara psikologis, empat perkara tadi cukup untuk melengkapi bangunan frame of thought kita yakni kerangka pemikiran khas yang tertata rapi dalam sistem memori kita. Kerangka psikis ini dapat menjadi sub-sistem dari “sistem nilai diri” yang menuntun kita dalam beraksi dan bereaksi secara cerdas (cermat + sesuai dengan sasaran) termasuk saat kita berkomunikasi via medsos.
Sebagai penutup, saya mengajak Anda semua (juga saya sendiri!) untuk mematuhi ayat dan hadis di bawah ini sebagai bagian penting dari adab berkomunikasi!

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍَ…
“Wahai orang- orang yang beriman! Jika ada orang fasiq (menyimpang dari kebenaran dan kesalehan) datang kepada kalian dengan membawa berita penting, maka tabayyunlah (telitilah dulu) agar kalian tidak menimpakan bahaya kepada suatu kaum dengan menggunakan kebodohan (gara-gara kebodohanmu)…” [Surah al-Hujurât: 6)

َ إِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الْحَدِيثِ وَلَا تَحَسَّسُوا وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا تَنَافَسُوا وَلَا تَحَاسَدُوا وَلَا تَبَاغَضُوا وَلَا تَدَابَرُوا وَكُونُوا عِبَادَ اللَّهِ إِخْوَانًا.
“Jauhilah prasangka, karena prasangka (buruk) adalah ucapan yang paling dusta. Janganlah saling berdesas-desus (menyebarkan rumor kotor), janganlah mencari-cari kesalahan, janganlah saling bersaing (secara tidak sehat), janganlah saling mendengki, janganlah saling memarahi, dan janganlah saling membelakangi (memusuhi)! Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara!” (HR Muslim)

والله أعلم بالصواب

Demikian. Selamat menunaikan ibadah di bulan suci Ramadan! Semoga menyenangkan dan mendapat ridha Tuhan!🙏😁🕌🙏

Antapani, 26/04/20

Catatan:

Muhibbin Syah adalah gubes Pascasarjana UIN Bandung, penulis sejumlah buku, yakni:
Psikologi Pendidikan (kini Cet. ke-23);
Psikologi Belajar (kini Cet. ke-16);
Islamic English (kini Cet. ke-6);
English Grammar (kini Cet. ke-5); dan
Telaah Singkat Perkembangan Peserta Didik (kini Cet. ke-3)

WhatsApp
Facebook
Telegram
Print
Twitter

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *