[www.uinsgd.ac.id] Dalam acara Gathering ini Tahun Akademik 2018/2019 serta tamu2 dari luar Unpad dan ITB KMM Keluarga Mahasiswa Minang (KMM) UIN Sunan Gunung Djati Bandung menggelar acara gathering yang diikuti oleh mahasiswa baru, para pengurus dan tamu kehormatan dari KMM ITB dan Unpad.
“Kegiatan ini kami lakukan di Perpustakaan UIN SGD Bandung pekan lalau,” ungkap Pembina KMM UIN, Muhammad Helmi Kahfi, S.Sos., M.M.Pd, Senin (17/9).
Kegiatan ini, kata Helmi dimaksudakan untuk memperkenalkan mahasiswa baru pada lingkungan barunya di Bandung agar mereka mampu beradaptasi dan menghargai tradisi daerah.
“Di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung. Kami sebagai orang yang merantau harus mempu mengikuti tradisi tempat tingal semantar kami di perantauan. Ini sangat penting sebagis alah satu wujud akhlak bangsa timur. Bukan hanya Minang melainkan juga etnis yang lainya,” ujar Helmi.
Dikatakanya, sukua Minang bukanlah etnis yang ekslusif. hal ini, katanya, tergambar dari tradisi pernikahan yang bersifat eksogami yakni warna Minang dibolehkan menikah dengan suku lainya.
“Kami menjunjung tinggi kebersamaan dalam perbedaa. Kami menjunjung tinggi kebhinekaan. Dalam pandangan kami, tidak etnis yang istimewa karena suku yang istimewa itu yakni suku bansga yang menghargai keberbedaan dan tetap saling menghormati dan saling mencintai sebagai sesma warga NKRI,” tegasnya.
Dikatakan pula, dibentuknya KMM bukanlah untuk menciptakan ekslusivitas, melanikan hanay sebagi upaya menyatuka emosi sesama orang Minang yang ada di perantauan.
“Saya pikir semua etnis pun sama. Ketika berada di perantauan mereka akan membentuk wadah untuk mengikat tali silaturahmi di antara sesam etnis. Hanya untuk membangun silaturahmi dan saling membantu kesulitan di perantauan,” kata Helmi.
Itu sebabnya, lanjut Helmi, KMM setai tahun selalu menginventasisasi anggota0anggota baru. Tujuanya membantu, mempermudah mahasiswa-mahasiswi untuk bersosialisasi dengan lingkungan barunya.
“Gathering ini kami laksanakan selain untuk mengikat rasa cinta sesama orang Minang juga untuk meberi bekal pada orang yang baru mernatau agar pandai beradaptasi dan minitipkan diri,” katanya.
Pertemuan dalam dunia rantau dengan bergagai entis, kata Helmi, akan membuahkan berbagai bentuk hubungan keakraban antaretnis maupun sesama internal etnis. Tak jarang hubungan tersebut berlanjut menjadi intimewa dan melebur dalam hubungan yang lebih dalam. “dalam bahasa Minangkabau disebut dengan istilah badunsanak,” katanya.
Sumber, Galamedia 18 September 2018.