KKM Integrasikan Tridarma PT

[www.uinsgd.ac.id] Kuliah Kerjanyata Mahasiswa akan dilaksanakan dari tanggal 27 Februari-29 Maret 2014 di Kabupaten Purwakarta, Subang, Sumedang dan Cianjur. Segala persiapan untuk membedakan konsep KKN saat lembaga masih IAIN dan setelah menjadi UIN kemudian berubah menjadi KKM atau Kuliah Kerjanyata Mahasiswa telah jauh-jauh hari dilakukan. Selasa (11/02/2014) Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) sebagai institusi yang berwenang menyelenggarakan KKM menyelenggarakan Lokakarya Pelaksanaan KKM tahun 2014.

Diselenggarakan di Hotel Puri Khatulistiwa, pimpinan setiap fakultas diundang untuk merumuskan pedoman pelaksanaan KKM agar sesuai dengan kompetensi masing-masing fakultas. Untuk sosialisasi kebijakan dan teknis KKM, sebelum meminta masukan dan gagasan dari para Dekan, Para Ketua Jurusan dari setiap fakultas dihadirkan.

“Semoga Kegiatan ini menjadi bagian dari ibadah karena telah melakukan pemikiran-pemikiran yang sesuai dengan hadits,”harap Dr. Syukriadi Sambas saat melaporkan kegiatannya kepada Rektor UIN.

Maksud dan tujuan lokakarya tersebut, menurut Syukri, adalah untuk menghimpun  berbagai pendapat dan masukan dari jurusan dan prodi. Hasil masukan tersebut akan menjadi pedoman KKM yang akan dususun oleh LP2M.

Rektor, Prof. Dr. H. Deddy Ismatullah, SH., M.Hum menegaskan bahwa KKM yang diselenggarakan oleh Universitas (UIN) harus memiliki nilai tambah kepada 3 lembaga, yaitu UIN, masyarakat dan pemerintah. Nilai tambah tersebut berkaitan dengan akselerasi Indeks Prestasi Manusia.

“IPM yang dimaksud adalah pertama; Daya Beli masyarakat. Kita punya jurusan Ekonomi Syariah. Harus ada perbedaan antara KKN IAIN dan KKM UIN. Dan setelah jadi UIN, saya kira tidak harus semua terjun ke mesjid. Kedua; Kesehatan yang diukur dari tingkat kematian dalam jangka waktu tertentu. Keempat; peningkatan pendidikan. Saya kira harus dipikirkan bagaimana lulusan UIN bisa dipercepat KKMnya. Semester 6 bagaimana caranya agar mahasiswa bisa melaksanakan KKM bagi yang telah memenuhi perkuliahan sebesar 75%.” Ujarnya.

Bagi Rektor, secara umum KKM tersebut harus memiliki daya ungkit terhadap pemerintah agar dapat dievaluasi masalah-masalah yang ada di masyarakat. Sehingga bisa mengembangkan ilmu dan menerapkan teknologi. Termasuk dengan kemajuan teknologi jangan sampai keuangan yang mahakuasa menggeser Ketuhanan Yang Maha Esa. Interaksi kultur juga bisa menggeser nilai-nilai masyarakat. Ini menjadi tantangan luar biasa di masyarakat.

Agar pengabdian masyarakat bisa diimplementasikan sesuai dengan Tridarma Perguruan Tinggi, Rektor menyarankan untuk menyiasati bahwa KKM tidak hnaya pengabdian masyarakat dengan 2 SKS. Kita sangat miskin pengabdian. Menurutnya hal tersebut tidak seimbang. Tetapi misalnya saat bulan ramadhan setiap mahasiswa diturunkan  ke kantong-kantong sosial.  

Rektor menyarankan setiap perubahan sosial di masyarakat harus menjadi bahan evaluasi.”Mari kita percahkan berbagai isu di atas melalui KKM. KKM harus punya daya ungkit sehingga dapat diperoleh evaluasi dari masyarakat. Pembimbing KKM harus ada di tempat sehingga bisa menjadi konsultan, agar bisa mensupport mahasiswa,” pesan Rektor mengakhiri.***[]

 

 

WhatsApp
Facebook
Telegram
Print
Twitter