[www.uinsgd.ac.id] Kuliah Kerja Mahasiswa yang dilaksanakan pada 21 Januari-21 Pebruari Mendatang, harus mampu mendorong program pengabdian masyarakat. Kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa tidak hanya kegiatan saat KKM saja, namun harus mampu berlanjut setelah mahasiswa tersebut meninggalkan lokasi. “Program KKM harus mampu menghidupkan program-program pada masyarakat itu sendiri”.
Hal tersebut disampaikan oleh Afifudin saat menjadi instruktur pada acara Diklat Pembimbing KKM pada Selasa (15/01/2013).
Bagi mantan Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan ini, KKM juga harus mampu memperkuat citra perguruan tinggi, UIN sebagai perguruan tinggi memiliki kepedulian yang tinggi terhadap masyarakat. “KKM harus menjadi tempat saling belajar antara civitas, antara mahasiswa dan masyarakat, oleh karena itu kita semua harus berkomitmen akan kepeduliannya terhadap masyarakat”, ujarnya.
Bagi Afif, KKM merupakan pembelajaran yang ideal untuk mengembangkan softskill mahasiswa khususnya dalam bidang kepemimpinan dan manajemen. Menurutnya bagaimana mahasiswa bisa membangun di desa yang masih tertinggal, bukan pada hasil tetapi ditekankan pada proses kaderisasinya terhadap masyarakat. “Dengan melakukan pembedayaan masyarakat ke arah keberlanjutan program di tengah-tengah masyarakat itu sendiri”,jelasnya.
KKM bagi Afif memilili tujuan ganda, selain tujuan akademis juga tujuan pengembangan terpadu mahasiswa dan sarjana bermutu dan siap berwirausaha sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat. Oleh karena itu baginya, KKM harus menjadi problem solving, mahasiswa harus memberikan solusi-solusi, bisa mengintegrasikan program-program RW, Desa, Keamatan dan kabupaten. “program diharapkan berkesinambungan”, harapnya.
“Adapun aspek yang ingin dicapai adalah aspek tridharma perguruan tinggi, selain pengabdian masyarakat juga mengajak mahasiswa untuk mengawali riset/ penelitian di masyarakat dan sifatnya harus empatik dan partisipatif”, ujarnya.
Afif menegaskan bahwa KKM dilaksanakan untuk satu kepentingan bersama yaitu melestarikan lingkungan disik, agama, pendidikan, dan sosial budaya. Untuk lingkungan agama terdapat tiga ranah yang harus dikembangkan dan dijaga yaitu pertama pengetahuan agama seperti peningkatan jumlah pengajian, majelis taklim; kedia pemahaman keagamaannya, misalnya tentang pemahaman tentang ketauhidan, dan ketiga pengamalan keagamaannya.
Menyinggung masalah tanggungjawab pembimbing, mantan ketua Penjaminan Mutu UIN ini menyatakan bahwa pemimbing harus sampai tuntas dalam menempatkan mahasiswa jangan sampai ada ekses diakhir, jangan sampai ada yang pindah. “Dosen pembimbing harus bisa mendorong dan memotivasi mahasiswa”,pintanya. ***[Dudi, Ibn Ghifarie]