(UINSGD.AC.ID)-Tafsir adalah inti ajaran Islam yang paling dijaga ortodoksinya. Oleh karena itu perubahan yang drastis seharusnya memang tidak terjadi dalam tradisi kajian tafsir di pesantren, karena pesantren adalah penjaga ortodoksi Islam di Indonesia.
Tafsir adalah inti ajaran Islam yang paling dijaga ortodoksinya. Oleh karena itu perubahan yang drastis seharusnya memang tidak terjadi dalam tradisi kajian tafsir di pesantren, karena pesantren adalah penjaga ortodoksi Islam di Indonesia.
Tidaklah mengherankan jika penelitian yang kami lakukan pada tahun 2015, ternyata masih menemukan hal-hal yang sama dengan apa juga pernah dilaporkan sebelumnya oleh Berg pada abad ke-19 dan Bruinessen pada abad ke-20, juga peneliti-peneliti lainnya yang sezaman.
Artikel ini merupakan hasil penelitian lapangan pada enam pesantren di Jawa Barat, yang meliputi Pesantren al-Jawami Bandung, Pesantren al-Wafa Bandung, Pesantren al-Masthuriyah Sukabumi, Pesantren Darusalam Ciamis, Pesantren Cipasung Tasikmalaya dan Pesantren Buntet Cirebon mengenai kajian kitab tafsir.
Hasil penelitian menyimpulkanbahwa perubahan kajian memang ada dan terjadi, namun sangat lambat. Kajian tafsir, baru menjadi pilihan kedua di pesantren dibandingkan dengan fikih serta bahasa Arab.
Di pesantren-pesantren yang kami teliti, Tafsir Jalalayn menjadi tafsir yang dominan untuk dikaji walaupun tafsir-tafsir yang lain seperti Tafsir al-Maraghi serta Tafsir al-Manar juga dipelajari, terutama untuk pesantren yang berorientasi modernisme di Jawa Barat.
Metode untuk mempelajari tafsir pun masih didominasi metode bandongan dengan cara Kyai menerjemahkan kata per-kata, di hadapan sebagian besar santri.
Untuk mengetahui selengkapnya tulisan Prof Dr H Rosihon Anwar, MAg., Dr Dadang Darmawan dan Dr Cucu Setiawan tentang Kajian Kitab Tafsir dalam Jaringan Pesantren di Jawa Barat dapat diunduh pada Jurnal Wawasan Vol 1, No 1 (2016):56-69