Kisah Mahasiswa PTKIN Belajar Moderasi Beragama di KKN Nusantara

Istilah moderasi beragama (MB) bukan hal baru bagi mahasiswa Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN). Konsep MB kerap dijadikan bahan diskusi dalam kegiatan kelas perkuliahan dan ruang-ruang kajian. 

Pemahaman mereka tentang MB ini mendapat ruang pengayaan melalui program KKN Nusantara. Program ini diinisiasi oleh Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (Diktis) Ditjen Pendidikan Islam Kemenag dan mengambil lokasi di daerah 3T (Terluar, Terdalam, dan Tertinggal). 

Tahun ini, kawasan terpilih sebagai objek KKN Nusantara 3T adalah Desa Bipolo, Kecamatan Sulamu, Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT).  “Kami semua, peserta KKN Nusantara, menemukan ibrah (pelajaran) yang luar biasa dengan moderasi beragama di Nusa Tenggara Timur,” terang Yusril Perdiansyah Nur, mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati kepada Humas, Sabtu (15/02).

Dalam KKN Nusantara 3T di NTT,  mahasiswa Program Studi Pengembangan Masyarakat Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi ini ditunjuk sebagai Koordinator Desa atau Kordes.

Menurutnya, NTT sejak dulu dikenal sebagai wilayah yang menjunjung tinggi nilai toleransi. Survei terakhir Balitbang Diklat Kemenag menempatkan daerah ini di peringkat kedua dalam indeks kerukunan, setelah Papua Barat.

“Di desa ini, kami memahami betul apa itu menjunjung tinggi nilai toleransi. Peserta KKN Nusantara yang semua muslim, mendapat kesempatan tinggal satu atap bersama keluarga Umat Kristiani, dan kami diperlakukan layaknya anak kandung sendiri oleh oppa kami di Desa Bipolo, Marthen L. Abani yang juga Kepala Dusun II Desa Bipolo,” kenangnya.

“Tidak ada halang rintang bagi kami untuk menjalankan ibadah sesuai keyakinan. Yang ada adalah sinergi untuk sama-sama memajukan desa,” lanjutnya. 

Jauh-jauh dari kampusnya masing-masing ke NTT, mahasiswa peserta KKN Nusantara 3T bergabung dengan masyarakat untuk ikut membangun Desa Bipolo. Dengan metode Pengabdian Asset Based Community Development (ABCD), kata Yusril, peserta KKN mencoba memberdayakan potensi budaya dan ekonomi masyarakat Bipolo. Di samping bertani dan beternak, masyarakat desa ini juga memilki potensi ekonomi home industri Tenun yang diwarisi dari generasi pendahulunya. Pola pengelolaan yang sederhana, motif yang monoton dan keterbatasan pengetahuan distribusi menjadi titik lemah yang coba dieksplore dan dikembangkan. 

“Upaya menghubungkan dengan pihak sponsorship juga kami lakukan. Kami bekerja sama dengan JNE, untuk membantu aspek distribusi dan pemasaran,” tuturnya. 

“Kami juga menyelenggarakan festival tenun dan perayaan seni budaya dalam rangka promosi pengembangan budaya. Sayangnya waktu berbatas, dalam pengembangan motif, masyarakat Bipolo belum sepenuhnya bisa menenun untuk membuat tulisan dalam karya tenunnya. Kami pun, harus berpisah,” sambungnya.

Selain tenun, Kecamatan Sulamu juga memiliki sumber daya alam yang melimpah. Potensi ekonomi tradisional juga melimpah. Namun, masyarakat terkendala pada aspek pengelolaan, manajerial dan wawasan ekonomi. Itu salah satunya karena keterbatasan pendidikan. 

Melihat itu, Yusril dan kawan-kawan mencoba melakukan pemberdayaan.  Strategi dan upaya pemberdayaan yang coba dilakukan selama satu bulan itu terekam dalam video yang telah diunggah ke Youtube dengan judul “kkn3tdesabipolo”.

Sebulan berlalu, waktu perpisahan tiba. Tatapan mata iba, peluk erat dan linangan air mata, menjadi bagian kecil penanda kehadiran KKN Nusantara 3T ini mereka terima. Bahkan, kata Yusril, terucap harapan dari masyarakat agar  KKN Nusantara bisa hadir kembali di NTT. 

“Saya pribadi berharap, KKN Nusantara 3T ini menjadi acuan program kelanjutan pengabdian kepada masyarakat PTKIN.  Pembangunan bukan dimulai dari kota namun dari desa dan itu sebagian dari tugas hidup mahasiswa,” tandasnya.

Program Perdana

KKN Nusantara Daerah 3T PTKIN di Kupang ini merupakan program perdana. Kegiatan ini berlangsung di Kecamatan Sulamu, Kabupaten Kupang sejak 20 Januari sampai 14 Pebruari 2020.

KKN Nusantara 3T yang diikuti gabungan mahasiwa dari 27 PTKIN ini diturup Gubernur NTT Victor Laiskodat di auditorium rumah dinasnya pada 14 Februari 2020. 

Gubernur menyampaikan bahwa NTT merupakan provinsi yang sangat kaya. Diperlukan kecerdasan dan inovasi dalam pengelolaan. “KKN Nusantara daerah 3T ini adalah upaya optimalisasi potensi yang dimiliki oleh provinsi ini,” tegas Gubernur.

NTT juga punya keindahan alam yang tidak ditemukan di mana pun. Gubernur berharap program KKN bisa berkelanjutan dan ada tindaklanjutnya sehingga aset yang ada bisa  dimaksimalkan. Gubernur juga mengapresiasi KKN Nusantara 3T di daerahnya berjalan lancar dan sukses. 

Kasubdit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Suwendi menyampaikan terima kasih atas kerjasama yang baik dengan Pemprov. Menurutnya, KKN Nusantara 3T di NTT menjadi program percontohan. Kegiatan ini akan dievaluasi untuk dilakukan perbaikan.

Upacara penutupan dimeriahkan dengan presentasi perwakilan kelompok setiap desa terkait temuan yang didapat.  Temuan potensi sumber daya alam di desa Pitey antara lain Jus Serai yang dikemas dalam botol kecil. Serai ini salah satu produk unggulan Kecamatan Sulamu. Selain itu, ada Daun Kelor dan rumput laut yang bisa dioptimalkan pengelolaannya.

Tenun khas Kupang juga menemukan momentum pemasaran dengan kehadiran para mahasiswa KKN di desa Bipolo. Momentum itu antara lain melalui penyelenggaraan Festival Tenun di Bipolo pada tgl 1 Februari 2020.

Hadir dalam pertemuan ini,  Sekda Propinsi Kupang, pejabat Kanwil Kemenag Kupang, Ketua LP2M PTKIN, Kepala Desa dan lurah yang ditempati.

Selaku host seremonial penutupan,  dosen UIN Sunan Ampel Surabaya Rubaidi menyampaikan terima kasih kepada Pemerintah Provinsi NTT.  Menurut Rubaidi, NTT merupakan provinsi yang memiliki potensi yang luar biasa. “NTT adalah model moderasi beragama di Indonesia,” tutupnya. (Ngainun N.- M. eL-Mawa).

Sumber, Portal Kemenag RI Sabtu, 15 Februari 2020 13:01 WIB

WhatsApp
Facebook
Telegram
Print
Twitter