UINSGD.AC.ID- Dekan Fakultas Adab dan Humaniora (FAH) UIN Sunan Gunung Djati Bandung Dr H Setia Gumilar, M.Si memandang bahwa peringatan HUT Kemerdekaan Republik Indonesia, 17 Agustus 1945, selama ini diduga masih sebatas ritual dan seremonial.
“Kita baru memaknai kemerdekaan ketika lepas dari jajahan kolonial Belanda/Jepang, tetapi belum lepas dari perbudakan duniawi atau harta. Itu artinya bukan kemerdekaan sejati. Bahkan peringatan hari kemerdekaan pun diduga masih sebatas ritual dan seremonial,” kata Dekan dalam acara pembinaan tenaga kependidikan FAH, menjelang peringatan HUT Kemerdekaan RI ke-77 tahun, Senin (15/08/2022).
Bangsa Indonesia bisa merasakan hakikat dari kemerdekaan sejati, manakala sudah merdeka dari penghambaan kepada makhluk atau materi. “Selama ini kita masih terjebak pada kehidupan hedonis, senang berfoya-foya dan gaya hidup yang fokus mencari kesenangan dan kepuasan tanpa batas,” jelasnya.
Termasuk kehidupan materialistik, yang tak jarang orang menjadi gila harta. Uang tidak hanya dijadikan sebagai pemenuh kebutuhan, tetapi juga untuk pemuas hawa nafsu dan menuruti ketamakan yang tidak pernah ada ujungnya.
“Prilaku hedonis maupun Materialistis tentu saja bertolak belakang dengan sikap dan perjuangan para pahlawan pendiri NKRI, yang rela mengorbankan harta, bahkan jiwa dan raganya,” kata Dekan.
Ditanya, apakah aparat pegawai pemerintah juga bisa disebut pahlawan? Jawab Dekan, itu sangat bisa! Asalkan memiliki cita-cita dan harapan yang jelas. Dalam mengerjakan tugas dan fungsinya juga penuh integritas, loyalitas, dan dedikasi yang tinggi demi suatu pencapaian dalam bidang pelayanan.
“Maka kita pun sudah menjadi pahlawan bagi masyarakat. Kita bekerja bukan hanya demi kepentingan diri sendiri, melainkan juga untuk kebaikan orang lain dan demi kepentingan orang banyak,” jelasnya.[nanang sungkawa]