[www.uinsgd.ac.id] Islam politik yang menjelma dalam bentuk partai politik dipandang gagal. Bukan saja para era reformasi tetapi sejak lahirnya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pada perumusan Pancasila yang berangkat dari Piagam Jakarta, Islam Politik kalah dengan menghapus 7 kata dalam Sila Pertama Pancasila.
Tesis tersebut disampaikan oleh Karool Kersten , Ph.D kepada ratusan peserta Public Lecturer di Aula Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik pada Kamis (18/10/2012). Di dampingi oleh ketua jurusan Sosiologi, Ali Nurdin, ia menyampaikan hasil penelitiannya tentang Islam dan Politik di Indonesia sejak masa Soekarno hingga reformasi.
Salah satu temuannya, kenapa Islam politik yang menjelma menjadi partai politik tersebut selalu menerima kekalahan, partai politik Islam dipandang berperilaku pragmatis. “Partai-partai Islam pada masa Presiden Soeharto, juga reformasi pada masa kepemimpinan Gusdur dan Amin Rais selalu mengalami penurunan suara. Hal ini karena partai Islam bersikap pragmatis dan selalu mengikuti partai pemenang”,ujar Carol.
Menurut Carol, sikap pragmatis ini tidak hanya dilakukan oleh partai politik, masyararbakat muslim pun memiliki sifat tersebut sehingga partai politik yang memiliki basis suara Islam tidak memiliki suara.
Ia sendiri datang ke UIN Sunan Gunung Djati Bandung dalam rangka melakukan riset Islam Politik di Indonesia. Ia mengunjungi beberapa perguruan tinggi lainnya di Indonesia. Setelah memberikan kuliah umum tentang Islam Politik, ia memberikan kuliah umum tentang pemikiran Islam dan langsung bertolak ke Universitas Gajah Mada Yogjakarta, Universitas Negeri Solo, dan Universitas Diponegoro Semarang.
Ia disambut dengan baik oleh Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dan Ketua Jurusan Sosiologi Ahmad Ali Nurdin.***[dudi]