Karut Marut Pembagian KRS, Mahasiswa Protes Keras

[www.uinsgd.ac.id] “Astagrfirulloh kok berjubelan gini antreannya. Ramai banget, kayak ngantri bantuan sembako,” keluh Ibu Aisyah (46) orang tua mahasiswa baru yang datang jauh dari Sukabumi ke kampus UIN SGD Bandung. Seraya gundah menunggu giliran nama anaknya dipanggil oleh petugas yang memberikan Kartu Rencana Studi (KRS) ia dengan sabar menunggu.

Senin (15/07) siang makin merayap naik, raut wajah masing-masing orang sudah tidak sabar lagi menunggu namanya untuk dipanggil. Demi mendapat secarik kertas, para petugas bagian akademik Al-Jami’ah pun nampak sibuk merapihkan dan mecetak KRS dari mesin print.

Hari pertama jadwal pengambilam KRS. Lautan manusia menyemut memenuhi auditorium UIN SDG Bandung. Bahkan membludak sampai ke pelataran luar. Suasana nampak tegang, ketika Senat Fakultas Tarbiyah dan Keguruan bersama dengan Himpunan Mahasiswa yang ada di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan turun melakukan protes dan aksi  demontrasi, seperti dilansir SuakaOnline.

Tuntutan yang lantang di kumandangkan membuat panas telinga petugas bagian akademik yang ada di auditorium. Mereka mengkritisi karut marutnya sistem pengelolaan KRS. Seakan tidak ada manejerial yang baik, bahkan terkesan apa adanya.

Ratusan mahasiswa yang berada didalam pun larut dalam suasana panas itu, mereka seraya mengamini ikut berteriak menyuarakan keluhan yang sudah lama mereka rasakan.  Hal ini membuat para petugas nampak kalang kabut.

Memang, karut marutnya sistem KRS di UIN SGD Bandung sudah terjadi berulangkali. Tata kelola akedemik yang baik sudah sejak lama mereka dambakan. “Sudah saatnya sistem KRS online diberlakukan,” kata Awaludin, mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa Arab semester 7 ditemui saat menunggu antrian.

Senat Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan dibawah komando Wahyu Saripudin juga menuntut adanya sistem pembagian KRS yang dibagikan lewat Fakultas masing-masing yang ada di kampus UIN SGD Bandung. “Jangan sepelekan hal ini, karena ini berbicara citra UIN,” ucapnya.

Disela-sela hiruk pikuknya pembagian KRS, ada pemandangan menarik yang terjadi. Seorang cleaning Service turut andil bagian mengurusi KRS mahasiswa. “ Ya, lagi ramai ini , jadi kut bantu-bantu aja,” ucapnya sambil memberikan setempel pada setiap lembar KRS.

Sebagian mahasiswa merasa heran melihat petugas  Cleaning Service ikut membereskan berkas KRS, layaknya petugas bagian akademik. “ Terlihat positif sih, tapi ya gak etis dan kurang patut kalau Cleaning Service ikut bantu pembagian KRS ini,” ucap salah seorang mahasiswa yang tidak ingin disebutkan namanya.

Gundah gulana menyelimuti raut wajah ibu Emi (52).  Ia datang jauh dari Bekasi, turut menemani anaknya yang baru masuk ke UIN SGD Bandung. “ gak enak, ngantri begini. Gak teratur, jadi  ngerasa kurang nyaman,” tuturnya.

Saat disinggung tentang biaya masuk ke UIN  SGD Bandung dengan  fasilitas pelayanan yang didapatkan, ia hanya mengatakan masih dirasa kurang. “ya, kalau masalah itu sih belum terasa,” kata Ibu Emi.

Seraya mengamini Ibu Aisyah yang duduk bersebelahan dengan Ibu Emi pun mengatakan, yang terpenting anaknya bisa nyaman menuntut ilmu disini dan menginginkan adanya perbaikan baik sistem dan pelayanan yang ada.

“Demi perkembangan yang lebih baik untuk UIN selanjutnya, masalah ini harus segera di perbaiki baik dari sistem maupun pelayanannya,” pungkasnya. [Iqbal Tawakal, Anggara]

WhatsApp
Facebook
Telegram
Print
Twitter