(UINSGD.AC.ID)-Bagi saya, bagi Fakultas Ushuluddin, dan bagi UIN Bandung, Dr. Ahmad Luthfi Fathullah, M.A. (saya menyebutnya Pak Luthfi) bukanlah sosok yang asing. Beliau adalah salah satu dosen di rumpun Ulumul Hadits di Fakultas Ushuluddin dan Pascasarjana UIN Bandung.
Terlalu banyak kebaikan yang telah diberikan pak Luthfi kepada UIN Bandung. Terlalu banyak kenangan yang saya alami dengan beliau. Jika Ushuluddin memiliki perangkat digital hadits dan banyak literatur hadits, maka itulah jasa beliau. Jika ada dosen yang mau membiayai pelatihan2 digitalisasi hadits untuk para mahasiswa dan dosen, itulah beliau.
Bagi saya, pak Luthfi adalah sosok ilmuwan yang futuristik. Dalam banyak perbincangan dengan saya, beliau banyak berpikir tentang masa depan, terutama dalam kajian hadits. Dan Pusat Kajian Hadits di Jakarta yang beliau dirikan adalah wujud mimpinya menyajikan kajian hadits berbasis digital. Banyak sekali karya-karya digital dalam bidang hadits yang telah lahir dari ide-ide besarnya.
Karya-karya pak Luthfi tidak saja dirasakan dan dinikmati oleh civitas akademik Fakultas Ushuluddin UIN Bandung, tetapi hampir oleh semua civitas di lingkungan PTKIN, khususnya para pengkaji hadits.
Karena kesibukannya yang luar biasa di beberapa tempat, pak Luthfi beberapa kali meminta izin kepada saya—saat itu sebagai dekan—untuk pindah ke Jakarta. Dan beberapa kali pula saya menahannya, karena Ushuluddin sangat butuh sosok beliau.
Jika para pembaca berada di tol kota Jakarta dan di daerah Kuningan melihat mesjid besar berwarna putih di pinggir jalan, itulah Mesjid al-Mughni. Di area situ Pusat Kajian Hadits berada. Di area situ pula pak Luthfi tinggal dengan keluarganya.
“Pak Rosihon”, begitu pada satu kesempatan pak Luthfi berkata kepada saya, “banyak sekali pihak yang sudah menawar area tempat tinggal saya beserta mesjidnya, untuk dijadikan area perkantoran. Tapi saya tidak mau melepasnya.” “Kenapa pak Luthfi”, saya bertanya. Katanya, “Jika saya lepas, maka di Jakarta akan semakin sedikit kita menyaksikan mesjid di pinggir jalan.”
Subhanallah, betapa mulianya pak Luthfi. Beliau mengesampingkan tawaran yang tentunya tidak sedikit. Tentunya demi dakwah dan syiar Islam. Dan bukan itu saja beliau mengeluarkan banyak anggaran untuk dakwah. Termasuk di antaranya menyelenggarakan pelatihan2 gratis digitalisasi hadits untuk para dosen dan mahasiswa.
Saya sebenarnya masih sangat menginginkan kebersamaan yang lama dengan pak Luthfi. Ada banyak agenda yang ingin disampaikan kepada beliau. Sayang, Allah lebih mencintai beliau. Malam ini, malam Senin 11 Juli 2021, Allah telah memanggil beliau. Inna lillahi wa inna ilaihi rojiun.
Sahabat yang pakar dalam bidang hadits itu telah pergi memenuhi panggilan Allah. Cukuplah semua kebaikanmu kepada saya, kepada para dosen, dan kepada para mahasiswa menjadi saksi bahwa engkau adalah orang baik. Anta min ahlil-khair. Selamat jalan pak Luthfi. Semoga Allah menempatkan engkau di tempat mulia di sisi-Nya. Aamiiin.
Prof. Rosihon Anwar, M.Ag., Wakil Rekor I UIN Sunan Gunung Djati Bandung.