[www.uinsgd.ac.id] DPR (Di Bawah Pohon Rindang) kini tidak “seramah” dan tidak serindang tempo dulu. Tempat nongkrong favorit mahasiswa ini sudah berganti wajah karena dampak pembangunan dan berkurangnya minat baca dan diskusi para penghuninya. Berangkat dari kegelisahan tersebut, sejumlah mahasiswa yang sering berkumpul di DPR ingin melegalkan DPR sebagai ruang publik yang disahkan oleh kampus. Ini lah yang melatarbelakangi lahirnya komunitas RRR (Ruang Riung Riweuh) Pelindung DPR di UIN Bandung, seperti dilansir SuakaOnline (29/10)
Penggagas komunitas RRR Pelindung DPR Deti Sopandi, memandang bahwa keadaan di UIN saat ini lah yang manjadi pemicu lahirnya komunitas tersebut. “Kita sempat nanya-nanya sama anak-anak semester 1 tentang pandangan mereka mengenai lingkungan di UIN ini, mereka menjawab di UIN ini barbar seperti waktu OPAK kita lihat mahasiswa yang pada demo. Juga Muhima ricuh, seakan-akan mahasiswa disini menjadi manusia yang barbar. Tempat yang dijadikan untuk belajar dan mencari ilmu malah dijadikan tempat adu jotos. Kita berangkat dari kegelisahan melihat mahasiswa di kampus, fasilitas di kampus, kita melihat sekarang gak ada mahasiswa yang intens gitu baca-baca buku,” Paparnya.
Deti pun kemudian bercerita mengenai keadaan DPR tempo dulu, yang sangat bertolak belakang dengan situasi saat ini.
“Pasca tahun 2000 ke belakang, banyak kegiatannya, ada yang diskusi, baca buku, dan berbagai kegiatan positif lainnya. Bahkan, menurut sejarah, ada yang pernah melaksanakan munaqosah disini,” ungkapnya.
Membuat Tong Sampah
Bentuk kegiatan awal komunitas RRR Pelindung DPR yang berlangsung Senin (29/10) siang tadi adalah penggalangan dana untuk membuat tempat sampah dan membersihkan area DPR. Independent Day of DPR adalah tema yang diusung oleh komunitas ini.
“Kita sedang ada penggalangan dana, nah penggalangan dana itu akan kita salurkan untuk membuat tong sampah. Karena kita melihat di UIN tidak ada tong sampah, jangankan di tempat umum kaya tongkrongan gini, di kelas pun hanya ada satu dua, nanti hilang lagi, entah dikemanain,” ujarnya.
“Terus agenda kedepannya lagi ada jumat bersih, jadi RRR mau bersih-bersih tiap seminggu sekali. Dan kegiatan ini terbuka untuk umum, karena DPR sendiri itu milik umum. Jadi, kegiatannya ada yang sifatnya reguler, misalkan diskusi, bikin buletin, dan berbagai acara lainnya. Ketika kita sudah bikin komunitas seperti ini, setidaknya ada legalitas dan mudah untuk mengorganisir yang lainnya,” lanjutnya.
Tema diskusi yang akan diusung RRR Pelindung DPR tidak hanya sebatas lingkungan, namun juga mengangkat isu-isu yang sedang hangat, seperti tentang musik, sastra, sosial juga politik. Jadi, tidak tepat apabila komunitas tersebut disebut sebagai komunitas peduli lingkungan.
“Karena, kita tidak hanya memfokuskan pada hal-hal lingkungan. Kepedulian akan lingkungan harus muncul secara alami dari dalam diri. Kita tidak hanya memfokuskan pada bersihnya DPR, tapi kedepannya kita mewadahi orang-orang yang suka akan musik, menulis, dan lain-lain. Karena tidak semua mahasiswa ikut UKM dan tidak semua masuk organisasi ekstra. Kita disini membentuk agenda-agenda untuk dilaksanakan di DPR,” paparnya.
Untuk realisasi pembuatan tempat sampah, Deti mengharapkan secepatnya bisa terwujud. “Inginnya sih kita minggu depan, ya secepatnya. Namun karena kita tidak mempunyai sumber dana, kita pakai sistem patungan (menggalang dana,-Red),” ungkapnya.
Mahasiswa Diajak Bergerak
Untuk menggerakan mahasiswa lain agar peduli terhadap DPR, Aris Darussalam yang juga penggagas komunitas ini sudah melakukan upaya sosialisasi kepada mahasiswa. “Karena kita baru rabu kemarin mendiskusikan untuk membuat komunitas ini, jadi kita tidak ada persiapan. Tapi kita sudah menyebar pamflet-pamflet dan kita juga punya twitter yang bisa di follow yaitu @rrruinsgd,” ungkap mahasiswa Jurusan Jurnalistik semester 1 ini.
Aris juga menegaskan bahwa untuk mahasiswa yang ingin bergabung dengan Komunitas RRR Pelindung DPR tidak perlu melakukan pendaftaran. “Tinggal datang langsung aja ke DPR,” katanya
Komunitas ini juga menerima kerjasama dari berbagai bidang baik dari dalam kampus maupun luar kampus. “Jika ada yang menginginkan kerjasama kita akan mewadahi. Seperti yang dikatakan tadi, bahwa komunitas ini tidak terbatas hanya pada lingkungan,” mengakhiri.[SuakaOnline]