(UINSGD.AC.ID) — Istilah santri biasanya dinisbatkan kepada mereka yang tengah menimba ilmu agama Islam di sebuah tempat bernama pesantren, tidak hanya milik satu ormas tapi berbagai ormas.
Seiring waktu, santri diartikan sebagai orang yang beribadah dengan sungguh-sungguh; orang yang saleh (KBBI), sehingga tidak terbatas pada mereka yang mondok atau mukim di pesantren namun juga mereka yang tidak menetap dalam pesantren atau biasa dikenal santri kalong.
Pada fase anak, pengetahuan dan pengalaman mereka akan sangat tergantung pada orang tua sejauh mana mengenalkan lembaga pendidikan yang bernama pesantren ini. Kecuali anak-anak yang berada di keluarga pesantren atau lingkungan Pesantren.
Pentingnya Berkomunikasi
Orang tua yang pernah jadi santri terkadang lupa mengenalkan lembaga pendidikan ini, lebih jauh lagi enggan berbagi cerita pengalamannya menjadi santri. Sehingga tak jarang pada saatnya tiba (biasanya) menginjak sekolah menengah pertama, mereka seolah dihadapkan pada dunia baru yang sangat asing bahkan tak jarang menyeramkan bagi sebagian anak, sampai menyebut lembaga pesantren sebagai penjara suci.
Mengharapkan anak menjadi santri yang hebat tidak begitu saja orang tua melepas anak ke pesantren tanpa terlebih dulu diajak berkomunikasi. Beberapa riset menemukan bahwa perilaku yang dimunculkan di usia dewasa berakar dari trauma di masa kecil yang sifatnya mengancam.
Dalam program pendidikannya, pesantren juga punya kewajiban menetralisir keadaan awal ini agar anak-anak tidak terbiasa lari dari tanggung jawab dan cenderung mencari pelarian. Lingkungan yang sama sekali jauh dari keseharian di rumah membuat sebagian anak kesulitan mengatur emosi, dari terpendam hingga tidak mampu mengendalikan dirinya secara meledak-ledak. Mereka membutuhkan rasa aman dan terhindar dari stress yang berkepanjangan agar mereka bisa fokus belajar dan menjadi santri hebat yang diharapkan.
Di balik senyuman anak-anak kita yang santri, sesungguhnya terdapat dunia emosi yang kompleks dan menarik. Maka, mari kita sebagai orang tua menggali lebih dalam dan menyelami emosi anak, membuka pintu dan masuk ke dalam hati mereka. Buktikan bahwa santri yang hebat lahir dari orang tua yang hebat.
Dr. Hj. Teti Ratnasih, M.Ag., CIPS., CHt., Ketua Jurusan PIAUD Fak. Tarbiyah dan Keguruan UIN SGD, Pakar Hypnoparenting bersertifikat Internasional; Trainer Terbaik Indonesian Hypnosis Centre (IHC) 2023; Instruktur Nasional Kurikulum Merdeka.