Hasil Riset, Jurnalis Perempuan Hanya 17%

SELAIN menyinggung soal ketimpangan jender, Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PP&PA) RI dalam sambutan tertulisnya, juga menyampaikan pesan agar jurnalis memiliki kepekaan holistik dalam megungkap kejadian apa pun. Termasuk berita sensitif gender, tentunya ke arah yang mendidik.

“Kesenjangan jender masih terjadi di beberapa aspek, termasuk di dunia jurnalistik. Hasil riset menunjukkan bahwa dari 100% jumlah jurnalis yang ada di Indonesia, hanya tercatat 17% saja jurnalis perempuannya,” jelasnya. Menteri Negara PP&PA sebagai keynote speaker seminar “Perempuan dan Jurnalistik” diwakili Kepala Biro Hukum dan Humas Dra. Endang Murniati, MM. “Bu Menteri mendadak ada tugas kenegaraan, sehingga beliau tidak bisa hadir,” jelas Endang. Sebenarnya, beliau sangat antusias untuk datang, namun karena ada tugas lebih penting yang tak bisa ditinggalkan, akhirnya kehadirannya diwakilkan. Ke depan, jelasnya, sangat mungkin untuk diagendakan kembali.

Juru Warta PerempuanSeminar yang digelar Prodi Jurnalistik, Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Bandung, Sabtu (21/4) di Auditorium Rektorat ini menghadirkan tiga narasumber inti: jurnalis Wall Street Journal Inggris Yayu Yuniar, Ketua KPID Jabar Hj. Neneng Athiatul F, S.Ag, M.Ikom, dan Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Jabar Dr. Hj. Sri Kusumah Wardhani, SH, MH. Seminar dipandu dosen Ilmu Komunikasi Subagyo Budi Prayitno, S.Sos.Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Bandung Prof. Dr. H. Asep Muhyiddin, M.Ag, dalam sambutannya menyampaikan kabar baik terkait jender. Berdasarkan hasil penelitian, jelasnya, di ranah publik sudah hampir tidak kelihatan lagi dikotomi antara laki-laki dan perempuan. Kehadiran kaum perempuan, sebagai juru warta kian dirasakan pentingnya. Di dunia media massa saat ini, banyak fakta dan peristiwa yang berkaitan dengan kaum perempuan, yang dibidik bukan dari kaca pandang seorang jurnalis perempuan. “Ini tentunya akan memiliki dampak yang berbeda,” paparnya.

Sementara Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi UIN Bandung, Drs. H. Enjang AS, M.Ag, M.Si mengungkapkan bahwa digelarnya seminar “Perempuan dan Jurnalistik” ini lebih didorong karena rasa keprihatinan yang mendalam atas situasi perempuan di masyarakat, terutama di media, yang kerap disamakan dengan barang komoditas, yang seenaknya dieksploitasi dan dijadikan objek.

“Karenanya, acara ini bertujuan untuk membangun kesadaran di kalangan intelektual untuk menyadari potensi sekaligus upaya perbaikan citra kaum perempuan,”ujarnya di hadapan 343 peserta seminat yang datang dari berbagai elemen: mahasiswa, dosen, pemerhati media, LSM, aktivis perempuan, dan wartawati. Mahasiswa yang hadir bukan hanya dari UIN, tetapi juga dari kampus lain seperti IPDN, Unpad, Unisba, Uninus, Unikom, dan USB YPKP. 

Sehari sebelumnya, Jum’at (20/4), panitia juga menggelar pemilihan “Putri Jurnalistik” dengan hadiah tropi, beasiswa, dan sertifikat. Lomba diikuti puluhan peserta dari mahasiswa berbagai angkatan di Prodi Jurnalistik UIN Bandung. Tampil sebagai Juara I Desti Puspaningrum, Juara II Dessy Puji Astuti, dan Juara III Ririn.***

Sumber: BandungOke.com

WhatsApp
Facebook
Telegram
Print
Twitter

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *