(UINSGD.AC.ID)-Dalam sebuah kesempatan mengikuti kajian di Masjid Nabawi. Salah seorang mubaligh menyampaikan pesan kepada jamaah haji yang antusias mengikuti. “Akan tiba masanya dimana setiap manusia dilamar malaikat maut, dinikahkan dengan kematian dan bercerai dengan indahnya dunia”.
Lebih jauh tuturnya, bagi mereka yang telah Allah beri kesempatan ziarah ke Haramain, sejatinya ia mempersiapkan bekal perjalanan pulang. Perjalanan pulang dimaksud bukan pulang ke tanah air masing-masing, tetapi pulang abadi ke kampung akhirat nanti.
Terinspirasi oleh pesan sang Mubaligh, setelah pulang dari Haramain, yang harus dirawat oleh setiap jemaah haji adalah kerinduan untuk pulang. Dengan begitu, seiring bertambahnya usia, akan bertambah pula kebaikan. Peribahasa menyebut, tua-tua padi, semakin tua semakin mengabdi. Bukan tua-tua keladi, semakin tua semakin menjadi. Atau tua-tua keledai, semakin tua semakin lalai.
Bila semakin tua semakin lalai, Rasulullah saw mengisyaratkan,”ada tiga golongan yang Allah tidak berbicara kepada mereka pada hari Kiamat, tidak membersihkan mereka, dan Allah tidak akan menatap mereka, dan bagi mereka siksa yang pedih. Mereka itu : orang yang sudah tua tapi gemar berzina (maksiat), penguasa yang suka bohong, dan orang miskin yang sombong.” (HR. Muslim, no. 172).
Dengan merawat kerinduan akan pulang, setiap jemaah akan terantar pada kesadaran tentang usia. Dimana Rasulullah saw bersabda, dari Abu Hurairah ra, bahwa sesungguhnya Rasulullah saw bersabda: “Usia umatku (umat Islam) antara 60 hingga 70 tahun. Dan sedikit dari mereka yang melewatinya”. (HR. At-Tirmidzi).
Seiring bertambahnya usia, dalam Qs. Yaasiin ayat 68 Allâh berfirman, “Dan siapa saja yang Kami panjangkan umurnya niscaya Kami kembalikan dia kepada kejadiannya. Maka apakah mereka tidak berfikir?”. Ibnu Katsîr menjelaskan, “bahwa ketika usia semakin panjang atau semakin tua, maka ia akan dikembalikan Allah pada keadaan lemah, terutama lemah fisiknya.
Dalam balutan kesadaran atas sabda Rasulullah dan firman Allah ini, siapapun sejatinya terpicu dan terpacu untuk produktif dalam kebaikan. Sebab dalam produktivitas pada kebaikan, umur yang dianugerahkan akan memperkokoh keberadaannya sebagai manusia terbaik.
Rasulullah saw bersabda; dari Abdurrahman bin Abu Bakrah, bahwa seorang laki-laki berkata, “Wahai Rasûlullâh, siapakah manusia yang terbaik?” Beliau menjawab, “Orang yang panjang umurnya dan baik amalnya”. Dia bertanya lagi, “Lalu siapakah orang yang terburuk?” Beliau menjawab, “Orang yang berumur panjang dan buruk amalnya”. (HR. Ahmad; Tirmidzi; dan al-Hâkim).
Pada ujungnya dengan merawat kerinduan untuk pulang, setiap jemaah akan siap menghadapi kematian karena ia telah memiliki amal kebaikan sebagai bekalnya. Dari Anas bin Malik ra, ia berkata: bahwa Rasulullah saw bersabda, “Saat kematian tiba, yang mengikuti jenazah ke liang lahat itu ada tiga, dua akan kembali dan satu tetap bersamanya di alam kubur. Yang mengikutinya adalah keluarga, harta dan amalnya. Yang kembali adalah keluarga dan hartanya. Sedangkan yang tetap bersamanya di alam kubur adalah amalnya.” (HR. Bukhari, no. 6514).
Merawat kerinduan untuk pulang ke kampung akhirat adalah atsar terbaik dari ibadah haji. Dengan begitu, setiap jemaah akan produktif beramal sholeh sebagai teman terbaiknya di alam kematian. semoga
Aang Ridwan, Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
Sumber, Pikiran Rakyat 11 Juli 2023.