Haji dan Kecerdasan

Dalam salah satu pengajian rutin para alumni jamaah haji dan umrah, salah seorang alaumni jamaah memberikan komentar dan pertanyaaan seputar tujuan disyariatkannya pelaksanaan ibadah umrah. Kontan saja seorang ‘ustadz’ menjawabnya dengan pendekatan tekstual baik yang termaktub dalam al-Qur’an, Al-Sunnah, maupun pendapat para imam mazhab.

Jawaban tersebut ternyata bermuara pada satu kesimpulan bahwa sebagaimana ajaran Islam lainnya, ibadah haji dan umrah sasungguhnya memiliki tujuan bukan saja dalam konteks pendalaman dan pemahaman serta kesempurnaan menjalankan titah Allah dan Rasul-Nya. Tetapi ia juga memiliki tujuan mulia dalam konteks kehidupan manusia. Tujuan mulia tersebut bahwa ibadah umrah sesungguhnya dapat menciptakan empat kecerdasan sekaligus, antara lain : kecerdasan spritual, kecerdasan emosional, kecerdasan intelektual, dan kecerdasan sosial.

Pertama, kecerdasan spiritual. Spiritualitas dalam umrah dapat dibuktikan dengan pengetahuan dan pengalaman langsung dalam melaksanakan prosesi ibadah umrah, dimulai dari ihram, towaf, sa”i dan tahallul. Rangkaian ibadah tersebut secara otomatis menimbulkan kecerdasan spiritual diantara para jama’ah. Sebagai ilustrasi tentang makna pakaian ihram yang menimbulkan kesadaran dan kecerdasan dalam menata hidup untuk senantiasa tertib, teratur, terarah, adanya keseimbangan antara hak dan kewajiban, reward and vonishmen, dan lain sebagainya.  

Kedua, kecerdasan emosional. Kesadaran emosional ditandai dengan jiwa sabar dan ikhlas yang tertanam dalam jiwa para jamaah. Betapa tidak, ritus ibadah haji dengan jumlah jamaah yang mencapai jutaan dari seantero dunia berkumpul dan bergerak dari satu titik ke titik yang lain. Pergerakan itu sudah pasti menimbulkan banyak gesekan, baik pisik maupin psikis. Jika tidak memiliki kesadaran emosional, maka yang muncul ke permukaan adalah konflik-konflik horizontal di tengah suasana spiritual. 

Ketiga, kecerdasan intelektual. Ibadah haji juga memberikan banyak pelajaran tentang napak tilas perjuangan para nabi dan rosul terdahulu. Banyak makna dan hikmah yang diambil dalam konteks pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Prosesi ibadah haji sejatinya dapat mengembangan pola nalar intelektual bagi para jamaah dalam upaya mengambil hikmah dan manafaat bagi pengembangan ilmu di masa yang akan datang.

Keempat, kecerdasan sosial. Ali syari’ati memberikan ilustrasi bahwa ibadah haji merupakan konfrensi umat Islam dunia. Sodik Mudjahid menyebutnya sebagai “hajat tahunan Allah’ bagi para tamu-Nya. Intinya, adalah silaturahmi. Salah satu agenda silaturahmi adalah pertukaran sosial budaya antar negara. Silaturahmi akan menimbulkan kecerdasan sosial dalam bentuk kepedulian antar sesama. Tidak semua orang memiliki nasib yang sama. []

Penulis, Pembimbing Haji dan Umrah Qiblat Tour dan Dosen Fak.Syari’ah UIN SGD Bandung
Sumber, Pikiran Rakyat 7 Oktober 2013

WhatsApp
Facebook
Telegram
Print
Twitter

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *