Gubernur yang membebaskan-memberdayakan-memajukan itu kini tengah ditunggu. Bagi warga Jawa Barat, hanya tinggal menghitung hari saja untuk dipilih, kemudian ditetapkan. Seorang gubernur bagi sebuah provinsi sangat penting, karena perubahan itu dimulai dari para pemimpin puncaknya.

Terlepas dari berbagai kekurangannya, warga Jawa Barat perlu berterimakasih kepadaKang Aher yang telah mewariskan puluhan prestasi dan penghargaannya. Penerusnya, baik itu Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul, Tb Hasanuddin-Anton Charliyan, Sudrajat-Akhmad Syaikhu, Deddy Mizwar-Dedi Mulyadi, membawa beban berat untuk minimalnya setara dengan pencapaian pendahulunya.

Semoga saja salah satu dari keempatnya yang terpilih nanti akan seperti apa yangdisebutkan Rhenald Kasali dalam buku Cracking Zone, sebagai tipe pemimpin cracker.Berada di puncak untuk melakukan cracking zone dan membentuk lanscape baru. Tipe inilahyang berani out of the box, melakukan terobosan membuat solusi atas tantangan yangdihadapi dengan ide kreatifnya.

Pemimpin (cracker), menurut Kasali, mampu menggerakkan dan mengubah haluan,mengajak umatnya keluar dari belenggu-belenggu lama, memasuki dunia baru melompat kepencapaian lebih tinggi. Bukanlah sekedar pemimpin, ia berada di atas seorang pemimpin.Tidak sekedar mengubah haluan tetapi membongkar. Penemu seperti Thomas Alva Edison,Copernicus dan Isaac Newton. Peletak landasan kokoh pembangunan jangka panjang, bukansekedar pelaku proyek pencitraan dan colek molek proyek. Memberikan investasi jangkapanjang bagi masyarakat luas, dilakukannya semata-mata untuk pengabdian. Berdedikasitinggi dan melahirkan kebijakan yang mementingkan publik.

Visi Perubahan

Istilah berkemajuan merupakan visi perubahan dengan agenda pembangunan yang membebaskan, memberdayakan dan memajukan. Membebaskan dari kebodohan, kemiskinan,ketakutan dan keterbelakangan. Dijawab dengan agenda pembangunan bidang pendidikan. Gubernur dan jajarannya juga bergerak untuk mendorong semakin banyak lagi investasi dan penyerapan lapangan kerja.

Bukan hanya lapangan kerja, kewirausahaan digenjot. Jika di era Kang Aher ada program sejuta wirausaha baru, maka ke depan harus dipertahankan dan ditambah lagi jangkauan programnya. Sementara itu, rasa aman harus terus ditingkatkan dengan pelibatan seluruh aparat keamanan dan mitra ketertiban masyarakat. Ancaman teror dan kriminalitas dapat dilindas. Pembangunan bidang kesehatan dan infrastruktur terus digenjot.

Memberdayakan mengandung makna, mendorong peningkatan kapasitas individu, kelembagaan sosial dan birokrasi yang menjadikan masyarakat berdaya.Kesetiakawanan sosial dan gotong royong bertumbuh dan meluas, serta layanan birokrasi yang mudah, murah dan tepat waktu. Kaum difabel dan kaum marjinal lainnya dilindungi dan bertumbuh dengan baik, diberi kesempatan sama dan diberdayakan dengan berbagai program. Tak ada ruang bagi diskriminasi dan peminggiran. Memajukan diartikan sebagai dorongan kepemimpinan dan pembangunan yang memfaslitasi segala bentuk inisiatif warga, keswadayaan komunitas dan lahirnya masyarakat yang mandiri dengan tingkat kesejahteraan yang baik.

Kemandirian hanya mungkin tercipta ketika tingkat ekonomi masyarakat membaik dan sejahtera. Prakarsa terus berkembang dan meluas menciptakan kewirausahaan sosial. Virus kebaikan yang menyebar, didukung sepenuhnya oleh kekuasaan. Gubernur berkemajuan setidaknya harus memenuhi beberapa kriteria. Pertama, berfokus pada kebahagiaan warganya. Tahun 2017, indeks kebahagiaan (kepuasan hidup, perasaan dan makna hidup) warga Jawa Barat hanya 69,58 (www.bps.go.id). Dari 34 provinsi, masuk peringkat 29 dan di bawah indeks kebahagiaan nasional yang mencapai 70,69 (www.pikiran-rakyat.com). Kedua, menggenjot penguatan sumber daya manusia. Tahun 2017, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Jawa Barat mencapai angka 70,69. IPM dibentuk oleh tiga indikator dasar: umur panjang dan hidup sehat, pengetahuan, dan standar hidup layak. Angka tersebut naik 0,64 poin dari 70,05 pada tahun 2016 (https://jabar.bps.go.id).

Ketiga, memberikan perhatian utama pada tiga bidang dasar layanan publik; pendidikan, kesehatan, dan pembangunan infrasruktur. Tentu kita semua berharap tidak ada lagi berita ambruknya bangunan sekolah, ditahannya rapor oleh sekolah dan tidak terjangkaunya akses/biaya kesehatan di pelosok Jawa Barat.Keempat, memperkuat layanan publik dan investasi. Layanan publik yang serba cepat, murah, mudah dan pasti. Ide membangun mall layanan publik yang telah digulirkan harus segera terealisasi. Ramah investasi akan mendorong terbukanya lapangan kerja.

Kelima, mampu mendorong terciptanya kedamaian. Menciptakan harmonisasi, ketaatan, dan membumikan nilai-nilai kesalehan dalam masyarakat. Keenam, menciptakan keadilan sosial-ekonomi. Salah satu jawabannya ada pada infrastruktur yang merata hingga pelosok dan dukungan kewirausahaan. Sebagai catatan, masih ada jalan yang rusak dan daerah yang belum teraliri listrik. Jabar caang memang telah ada, namun masih ada 658 dusun lagi yang masih tanpa listrik. Ketujuh, mampu bersinergi dengan generasi millenial, lintas organisasi, komunitas dan profesi. Generasi penerus bangsa sejatinya diajak sebagai mitra bekerja untuk rakyat. Pembangunan di ranah kepemudaan bisa dimulai dari pengembangan industri kreatif, wirausaha, sarana olahraga, tempat berkumpul dan berkreativitas.

Kedelapan, lebih banyak bekerja dibanding membangun citra. Berfokus pada amanah dan menuntaskannya. Hak setiap orang untuk mencapai posisi politik apapun. Namun secara etis, menuntaskan amanah adalah keniscayaan. Jangan sampai ambisi menjadi gubernur atau wakil gubernur hanya jadi batu loncatan untuk meraih cita-cita utama, menjadi presiden atau wakil presiden. Jika itu yang dilakukan, warga Jawa Barat hanya hendak dijadikan “kekesed.”Kesembilan, dekat dengan ulama dan tokoh agama. Mau mendengarkan, bukan didengarkan. Merangkul semua golongan, bukan milik salah satu golongan. Ada mekanisme dan sistem yang dibuat agar tak ada sekat komunikasi dengan para pemangku kepentingan. Disediakan pula ruang publik yang terbuka untuk aspirasi masyarakat. Kepemimpinan membutuhkan kritik untuk memperbaiki diri.

Tentu saja, gubernur dan wakilnya itu bukan manusia setengah dewa. Harapan itu perlu disampaikan. Mereka berjanji, berhutang dan sebagai pemilik kedaulatan, kita wajib menagihnya. Namun bukan berarti sulap, semudah membalikkan telapak tangan. Perlu proses, komitmen dan dukungan semua pihak. Maka dari itu, mulailah memeriksa semua visi-misi dan rekam jejak calon. Ukur janji kampanye serealistis mungkin. Jadilah pemilih cerdas dan memilihlah dengan niat ibadah. Semoga terpilih gubernur dan wakilnya yang baru, agar Jabar berkemajuan bukan hanya mimpi, tapi segera terealisasi. Wallaahu’alam .[]

Iu Rusliana, Ketua Pemuda Muhammadiyah Jawa BaratDosen Aqidah Filsafat Islam Fakultas Ushuluddin UIN Bandung

Sumber, Pikiran Rakyat 7 Juni 2018

WhatsApp
Facebook
Telegram
Print
Twitter

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *