[www.uinsgd.ac.id] Jajaran Dekanat Fakultas Ushuluddin bersyukur, kini para punggawanya memiliki gedung baru yang nyaman dan bersih. Rasa terima kasih pun terlontar kepada Rektor yang menempatkan pimpinan dan jajarannya untuk menempati gedung baru tersebut. “Ini merupakan kegiatan pertama kali yang resmi, sebelumnya tidak berani. Terima kasih atas kedatangan Bapak Rektor beserta rombongan serta pemberian yang sangat luar biasa. Ushuluddin sudah hijrah ke 4 kalinya, insya Allah kita sudah settle, gak akan dipindahkan lagi,” ujar Dekan, Prof. Dr. Rosihon Anwar, M.Ag pada acara syukuran Gedung Fakultas Ushuludin, Rabu (23/01/2013)
Ia menjelaskan fungsi ruangan pada tiap-tiap lantai. Seperti pada lantai satu yang ‘disewakan’ kepada Lempaga Pengabdian Masyarakat (LPM) dan Koordinator Perguruan Islam Swasta (Kopertais). Ruang Dekanat sendiri berada pada lantai dua. Sedangkan untuk menunjang kegiatan akademik dipusatkan di lantai 4. Ia bersykur, kini dosen ushuludin memiliki ruangan dan meja tersendiri sehingga bebas mau duduk di mana saja.
“Kami melihat bahwa perpindahan ke gedung baru ini menjadi pemicu semangat baru. Kami menghimbau agar muncul kebangkitan yang kesekian kalinya. Fakultas Ushuluddin ke depan bisa menjadi pusat informasi Islam di Jawa Barat, syukur-syukur tingkat nasional,” jelasnya.
Prakata terkahir, Rosihon meminta arahan kepada Rektor bagaimana fakultas ushuluddin ke depan.”Terima kasih kepada Bapak Rektor yang memberikan perhatian, dalam waktu dekat fakultas Ushuluddin akan mendapatkan bantuan operasional,” pungkasnya.
Rektor UIN Sunan Gunung Djati berharap bahwa hijrah ke empat kalinya ini menjadi hijrah terakhir sehingga tidak ada alasan lagi untuk menunda untuk memproduk kualitas akademik.”Kita ketahui ada dua tantangan di UIN. Untuk SDM UIN tidak kalah dengan UIN Jakarta, bahkan nasional tapi akreditasnya jeblok. Oleh karena itu harus ditingkatkan,” tegas Rektor.
“Untuk mendukung peningkatan kualitas tersebut, saya dorong dengan anggaran 1,9 M yaitu untuk akreditasi harus A, kalo terlalu berat minimal harus B,” jelas Rektor.
Menurutnya, masalah lainnya selain akreditas yang jeblok adalah ketiadaan Jurnal Internasional di UIN Bandung yang sudah terakreditasi. Rektor akan mencari Fakultas mana yang siap.
Menyinggung masalah pembangunan, Rektor menyatakan, “Kalo kita membangun masalahnya adalah pada pemeliharaan, padahal dalam fiqh, bab thaharoh paling awal dibahas. Tapi kalo kita pergi ke lembaga pendidikan Islam, kita lihat temboknya kotor. Oleh karena itu, tantangan pertama adalah pemeliharaan gedung. Sedangkan yang kedua adalah keamanan. Dengan kasus BRI yang dibobo secara profesional, keamanan di UIN menjadi persoalan,” paparnya.
Ia menginformasikan, bulan Juli mendatang UIN akan punya 12 gedung dan satu perpustakaan modern. Setelah selesai pembangunan, kita sudah menyiapkan siteplan untuk pembangunan kampus dua.
Berkaitan dengan peran Ushuludin, Rektor berharap bahwa ke depan harus mampu menjelaskan fenomena berkembangnya aliran sesat, bukan oleh Perguruan Tinggi lain yang tidak belajar teologi, bukan pula oleh fakultas Syariah tapi oleh Ushuluddin.
“Oleh karena itu, dengan adanya gedung ini, mari kita syukur nikmat yaitu dengan mengimplementasikan di lapangan dengan memproduk akademik yang berkualitas”.
Selesai pengarahan, Rektor membuka syukuran tersebut dengan melakukan pemotongan tumpeng.***[Dudi, Ibn Ghifarie]