(UINSGD.AC.ID)-Penyelenggaraan sertifikasi pembimbing haji yang dikomandoi FDK UIN Bandung benar-benar berbeda. Selain menjaga mutu di tengah keterbatasan pandemi covid 19, juga tetap menjaga spirit profesionalitas,” ujar Prof. Dr. Mahmud, M.Si, Rektor UIN Sunan Gunung Djati Bandung di sela-sela penyampaian materi pada Sertifikasi Pembimbing Manasik Haji Profesional Angkatan VIII.
Di antara upaya menjaga kualitas dan profesionalitas sertifikasi, Fakultas Dakwah Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung sudah lama merancang sistem sertifikasi daring dan luring.
Tim sertifikasi yang terdiri dari panitia dan asesor membangun aplikasi sertifikasi pembimbing haji yang dikenal dengan aplikasi SEHATI (Sertifikasi Haji Sunan Gunung Djati). Di dalam aplikasi ini, peserta bisa dengan mudah mengupload resume/tugas setiap materi, kemudian asesor menilai, dan nilai dari asesor pun bisa dengan mudah dilihat peserta. Peserta juga bisa melakukan dialog interaktif dengan asesor mengenai materi dan proses sertifikasi agar setiap persoalan yang terjadi selama sertifikasi bisa segera teratasi.
Selain itu, pelaksanaan sertifikasi pembimbing manasik haji menggunakan OBS (Open Broadcast System), yang dipadukan dengan media daring zoom. OBS memiliki tampilan yang lebih menarik dan informatif, sehingga peserta lebih merasakan proses sertifikasi yang lebih dinamis dan menarik.
Dalam kesempatan terpisah, Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Barat, Dr. H. Adib, M.Ag mengatakan, “Penggunaan OBS ini untuk menyajikan tampilan materi dan narasumber yang membuat peserta tidak bosan, karena seharian peserta duduk di depan monitor tentu melelahkan dan menjenuhkan.”
Untuk memperkuat mutu sertifikasi, selain peserta mendapatkan materi berbentuk softfile yang dikirimkan panitia melalui email atau grup Whatsapp, tim juga menyiapkan materi di setiap sesi sertifikasi di youtube. “Content acara sertifikasi di setiap sesi yang dishare di youtube, selain untuk media pembelajaran yang memanfaatkan media sosial, juga memudahkan siapa pun untuk melihat proses pelaksanaan sertifikasi,” jelas Dr. K.H. Ahmad Sarbini, M.Ag, Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Gunung Djati Bandung, sekaligus Ketua Panitia Sertifikasi Pembimbing Manasik Haji Profesional Angkatan VIII Reguler.
Meskipun peserta tidak terpusat di satu tempat, tetapi tidak mengurangi kekhusyuan dan kedisipilinan peserta. Peserta tetap dipantau oleh tim melalui daftar hadir digital, dan setiap peserta memiliki rekam jejak kehadiran dan aktivitas setiap sesinya. Peserta pun memakai virtual background khusus sebagai salah satu syarat mengikuti sertifikasi virtual.
Kegiatan ini dibagi dua tahap, yaitu tujuh hari materi disampaikan oleh pemateri secara daring, dan tiga hari luring (offline) untuk praktik dengan membagi 2 gelombang. Mengenai hal ini, Kepala Bidang Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kanwil Kementerian Agama Provinsi Jawa Barat, Drs. H. Ajam Mustajam, M.Si., menjelaskan, “Kita sangat hati-hati dan penuh pertimbangan ketika melaksanaan kegiatan ini. Kita tetap melaksanakan standar protokol kesehatan secara ketat. Dan meminta peserta untuk membawa bukti hasil tes kalau dirinya benar-benar sehat dan tidak reaktif, sehingga tidak merugikan pada peserta lain.”
Pelaksanaan tahap daring Sertifikasi Pembimbing Manasik Haji Profesional Angkatan VIII, peserta ditempatkan di kantor Kemenag Kabupaten Kota masing-masing, Kantor Ormas Islam, dan Kampus UIN Sunan Gunung Djati Bandung, mulai dari 2 sampai 8 November 2020. Sedangkan tahap luring dilaksanakan di SHEO Resort Hotel Ciumbuleuit Kota Bandung.
Alasan tetap dilaksanakannya pelatihan secara luring, karena ada pembinaan karakter dan kompetensi yang tidak bisa diikuti secara maksimal dengan daring. Pada sertifikasi terdapat komponen mutu, yang secara optimal hanya bisa dicapai dengan pembelajaran luring. Micro guiding misalnya, ia merupakan inti sertifikasi, di mana 40 % sukses mutu sertifikasi ditentukan oleh efektivitas micro guiding.
Selain itu, ukuran profesionalitas sebagaimana menjadi jargon sertifikasi tidak hanya terbatas pada penguasaan wawasan ihwal manasik, dan segala kebijakan atau regulasi perhajian yang dapat dengan mudah ditransfer melalui pemaparan dan kajian naskah atau dokumen, tapi juga sangat ditentukan oleh tiga hal penting, yakni keterampilan, pengalaman, dan integritas.
Integritas ini terutama terkait dengan karakter kedisiplinan, ketulusan dan kejujuran, tanggung jawab dan amanah, dan kesiapan berkorban untuk kepentingan jamaah. Semua softskills penting ini hanya mungkin dapat ditanamkan secara maksimal bila dilakukan secara luring.
“Acara ini diikuti oleh 100 orang peserta dari berbagai unsur yang ditetapkan dari hasil seleksi yang ketat, yaitu perwakilan Kementerian Agama Kabupaten/Kota, perwakilan Organisasi Masyarakat Islam, dan perwakilan Perguruan Tinggi,” ujar H. Jajang Apipudin, M.Ag, selaku Kepala Seksi Pembinaan Haji dan Umrah Kanwil Kementerian Agama Jawa Barat.
Kegiatan strategis yang diselenggarakan oleh Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung bekerjasama dengan Kantor Wilayah Kementerian Agama Republik Indonesia Provinsi Jawa Barat ini berlangsung dari tanggal 2 sampai 13 November 2020. ()