Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati (SGD) Bandung selenggarakan The 1 st Conference of Islamic and Religious Studies (CIRS) 2019. Agenda ini bertema “Strengthening Local Wisdom for Religious Moderation in Indonesia”.
Prof. Dr. H. Mahmud, M.Si., Rektor UIN SGD Bandung yang diwakili Dr. Wahyudin Darmalaksana, M.Ag., Dekan Fakultas Ushuluddin memberikan sambutan. Kegiatan ini berlangsung di Hotel Shakti Jl. Soekarno-Hatta Bandung, Jum’at-Sabtu, 27-28 September 2019.
“Selamat datang di Bandung. Konferensi bidang agama dengan issue spesifik perlu dikuatkan. Forum ilmiah ini kita pastikan membawa hasil publikasi dan dampak yang luas untuk masyarakat”, tegas Wahyudin Darmalaksana sekaligus membuka acara.
Dr. Husnul Qodim, M.Ag., Ketua Panitia CIRS 2019 melaporkan. “Peserta 100 dari 157 setelah diseleksi. Jurnal Wawasan menjadi penanggung jawab kegiatan ini dengan dukungan dari Kemenag RI.”, ungkap Husnul Qodim yang juga sebagai Ketua Redaksi Wawasan, yakni Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya, Fakultas Ushuluddin UIN SGD Bandung.
CIRS 2019 ditanggungjawabi oleh Jurnal Wawasan dengan dukungan dari Subdit Penelitian, Publikasi Ilmiah, dan Pengabdian kepada Masyarakat, Direktorat Pendidikan Tinggi Islam (Diktis), Direktorat Jenderal Pendidikan Islam (Ditjen Pendis) Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag RI.).
Hadir pada sesi pertama narasumber Dr. Phil. Sahiron Syamsuddin, MA. dan Prof. Dr. Phil. Al Makin, MA. Keduanya merupakan akademisi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Sesi pertama bertema “Moderasi Beragama dan Kearifan Lokal”.
“Pemahaman teks suci yang leterlek cenderung menghadirkan perilaku yang radikal. Diperlukan interpretasi multi-perspektif dalam memahami teks suci”, papar Sahiron Syamsuddin.
“Terdapat saling mengisi antar-budaya di sepanjang sejarah dunia. Sikap moderasi menempati peran utama dalam peradaban. Moderasi berarti bersikap arif terhadap hal tidak disetujui”, ungkap Al Makin.
Bertindak sebagai moderator Dr. Rifki Rosyad, MA., Dosen Fakultas Ushuluddin UIN SGD Bandung. “Peradaban berumur Panjang dengan menghargai perbedaan’, ujar Rifki Rosyad menyimpulkan. (Rls)
Sumber, Warta 28 September 2019