(UINSGD.AC.ID)-Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) UIN Sunan Gunung Djati Bandung adakan Workshop Evaluasi Kurikulum Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) di Hotel Shakti, Sabtu (29/10/2022)
Workshop ini diikuti oleh Dosen Tetap dan Dosen Tidak Tetap yang ada di FEBI bertajuk “Akselerasi Penguatan Kompetensi dan Daya Saing Lulusan Melalui Inovasi Merdeka Belajar Menuju Rekognisi Internasional.”
Ketua Prodi Ilmu Ekonomi dan Keuangan Islam, Dr. Aas Nurasyiah, M.Si dan Sekretaris Prodi Ilmu Ekonomi dan Keuangan Islam, Dr. Juliana, S.Pd., SH., M.E.Sy. AWP., CFP. tampil menjadi narasumber yang dipandu oleh Dosen Tetap FEBI, Vemy Suci Asih dan dibuka oleh Dekan FEBI, Dr. H. Dudang Gojali, M.Ag.,
Dalam sambutannya, mengatakan bahwa evaluasi kurikulum ini merupakan respon terhadap tuntutan zaman. “Apakah kurikulum bisa menjadi bekal pengetahuan dan solusi penyelesaian problem masyarakat. Jadi updating dosen terhadap problem masyarakat itu penting, karena kritik masyarakat adalah dosen, mahasiswa, dan Perguruan Tinggi berada di menara gading maka kita harus turun gunung untuk mengindentifikasi problem dan ditawarkan solusinya salah satunya melalui kurikulum,” jelasnya.
Dr. Dudang menegaskan peran pengajar itu dampaknya luas, mendalam, dan berpengaruh sangat lama. Mahasiswa yang dihadapi saat ini berbeda dengan mahasiswa pada saat dahulu. Saat ini perkembangan teknologi membuat mahasiswa lebih percaya dengan google dibandingkan para dosen. Maka dari itu, updating pengetahuan, metode, dan pendekatan harus terus dilakukan dalam proses pembelajaran pada mahasiswa.
Negara menuntut perguruan tinggi bagaimana mahasiswa yang dididik itu berguna dan bermanfaat. “Ketika tuntutan hari ini adalah bagaimana kebermanfaatan mahasiswa dan menjadi solutif di tengah masyarakat, pertanyaannya adalah apakah yang kita sampaikan di dalam materi kuliah kita apakah kurikulum kita menjadi solutif dari problem itu. Maka semua kita harus paham dengan problem hari ini,” paparnya.
Dalam pemaparannya, Dr Aas Nurasyiah membahas “Peningkatan Mutu Kompetensi Lulusan Melalui Inovasi Pembelajaran Berbasis Social Community Services.”
Menurutnya, pada era MBKM, kurikulum perlu di restrukturisasi untuk melakukan penyesuaian kurikulum dengan memperhatikan mata kuliah yang ditawarkan kepada mahasiswa.
Harapannya, mahasiswa mendapatkan kesempatan untuk melakukan kegiatan di luar kampus. Salah satu program MBKM yang bisa diikuti mahasiswa adalah Program Pengabdian kepada Masyarakat (Social Community Services) dalam bentuk Bina Desa , Program Kemanusiaan dan Bela Negara.
“Program Studi yang berkaitan dengan Bidang Ekonomi, Keuangan dan Bisnis Syariah memiliki peluang yang besar untuk mengembangkan program Pengabdian pada Masyarakat, mengingat masih banyak hal yang perlu dibenahi pada masyarakat agar terwujudnya Ekosistem Halal di Indonesia,” jelasnya.
Tema-tema yang bisa di usung, seperti peningkatan literasi ekonomi syariah di Lembaga Lembaga Pendidikan sejak dini,pengembangan ekonomi berbasis pesantren , pemberdayaan ekonomi masjid, Penjamin Halal pada UMKM, Pendampingan Bisnis Syariah pada UMKM, Perencanaan Keuangan Syariah pada kelompok strategis, Pemberdayaan Masyarakat pada program Zakat, Percontohan Desa Berdaya Zakat, Desa Wisata Halal, Langkah strategis yang perlu dilakukan adalah susun buku pedoman, tentukan mitra program, sosialisasi kepada mahasiswa dan dosen serta segera laksanakan program.
Dr. Juliana, S.Pd., SH., M.E.Sy, membahas soal Tantangan Jurusan Ekonomi Islam. Diakuinya, tantangan Jurusan Ekonomi Syariah di Era MBKM adalah terdapat sekitar 1000 prodi Ekonomi Islam; kurilum yang belum singkron dengan Dunia Usaha Dunia Industri (DUDI); MBKM; Tridharma Perguruan Tinggi.
Menurutnya ada paket Link and Match yang harus dilalui untuk melewati tantangan tersebut. Pertama, kurikulum disusun bersama dengan berstandar Dunia Usaha Dunia Industri (DUDI); kedua, pembelajaran berbasis project rill dari Dunia Usaha Dunia Industri (DUDI); ketiga, jumlah dan peran dosen dari industry expert dari Dunia Usaha Dunia Industri (DUDI); keempat, magang/ praktik kerja industry minimal satu semester; kelima, sertifikasi kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan Dunia Usaha Dunia Industri (DUDI); keenam, dosen secara rutin mendapatkan updating teknologi dan training Dunia Usaha Dunia Industri (DUDI); ketujuh, riset terapan yang bermula dari kasus atau kebutuhan Dunia Usaha Dunia Industri (DUDI); dan kedepalan, komitmen serapan lulusan oleh Dunia Usaha Dunia Industri (DUDI).
Pada akhir sesi, Wakil Dekan I FEBI, Dr. Deni Kamaludin Yusup, M.Ag., menyimpulkan bahwa MBKM ini menuntut kolaborasi dosen mahasiswa. Penelitian dan publikasi menjadi hal yang tidak terpisahkan saat ini.
‘Kurikulum MBKM ini disatu sisi menuntut kita untuk lebih open minded. Tantangan yang harus dijawab adalah change our mindset from Outcome Based Education (OBE) to Outcome Based Accreditation (OBA),” tandasnya.