Efek Medsos Pengaruhi Minat Belajar Agama di PTAIN

Kementerian Agama (Kemenag) menyebut minat calon mahasiswa untuk mengambil jurusan prodi keagamaan mengalami penurunan setiap tahunnya. Hal ini diakibatkan sejak Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) membuka prodi umum.

Direktur PTKIN Kemenag, Arskal Salim, mengatakan calon mahasiswa juga mengkhawatirkan potensi pekerjaan dari prodi keagamaan di PTKIN.

“Sebagian besar pendaftar melihat potensi bisa mereka dipekerjakan akan melihat mana prodi ketika keluar (lulus) bisa langsung kerja. Makanya jadi guru, hakim, pegawai bank sementara untuk prodi syariah, PAI, keagamaan kurang diminati terutama di IAIN,” ujarnya, Ahad (27/1).

“Sejak terbuka menjadi UIN jadi kesannya ketika UIN buka pada 2002 ketika dipresentasikan maka prodi umum banyak di buka, seperti ekonomi syariah, teknologi informasi, komunikasi, kedokteraan, dan lain-lain, jadinya ke arah sana,” ungkapnya.

Menurutnya, selama ini Kemenag secara pro aktif memberikan beasiswa afirmasi dan beasiswa prestasi bagi mahasiswa khususnya prodi keagamaan. Hal ini dipersiapkan untuk menarik minat calon mahasiswa. “Sebenarnya di UIN besar masih diminat (Prodi keagamaan) cukup tinggi, misal prodi di fakultas ushuludin masih diminati di UIN Jakarta, UIN Bandung, UIN Jogyakarta tapi ini (penurunan minta Prodi keagamaan) sudah menjadi perhatian kita makanya ada beasiswa yang dipersiapkan agar menarik calon mahasiswa, lulusan pesantren untuk mau belajar di prodi di Fakultas Ushuludin,” ucapnya.

Untuk itu, dalam waktu dekat pihaknya akan membentuk lembaga tes masuk PTKIN. Langkah ini guna memperkuat minat calon mahasiswa khususnya prodi keagamaan. “Pak Menag sudah menyampaikan jajaran direktorat PTKIN untuk membentuk tim kajian untuk lembaga tes masuk PTKIN, kami siapkan dua bulan untuk merekrut orang-orangnya mempetakan apa saja pekerjaannya pada 2020 nanti kita sudah lagi menggunakan kepanitiaan tapi sudah menggunakan lembaga tes masuk PTKIN,” ungkapnya.

Di sisi lain, ia melihat penurunan minat Prodi keagamaan lantaran adanya alternatif metode pembelajaran keagamaan dari media sosial.

Secara khusus, ia meminta PTKIN dapat menerapkan teknologi secara memadai untuk mewadahi ilmu keagamaan berbasis internet. (Novita Intan, Nashih Nashrullah)

Sumber, Republika.co.id Ahad 27 Jan 2019 22:55 WIB

WhatsApp
Facebook
Telegram
Print
Twitter