[www.uinsgd.ac.id] Pusat Pengabdian Masyarakat LP2M UIN SGD Bandung tahun ini menerjunkan 5.215 mahasiswa KKN (Kualiah Kerja Nyata) ke empat kabupaten di Jawa Barat. Sebanyak 5.054 dikonsetrasikan ke walayah Kabupaten Bandung, terutama di Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum, sisanya ke Kabupaten Cianjur, Kota Banjar dan Pangandaran, ada juga yang ber-KKN di negeri Thailand.
KKN Sisdamas (Berbasis Pemberdayaan Masyarakat), selain bertujuan menjalin interaksi, pemahaman dan kepedulian mahasiswa dalam memberdayakan masyarakat, juga mereka harus bisa mengedukasi masyarakat sesuai dengan kompetensi hasil kuliahnya di program studi masing-masing.
“Makanya kita konsentrasikan kegiatan KKN ini ke Kabupaten Bandung yang kini tengah merevitalisasi DAS Citarum,” ujar Ketua Pusat Pengabdian Masyarakat LP2M UIN SGD Bandung, Dr H Ramdani W Sururie, M.Ag, M.Si, dalam acara Pembekalan Dosen Pembimbing Lapangan dan Ketua Kelompok KKN Sisdamas TA 2018-2019 di Gedung Anwar Musaddad, Bandung, Kamis (19/07/2018).
Pembekalan dosen pembimbing dan ketua kelompok KKN ini menghadirkan narasumber dari Bappeda Kabupaten Bandung, Dan Sektor 21 Program Citarum Harum, dan pakar komunikasi dari Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN SGD Bandung.
Mahasiswa, lanjut Dr Ramdani, harus bisa mengidentifikasi pencapaian 17 tujuan pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs), antara lain soal kemiskinan, kelaparan, kesehatan, pendidikan, kesetaraan gender, air bersih dan sanitasi, dan yang lainnya. “Mereka harus mampu menemukan dan memastikan, desa mana saja yang belum bisa mengatasi SDGs ini? Nah, mahasiswa harus mampu memberdayakan masyarakat dalam rangka menopang pencapaian 17 tujuan pembangunan tadi,” jelas Dr Ramdani.
Terkait lokasi di DAS Citarum, mahasiswa KKN akan melebur dengan para personel yang ikut serta dalam Program Nasional Citarum Harum. Secara teknis mereka disebar dari Sub Sektor 1 sampai Sub Sektor 23 (dari hulu sampai hilir). “Harapan kami, mereka mampu menerapkan atau memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi secara multidisipliner, bagi kepentingan dan pemberdayaan masyarakat di wilayah itu,” harap Dr Ramdani, yang juga dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN SGD.
Dan Sektor 21, Kolonel Inf Yusep Sudrajat, S.IP, M.Si menjelaskan, program Citarum Harum ini diluncurkan dalam rangka merevitalisasi Sungai Citarum menuju Indonesia Emas 2045. Program ini dikomandani langsung oleh Menko Kemaritiman, ditopang oleh kementerian terkait, dengan struktur ke bawah Gubernur Jabar, Pangdam III/Siliwangi, Kapolda Jabar, Bupati/Walikota, dan sejumlah elemen masyarakat. Sistem penanganannya satu kesatuan komando dari hulu ke hilir dengan semua komponen masyarakat. Tujuannya mensejahterakan masyarakat.
Sektor 21 Satgas Citarum membawahi wilayah kerja di Kabupaten Bandung (kecuali Majalaya) dan Kota Cimahi, dibagi menjadi 15 Sub Sektor, di antaranya Sub Sektor Citarik, Ciledug, Cidurian, Cipamokolan, Cikapundung, Citepus, serta Cisangkuy dengan perkuatan dari TNI sebanyak 200 personel. Sektor 21 punya semboyan Lebih Baik Pulang Nama daripada Gagal dalam Tugas. “Sekarang tugas sebenarnya adalah bertempur melawan limbah dan sampah,” tegas Yusep.
Diakui, kondisi DAS Citarum sangat memprihatinkan malah pernah menyandang predikat salah satu sungai terkotor di dunia. Kalau musim penghujan terjadi banjir parah, yang tergenang Majalaya, Banjaran, Dayeuhhkolot. Kalau musim kemarau terjadi kekeringan, gagal panen, kekurangan air, dan potensi panas bumi terganggu. Diperparah dengan potensi 1.900 indutri penghasil limbah, sebanyak 90 persen ipal belum sesuai, ditambah 340 ribu ton/hari limbah cair.
Padahal fungsi Sungai Citarum sangat vital dan strategis, tidak hanya untuk masyarakat sepanjang DAS, tetapi juga airnya dikonsumsi oleh 80 penduduk DKI Jakarta. Selain itu sangat dibutuhkan untuk budidaya ikan tawar, irigasi 420.000 Ha sawah, pemasok listrik 1.888 MW, dan jaringan interkoneksi Jawa Bali.
Kalau semua limbah dibuang ke Sungai Citarum, maka banyak makhluk hidup yang teracuni. Efeknya antara lain gangguan otak dan mental, tremor, radang dan pembengkakan gusi, gangguan perut dan ginjal, gangguan perkembangan otak janin, pembengkakan kaki dan tangan, kulit mengelupas, dan anak autis semakin bertambah. “Maka, sejak April sampai sekarang dari 415 pabrik ada 27 pabrik yang sudah ditutup saluran pembuangan limbanhnya,” jelas Kol Yusep.
Menyinggung kegiatan yang dilakukan Sub Sektor dari hulu sampai hilir, Yusep memaparkan kegiatannya antara lain Sosialisasi Program Citarum Harum, melakukan karya bakti, penghijauan, pembongkaran bangunan yang berdiri di atas tanah negara/irigasi, dan pengecoran pabrik yang membuang limbah ke sungai.
Kol Yusep menyambut baik kehadiran mahasiswa KKN UIN Bandung. “Mereka akan bergabung dengan kami, ikut memecahkan masalah di DAS Citarum. Kami yakin, peran mahasiswa sebagai agen perubahan akan mampu mengubah keadaan masyarakat menjadi lebih baik. Mahasiswa dengan pembimbingnya dipastikan punya planing, visi, dan bisa mencari solusi dengan tepat. Tujuannya, pengabdian kepada masyarakat,” harap Yusep, yang berharap kerjasama dengan UIN SGD, melalui KKN Sisdamas ini, bersinergis dan bahu-membahu dalam mewujudkan Citarum Harum untuk Indonesia Emas 2045. (Nanang Sungkawa/Humas Al-Jamiah)