(UINSGD.AC.ID) – “Allah SWT mengingatkan hamba-Nya agar selalu bersyukur dan rendah hati (tawadhu), agar hanba-Nya tidak terputus dari rahmat dan senantiasa berada dalam lindungan-Nya,” Dekan Fakultas Adab dan Humaniora (FAH) UIN SGD Bandung Dr H Setia Gumilar, M.Si menegaskan hal itu dalam briefing pagi Tenaga Kependidikan, Senin (10/01/2022).
Briefing, yang digelar secara rutin setiap pukul 07.30-08.00 WIB, dipimpin oleh Koordinator Bidang Administrasi dan Ketatausahaan FAH, Hj Ati Rahmawati, M.Ag; diikuti oleh para staf PNS, tenaga tendik BLU, dosen BLU, CPNS, dan office Boy.
“Mengapa kita tidak sukses? Jangan-jangan kita lupa bersyukur dan sombong,” ujar Dekan, saat menjelaskan ayat-ayat terakhir surat Al-Furqan yang dibaca bersama sebelum sesi pembinaan/tausiah.
Menurut Dekan, ayat-ayat tersebut menjelaskan tentang ciri-ciri hamba Allah yang Maha Penyayang (ibadurrahman). Ciri pertama adalah generasi yang tawadhu (tidak sombong). Mereka selalu rendah hati, lemah-lembut, tidak membusungkan dada karena banyak hartanya, karena tinggi jabatannya, karena lebih pandai, atau merasa lebih tinggi dari orang lain.
“Jika kita memiliki kelebihan harta, maka sebagiannya digunakan untuk membantu sesama; jika kita termasuk orang berilmu, digunakan ilmunya untuk mencerahkan, bukan untuk menghujat yang lain,” jelas Dekan.
Ciri kedua, lanjut Dekan, adalah selalu mengucapkan kata-kata yang baik, tidak mengeluarkan kata yang mengandung dosa dan celaan terhadap sesama. Tidak membalas keburukan dengan keburukan.
“Persis, seperti yang diisyaratkan dalam konsep Moderasi Beragama. Kita harus bersikap ramah, toleran dan mampu berinteraksi di dalam keberagaman,” kata Dekan.
Ciri berikutnya, terkait dengan hamba Allah yang suka mendirikan salat tengah malam (qiyamul lail). “Jadi, ibadurrahman itu identik dengan insan kamil, sebagai manusia sempurna, terintegrasinya potensi dasar (fitrah): ‘aql (akal), qalb (hati), dan nafs (jiwa). Menurut Al-Ghazali, ketiga piranti tersebut secara integrasi harus dipelihara, agar manusia bisa meraih sukses dan mampu menunjukkan kebenaran kepada manusia,” ujar Dekan mengutip pendapat Al-Ghazali.
Mengakhiri tausiahnya, Dekan mengapresiasi briefing tendik ya dilaksanakn setiap pagi. Selain, membiasakan diri membaca Alquran, juga ada acara pembinaan yang di dalamnya bisa membahas berbagai hal. “Jangan lupa di antara kita harus saling mengingatkan. Ketika atasan diingatkan oleh bawahan, jangan merasa digurui; sebaliknya, jika bawahan diingatkan, jangan merasa dihardik. Yang penting, kita harus tahu posisi masing-masing!” pungkas Dekan.[nanang sungkawa]