Oleh Drs. K.H. Asep Jamaluddin, M.Ag
أَيّÙهَا الَّذÙينَ Ø¢ÙŽÙ…ÙŽÙ†Ùوا Ø¥Ùذَا Ù‚Ùيلَ Ù„ÙŽÙƒÙمْ تَÙَسَّØÙوا ÙÙÙŠ الْمَجَالÙس٠ÙَاÙْسَØÙوا ÙŠÙŽÙْسَØ٠اللَّه٠لَكÙمْ ÙˆÙŽØ¥Ùذَا Ù‚Ùيلَ انْشÙزÙوا ÙَانْشÙزÙوا يَرْÙَع٠اللَّه٠الَّذÙينَ Ø¢ÙŽÙ…ÙŽÙ†Ùوا Ù…ÙنْكÙمْ وَالَّذÙينَ Ø£ÙوتÙوا الْعÙلْمَ دَرَجَات٠وَاللَّه٠بÙمَا تَعْمَلÙونَ خَبÙيرٌ (11)
Ayat yang digaris bawahi ini sangat sering diungkapkan oleh para penceramah, dan seolah bahwa setiap yang beriman dan diberi pengetahuan itu dipastikan akan dinaikkan beberapa derajat, padahal kalau berkaca pada ayat di atas, potongan ayat yang bergaris bawah merupakan jawab dari syarat pada kalimat sebelumnya.
Oleh karena itu, menurut hemat saya, orang yang akan dinaikkan derajatnya adalah mereka yang beriman dan diberi pengetahuan sebagai buah dari : Pertama, Karakternya yang suka memberi kesempatan pada orang yang ahli dan professional; Kedua, Rela mengundurkan diri/atau digantikan oleh orang lain jika tidak mampu mengemban amanat dengan baik.
Sumber : Materi Kultum ke 461 di Mesjid Ikomah UIN SGD Bandung