Di Usia 35 Tahun, SPI Makin Piawai Merespon Dunia Pendidikan

(UINSGD.AC.ID) Jurusan Sejarah Peradaban Islam (SPI) harus tetap menjadi pemelihara memori sejarah umat Islam dalam mendirikan dan memperjuangkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Demikian amanat Prof Ahmad Mansur Suryanagara, dalam acara tasyakuran Jurusan SPI Fakultas Adab dan Humaniora (FAH) UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Jum’at (25/06/2021).

Tasyakuran, yang bertemakan “Refleksi 35 Tahun Jurusan SPI dan Doa Bersama Para Perintis” ini dihadiri oleh keluarga besar Jurusan SPI, mulai dari Ketua dan Sekretaris Jurusan, Dekan dan para Wakil Dekan, Tendik, dosen, mahasiswa, serta para alumni Jurusan SPI. Hadir pula beberapa sesepuh dan perintis jurusan.

Tercatat, lebih dari 200 orang hadir sebagai partisipan di zoom meeting, ditambah yang menyaksikan secara live streaming di flatform Youtube.

“Hadirnya Jurusan SPI harus andil dalam menjaga nilai-nilai sejarah, dan mencegah generasi bangsa dari kelupaan akan masa lalu”, lanjut Prof Mansur, sesepuh SPI yang kini usianya sudah 86 tahun.

Prof Mansur berkisah bahwa pertama kali ia menjadi bagian dari Jurusan SKI, diajak oleh Aam Abdillah. Saat itu ia tengah menjadi pengajar di Jurusan Sejarah Fakultas Sastra UNPAD.

“Lalu, saya mengajak asisten saya, yaitu Mumuh Muhsin Zakaria dan Reiza Dienaputra, yang kini menjadi doktor dan guru besar ilmu sejarah di UNPAD”, tuturnya.,

Mumuh Muhsin membantu bidang fislafat sejarah, sementara Reiza Dienaputra dalam kajian ilmu politik. “Dan untuk mata kuliah Sejarah Pergerakan, mengajak Elidawati, yang kini menjadi pemilik perusahaan kerudung Elzatta”, sambung penulis buku API Sejarah ini.

Menorehkan Banyak Prestasi
Ketua Jurusan SPI, Dr Samsudin, M.Ag mengemukan bahwa ada berbagai hal yang patut disyukuri terkait eksistensi Jurusan SPI. Di antaranya, begitu banyak prestasi yang telah ditorehkan, hingga saat ini. Sejak 2015 Jurusan SPI sudah mendapat predikat A akreditasi BAN-PT, dan mampu dipertahankan dalam periode-periode berikutnya.

Juga, semakin meningkatnya para peminat yang ingin menimba ilmu di Jurusan SPI. Sebagai catatan, saat ini jumlah mahasiswa SPI rata-rata 4 sampai 5 kelas per-angkatan. Para alumninya juga sudah banyak yang mampu bersaing dalam berkiprah di berbagai sektor; ekonomi, politik, dan lain-lain.

Prestasi lain, para dosen Jurusan SPI cukup produktif dalam menghasilkan karya ilmiah dan jurnal. “Indikatornya, perolehan poin publikasi karya ilmiah yang terindeks SINTA, Jurusan SPI UIN Bandung masih di atas Jurusan SPI UIN lain di Indonesia”, ujar dosen yang menjabat sebagai Kaprodi SPI untuk periode kedua tersebut.

Dekan FAH Dr H Setia Gumilar, M.Si mengapresiasi peringatan 35 tahun Jurusan SPI ini. “Terselenggara sangat meriah, meski hanya lewat media virtual,” kata Dekan, yang selalu berharap Jurusan SPI semakin piawai dalam merespon tantangan dunia pendidikan, terutama terkait program Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka (MBKM).

“Terkait MBKM, Jurusan SPI harus mampu berkolaborasi secara baik dengan kampus lain dalam pembelajaran, penelitian, dan pengabdian masyarakat”, ujar Dekan, yang juga alumnus Jurusan SPI angkatan kelima, tahun 1990.

Ia juga berharap, segenap elemen jurusan dapat bersinergi dengan alumni yang sudah berkecimpung dalam dunia teknologi, komunikasi, dan informatika, agar bisa menjawab tantangan Revolusi 4.0, saat ini.

Tak Pernah Sepi Peminat
Sesuai dengan tema, acara tersebut juga menghadirkan para sesepuh serta para perintis jurusan, yang juga memberikan tausyiah serta pemaparan terkait dinamika dan proses pendirian jurusan SPI di tahun 1980-an.

Dr Djodjo Soekardjo Soekadana menyampaikan informasi bahwa pada pertama kali dibentuk, Jurusan Sejarah Kebudayaan Islam (SKI), diketuai oleh Prof Dr Ahmad Hidayat, MA (Alm).

Setelah serangkaian proses pengajuan persyaratan administratif ke Departemen Agama bisa dilengkapi, ia yang sebelumnya sudah mengajar di Fakultas Tarbiyah, mulai ditugaskan mengajar di Jurusan SKI yang baru dibentuk itu.

“Kemudian, dalam rangka pemenuhan slot pengajar, saya mengajak beberapa dosen yang ahli dalam ilmu sejarah dari IKIP Bandung, lalu kemudian masuklah generasinya pak Aam Abdillah sebagai dosen tetap angkatan pertama”, kenang sesepuh yang kini berusia 77 tahun tersebut.

“Peminatnya luar biasa banyak, angkatan pertama mahasiswanya bisa sampai dua kelas penuh, masing-masing 45 orang”, sambung Dr Jojo.

Selepas tausiyah, pesan dan kesan disampaikan oleh perwakilan alumni Muhammad Rijlan, asal Malaysia. Lalu ia mengajak hadirin untuk bersama-sama membaca surah Al-Fatihah, mendoakan para pendiri dan perintis yang sudah wafat.

“Semoga Jurusan SPI bisa semakin berkualitas sebagai wadah pembelajaran anak bangsa, untuk masa depan yang lebih baik, tanpa melupakan masa lalu,” harapnya.

Acara dilanjutkan dengan pemutaran kaleidoskop dan album kenangan Jurusan SPI dari masa ke masa. Beragam prestasi yang telah didapatkan, juga disajikan menjadi sebuah tayangan.

Tidak ketinggalan, pemutaran video ucapan selamat dari para dosen dan mahasiswa. Salah seorang dosen senior, Drs Fajriudin, membacakan syair, yang penggalannya berbunyi “35 tahun sudah, setumpuk harap sebongkah doa demi aktualisasi diri dampingi generasi untuk karya insani dan panji ilahi.” (Ed. Nanangs)

WhatsApp
Facebook
Telegram
Print
Twitter

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *