Dekan FAH: Ayo Kita Mengkaji Manuskrip Warisan Leluhur!

UINSGD.AC.ID (Humas) — Dekan Fakultas Adab dan Humaniora (FAH) UIN Sunan Gunung Djati Bandung Dr. H. Dedi Supriadi, S.Ag, M.Hum menawarkan pilihan kepada para Ilmuwan Adab agar lebih banyak mengkaji manuskrip yang merujuk pada tulisan tangan warisan leluhur.

“Sudah banyak hasil penelitian yang bersumber pada teks lisan dan teks printing. Kita pun harus melirik tulisan tangan warisan leluhur, untuk menggali akar kata, menganalisis struktur bahasa, dan memahami bagaimana bahasa berubah seiring waktu,” kata Dr. Dedi, saat membuka acara Seminar Internasional “Recent Research Trends in Language, Literature, History, and Culture”, yang digelar secara hybrid, Rabu (09/10/2024).

Hadir dalam kesempatan itu, Wakil Dekan I Dr. Rohanda, M.Ag; Wakil Dekan II Dr. Samsudin, M.Ag; Wakil Dekan III Dr. Dadan Firdaus, M.Ag. Juga, para ketua/sekretaris jurusan; Ketua Laboratorium, Kepala Bagian Tata Usaha; dosen dan mahasiswa.

Seminar menghadirkan pemateri: Prof. Greg Barton (Alfred Deakin Institute for Citizenship and Globalisation, Australia); Ahmad Yunani, M.Hum (The National Research and Innovation Agency, Indonesia); Dr. Abeer Aly Abdullah Al-Jarbou (King Saud University, Riyadh, Saudi Arabia); dan Dr. Muhammed H. Alaqad (The Asian Federation of Translators and Interpreters, Malaysia). Dimedatori dosen FAH M. Rasyid Ridlo, MA.

Dr. Dedi menjelaskan, objek yang berkembang dalam penelitian humaniora terbagi ke dalam tiga kategori: teks lisan, teks tulisan, dan teks printing (cetakan). FAH, sebagai fakultas yang mendalami ilmu-ilmu humaniora, selayaknya melengkapi manuskrip yang merujuk pada warisan leluhur.

Manuskrip, sebagai naskah tulisan tangan, kata Dr. Dedi, mengandung info dan gagasan yang diperlukan dan dipergunakan oleh masyarakat. Karenanya, secara akademis diperkenalkan sebuah kajian filologi, dalam mengkaji teks tulisan untuk menghasilkan gagasan dan pikiran para leluhur.

Filologi mengandung arti studi yang mendalam tentang bahasa dan sastra, dengan penekanan khusus pada sejarah dan evolusi bahasa serta teks sastra (penelitian kata).

“Dalam konteks penelitian, saya menawarkan pilihan; selain bersumber pada buku cetak, kita pun harus melirik tulisan tangan untuk dikaji oleh para ilmuwan. Kita mencoba untuk menggali akar kata, menganalisis struktur bahasa, dan memahami bagaimana bahasa berubah seiring waktu,” jelasnya.

Memang, penelitian bidang filologi tingkat kesulitannya sangat tinggi, sebab naskah kuno pada umumnya berada pada kondisi tidak sempurna bahkan sudah rusak, tidak lengkap, serta tulisan tidak jelas. “Kita bisa terjebak pada beberapa kesalahan, bahkan bisa kehilangan maknanya,” tukas Dekan Dedi.

Khawatir Krisis Demokrasi

Cendekiawan terkemuka Australia, Prof. Greg Barton, menyempatkan hadir di FAH UIN Bandung, untuk menyampaikan gagasannya selama 30 menit. Ia tidak lupa mengupas tentang krisis demokrasi di Indonesia. “Tapi itu jangan khawatir, problemnya harus diatasi. Civil Society pun harus tetap berkembang dan statusnya menjadi oposisi bagi pemimpin baru lima tahun ke dapan,” ujarnya.

Sebagai penulis produktif, panutan kaum muda Indonesa, Prof Greg juga mengurai latar belakang permasalahan politik keislaman di Indonesia saat ini, dan menekankan permasalahan tersebut segera diatasi.

“Sejak Rezim Soeharto hingga saat ini, beberapa masalah termasuk kemiskinan, korupsi, dan ekstremitas sangat memprihatinkan. Namun Indonesia mempunyai potensi untuk mengatasi permasalahan ini dengan cara yang elegan, termasuk potensi ekonomi pada indeks PDB kita,” katanya.

Ia tak lupa memuji sikap kemasyarakatan yang damai dan toleran. “Itu perlu diacungi jempol. Namun kita tidak boleh berpuas diri, terus meningkatkan kualitas keberagamaan dan bermasyarakat sudah baik itu,” ujarnya.

Pemateri kedua, Dr. Abeer Aly Abdullah dari Arab Saudi menjelaskan, ada bahan-bahan kesusasteraan yang harus menjadi perhatian mahasiswa sastra, yakni tentang feminisme, dekontruksionisme, dan dimensi budaya (culture orientation). “Ketiganya berasal dari barat, tapi tidak perlu khawatir, karena sekadar alat dan pendekatan. Kalau langkah awalnya sudah kuat dan niatnya jelas, maka pendekatan apapun tidak akan berbahaya,” jelasnya.

Arkeolog dari BRIN, Ahmad Yunani, M.Hum mengingatkan kepada umat Islam agar hati-hati dengan mencuatnya fenomena makam-makam palsu di Indonesia, terutama di Jawa Tengah dan Banten yang dijadikan tempat ziarah spiritual. Persoalannya bukan pada makam itu sendiri, palsu atau tidaknya, melainkan pada niat dan tujuan para peziarah.

Sedangkan Dr. Muhammed H. Alaqad dari Malaysia banyak berbicara tentang hubungan komunikasi manusia dengan mesin, produk teknologi canggih, yang bisa menggantikan kerja manusia. Tetapi keberadaanya tidak perlu dikhawatirkan, dan jangan dijauhi, karena mesin itu sendiri buatan manusia, bisa bermanfaat bagi kemajuan hidup. (Nanang Sungkawa/Kontributor).

WhatsApp
Facebook
Telegram
Print
Twitter

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *