Ramadan tahun ini memunculkan pengalaman tak terlupakan bagi dosen UIN SGD Bandung, H. Dindin Jamaluddin (33). Dindin diundang Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Inggris untuk berceramah.
“Ibadah puasa di London, Inggris, cukup berat karena durasi waktu puasanya. Waktu puasa di London berlangsung dari sekitar pukul 3.00 dan baru buku pukul 21.00,” kata Dindin di Kampus UIN SGD Bandung, baru-baru ini.
Belum lagi dengan godaan dari lingkungan karena lebih banyak orang yang tidak melakukan puasa dibandingkan dengan yang melakukannya. “Hampir tidak ada ruang bagi yang berpuasa, kecuali pada tempat-tempat yang telah ditentukan, misalnya central mesjid. Sejatinya, akan dituntut rasa keberimanan yang luar biasa dari orang yang berpuasa,” kata lulusan Pontren La Tansa Banten ini.
Namun, Dindin merasa bersyukur karena bisa bersilaturahmi dengan sesam Muslim, terutama saat berkunjung ke komunitas Muslim Indonesia yang ada di London, yang terletak di daerah Colindale IIC (Indonesian Islamic Centre). “Mayoritas pengurus IIC adalah pegawai dan mantan pegawai KBRI, di samping para pekerja serta para mahasiswa,” tuturnya.
Dindin juga terkejut dengn menu buku puasa yang ala Indonesia meski berada di London. “Kondisi buka puasa di London seperti di kampung Sunda. Kaum ibu menyiapkan masakan khas Indonesia, seperti getuk, bubur kacang, bahkan sampai comro,” kata pria yang menjadi pembimbing haji plus dan umrah Qiblat Tour ini. [Sarnapi/PR]
Sumber, Pikiran Rakyat 2 September 2013