Cerita Ai Nurdianti, Hafidzah UIN Bandung Yang Selalu Manfaatkan Waktu Untuk Menghafal Al-Quran

Sebagai kitab suci, Al-Quran memiliki banyak manfaat. Selain berisikan ilmu pengetahuan, nilai moral, dan syariat islam, Al-Quran juga dapat mempengaruhi jiwa dan pikiran.

Seperti kisah salah satu mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati (SGD) Bandung, Ai Nurdianti yang telah menyelesaikan hafalan 30 juz Al-Quran.

Mahasiswa semester 8 ini telah memulai menghafal Al-Quran sejak di bangku sekolah dasar, dimulai dengan menghafal juz ke-30 dan surat-surat pilihan.

Hingga menginjak SMA, ia berhasil mengkhatamkan hafalan Al-Qurannya sebanyak 3 juz, yakni juz 30, 29 dan 28. Tak heran, sejak dari SMP Ai sudah ditawari beasiswa Daarul Quran sebagai prestasi dalam menghafal Al-Quran.

Rasa tertariknya dalam menghafal Al-Quran tidak berhenti ketika Ai lulus dari SMA, Ai semakin bersemangat untuk mengkhatamkan Al-Quran ketika berkuliah. Hal ini membuat ia sebagai penerima beasiswa BTQ for Leader dari Daarul Quran.

Ai percaya bahwa selalu ada jalan terbaik dari Sang Maha Kuasa dalam keinginannya untuk mengkhatamkan 30 juz.

“Ini jalan dari Allah, selama punya niat yang baik terutama menghafal Al-Quran, Allah akan selalu menjaga niat kita, Allah memberi jalan, Allah memberi teman dan lingkungan tanah rantau yang bisa memotivasi, dan bisa merealisasi niat aku dari awal,” ujar mahasiswa asal Tasikmalaya ini, Sabtu (9/5/2020).

Sebagai salah satu mahasiswa yang tinggal di Mahad Rumah Tahfidz UIN SGD Bandung, Ai lebih termotivasi dalam menjaga hafalannya dengan program setoran hafalan Quran dari hari Senin sampai hari Kamis, sedangkan hari liburnya diisi dengan murojaah atau mengulangi hafalan.

Dalam proses menghafalnya, Ai biasa melakukannya saat sore hari. Proses penghafalan dilakukan setiap sore sampai magrib, itu untuk menghafal hafalan baru.

Ketika Isya, maka diulangi kembali supaya ketika subuh disetorkan sudah lancar, dan murojaah juga ketika sebelum subuh atau ketika tahajud. Tekniknya, misal jika dalam 1 halaman ayat Al-Quran ada 10 ayat, maka dihafal secara membagi dua jumlah ayat, dihafal per 5 ayat-5 ayat, sebelum 5 ayat awal hafal dan lancar maka tidak dilanjutkan ke 5 ayat selanjutnya.

“Intinya, menghafal Al-Quran itu adalah niat yang lurus, ikhlas karena Allah, memohon kepada Allah untuk dimudahkan, Insyaa Allah jika niat baik kita terus ada di hati, Allah akan memberikan jalan ntah itu jalannya berupa teman, lingkungan, ataupun guru-guru yang bisa menghantarkan keinginan untuk mengkhatamkan Al-Quran 30 juz,” tutur Ai.

Padatnya kegiatan kuliah dan organisasi tidak mematahkan semangat dan niat Ai untuk menghafal dan mengkhatamkan Al-Quran.

“Untuk menguatkan hafalan, sering-sering lakukan murojaah supaya lancar, dan berdoa kepada Allah agar ingatan kita dikuatkan dan diberikan selalu niat yang lurus Ridho Lillahi Ta’ala dalam menghafal Al-Quran ini, karena sangat Masyaa Allah sekali berkah Al-Quran, sangat terasa. Buktinya saat kuliah, saya mendapatkan beasiswa yang saya tidak diharuskan membayar UKT dan saya juga mendapatkan uang bulanan, dan percayalah bahwa menghafal Al-Quran adalah suatu perjuangan untuk inventasi kedua orang tua diakhirat kelak,” ujarnya.

Karena itulah Ai berprinsip bahwa “Al-Quran tidak bisa diubah isinya, tetapi Al-Quran dapat merubah hidup kita.”

Ai berpesan untuk selalu memanfaat waktu dan semoga hal ini dapat memotivasi banyak orang.

“Semoga hal ini bisa memotivasi, dan manfaatkanlah waktu kuliah ini sebaik mungkin dengan aktivitas yang bermanfaat dengan memperdalam lagi ilmu agama dan jadilah inventasi terbaik bagi kedua orang tua diakhirat kelak,” pungkas Ai.

Sumber, Monitor Sabtu, 9 Mei, 2020 / 11:13 WIB

WhatsApp
Facebook
Telegram
Print
Twitter

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *