UINSGD.AC.ID (Humas) — PT PLN (Persero) Unit Induk Pembangunan Jawa Bagian Tengah (PLN UIP JBT) menggandeng akademisi UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Dr. Neng Hannah, M.Ag., Tias Febtianasari M.Psi, Psi dan Paridah Napilah, M.Ag. saat melakukan Sosialisasi Penanganan Aduan Masyarakat serta Program Pencegahan Kasus Kekerasan Berbasis Gender (KBG) dan Kekerasan Terhadap Anak (KTA) di wilayah terdampak Proyek Pembangunan PLTA Upper Cisokan Pumped Storage (UPCPS) di Kabupaten Bandung Barat yang berlangsung di Aula Kecamatan Cipongkor dan Aula Kecamatan Rongga, Rabu-Kamis (7-8/8/2024).
PLTA Upper Cisokan Pumped Storage (UCPS) adalah salah satu pembangkit listrik energi hijau (green energy) yang dibangun PLN untuk mendukung komitmen Pemerintah dalam mencapai target bauran Energi EBT sebesar 23persen pada tahun 2025 dan Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060.
Sosialisasi yang diikuti oleh 100 warga setiap desa ini merupakan salah satu bentuk kepedulian PLN sebagai pelaksana proyek terhadap masyarakat yang terdampak, terutama dalam mencegah kekerasan berbasis gender dan anak.
Dr Neng Hannah menjelaskan wilayah yang menjadi pusat kegiatan itu Kecamatan Cipongkor yang terdiri dari 4 desa, (Desa Sirnagalih, Desa Cijambu, Desa Karangsari dan Desa Sarinagen); Kecamatan Rongga yang meliputi 4 desa (Desa Cibitung, Sukaresmi Cicadas dan Bojong Salam). Kedelapan desa yang ada di KBB ini merupakan wilayah terdampak proyek dan 3 desa (Desa Karangnunggal, Margaluyu, Girimulya) di Cianjur.
Berdasarkan Catatan Tahunan (CATAHU) Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (Komnas Perempuan), pada 2023 angka Kekerasan Berbasis Gender (KBG) di Indonesia sebanyak 339.782 yang 99% dari angka tersebut merupakan kekerasan yang terjadi pada ranah personal. Sepanjang 2022 Komnas Perempuan menyebut 2.228 kasus yang terjadi pada aspek seksual, sebanyak 2.083 kasus pada aspek psikis, dan sebanyak 6.0001 kasus pada aspek fisik.
“Ini semua dilakukan sebagai upaya untuk mencegahnya dan mekanisme pelaporan serta penanganan bila terjadi kekerasan berbasis gender (KBG) dan kekerasan terhadap anak (KTA) yang mungkin terjadi dalam ruang lingkup proyek PLTA UCPS 1040MW,” tegasnya, Kamis (8/8/2024).
Untuk diketahui, PLTA UCPS merupakan pembangkit yang tergolong besar dengan kapasitasnya yang mencapai 1.040 Mega Watt (MW). Melalui kapasitas tersebut, PLTA ini akan menjadi PLTA dengan kapasitas terbesar se-Indonesia yang mana status tersebut saat ini dipegang oleh PLTA Cirata dengan kapasitas 1.008 MW. PLTA UCPS ini akan memiliki kontribusi yang besar dalam peningkatan bauran energi bersih.
Pembangkit ini akan meningkatkan keandalan sistem kelistrikan Jawa, Madura, Bali dengan meningkatnya cadangan putar (spinning reserve) dan pemulihan dengan cepat jika terjadi blackout sistem kelistrikan Jawa, Madura, Bali. Tentunya menjadi yang terbesar, PLTA UCPS juga menjadi pembangkit pertama yang menggunakan teknologi Pumped Storage di Indonesia.
Memanfaatkan aliran sungai Cisokan, anak sungai Citarum, PLTA ini akan memiliki dua bendungan dengan ketinggian berbeda. Adapun pembangunan PLTA UCPS ke depannya akan meliputi pembangunan Bendungan atas dan bawah, Power House, Terowongan ( Tunnel), Switchyard, Jaringan Transmisi, serta Access Road sepanjang 33 kilo meter (km) yang telah selesai dikerjakan pada sejak awal tahun 2020 lalu. Sementara pembangunan konstruksi utama proyek PLTA UCPS rencananya akan dimulai tahun 2022 ini untuk pekerjaan paket 1, yaitu Lot 1A – Bendungan dan Lot 1B – Waterways.
Dengan adanya sosialisasi ini dihadiri oleh lebih dari 100 warga dari masing-masing desa terundang. “Peserta tiap desa berjumlah 100, sehingga jumlah peserta yang menerima manfaat 800 orang. Alhamdulillah kegiatan ini mendapatkan antusiasme yang cukup baik dari masyarakat, mulai dari ibu-ibu, perempuan, termasuk bapak-bapak. Diharapkan dengan diadakannya kegiatan ini, dapat menumbuhkan pemahaman warga akan kekerasan berbasis gender dan kekerasan terhadap anak, serta bagaimana cara mencegah dan merespons dikala dihadapkan dengan kasus tersebut,” jelasnya.
Dosen Fakultas Ushuluddin ini memberikan 5 tips mencegah kekerasan berbasis gender: Pertama, Tingkatkan edukasi dan kesadaran terkait KBG & KTA dan seksualitas; Kedua, Intervensi dini tanda tanda kekerasan berbasis gender; Ketiga, Memberikan contoh positif perilaku anti kekerasan berbasis gender; Keempat, Tumbuhkan komunikasi sehat, sehingga kekerasan terdeteksi sejak awal; Kelima, Dukung dan terapkan kebijakan yang sudah ada terkait pencegahan KBG dan KTA.