Cahaya Harapan di Tengah Pandemi

Harapan itu ibarat cahaya di kegelapan. Menjaganya adalah kekuatan, mematikannya adalah keputusasaan. Yakinilah, pada semua persoalan pasti ada jalan. Setiap kesulitan, pasti menemukan kemudahan. Setiap penyakit, pasti ada obatnya. 

Ikhtiar maksimal, sabar dan bertawakal sembari terus berharap pada Allah Yang Maha Kuasa, menjadi kunci melewati segala ujian. Ujian selalu berujung pada dua, lulus atau gagal. 

Bagi Anda yang ingin dimuliakan, berusahalah untuk lulus, maka Allah SWT akan menganugerahkan kebaikan. Bagi Anda yang putus asa, gagal adalah awal derita, tidak hanya di dunia, tapi di alam baka.

Allah Yang Maha Rahman dan Rahim tidak menjadikan kemudahan datang setelah kesulitan, tetapi telah menyiapkan kemudahan bersamaan dengan datangnya kesulitan. Allah SWT berfirman, “Maka sesungguhnya, bersama kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan,” (QS al-Insyirah: 5-6). 

Kemudahan dan kesulitan itu sangat dekat jaraknya. Saking dekatnya, keduanya tak terpisahkan satu sama lain. Tidak perlu takut dengan kegelapan, karena Allah Yang Maha Mengetahui membekali ilmu pengetahuan untuk melewati lorong gelap kehidupan. Jikapun ada sesuatu yang Allah SWT ambil dari kita, pada saat yang sama, Allah akan memberikan yang lebih baik. Boleh jadi kita kekurangan sesuatu, di sisi lain kita akan diberikan kelebihan. Semuanya hadir begitu lembut dalam kehidupan. Saking lembutnya sehingga kerap kali manusia luput menyadarinya. 

Orang beriman takkan pernah putus harapan. Selalu memiliki potensi kreatif untuk menghadapi berbagai persoalan dan tantangan. Waktunya tidak dihabiskan untuk meratapi kejadian. Melainkan digunakan untuk merancang kehidupan saat ini, maupun masa depan. Dunia belum hancur, masih banyak impian yang mesti diwujudkan. 

Tidak usah takut wabah, karena Allah SWT pasti memberikan kekuatan untuk menyembuhkan. Takutlah hilangnya harapan dan hidup dikuasai keputusasaan, karena sejak itu manusia telah menghapus masa depan dan terlunta-lunta dalam ketidakpastian. Gagap menghadapi kehidupan dan ketakutan yang tak pantas didapatkan. Tak ada ujian yang melampaui batas kemampuan. Pasti ada hikmah dan pembelajaran. Yakinlah, ada banyak nikmat di dalam setiap musibah.

Dengan ujian dan musibah, Allah SWT hendak mengangkat derajat seseorang di sisi-Nya. Dilipatgandakan segala kebaikannya, dan menghapuskan dosa-dosanya. Sehingga manusia beriman berjalan di muka bumi tanpa catatan keburukan karena dosa-dosanya. Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah seorang Muslim itu semata-mata ditimpakan musibah dengan keletihan, kesulitan, penyakit, kesedihan, bahkan dengan tusukan sebuah duri sekalipun, kecuali Allah akan menjadikannya sebagai penebus dosa dan kesalahan-kesalahannya,” (HR Bukhari).

Renungkanlah, musibah yang dialami saat ini tak sebanding dengan jutaan nikmat yang telah diberikan. Hakikatnya, baik musibah maupun nikmat keduanya merupakan ujian dari Allah SWT. Tidak perlu larut dalam kesedihan yang tidak perlu. Berharaplah selalu kepada Allah Yang Maha Kuasa, sebab Dialah Zat Tunggal yang mengatur segala kehidupan. 

Memang wabah Covid-19 masih belum usai. Semakin hari terasa makin menyulitkan. Terlebih bagi mereka yang kekurangan, buruh lepas dan pekerja harian, sulit mencukupi kebutuhan. 

Di atas segala ikhtiar kita, tiada daya dan upaya melainkan sepenuhnya dari Yang Maha Kuasa. Tetap optimis, ikhtiar maksimal dan bertawakal kepada-Nya. Sampaikan rasa takut kita kepada-Nya dalam setiap doa sepanjang sepertiga malam, karena Dia Maha Pelindung, Pengasih dan Penyayang. Wallahu a’lam.

Iu Rusliana, dosen Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Sumber, Republika 20 April 2020

WhatsApp
Facebook
Telegram
Print
Twitter

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *