(UINSGD.AC.ID)-
Bulan mulia itu kini telah tiba. Momen ibadah sebulan yang dirindukan telah hadir membersamai hari-hari hingga tiba hari raya nanti.
Merupakan salah satu dasar Islam sebagaimana ditegaskan Rasulullah SAW: “Islam dibangun di atas lima perkara; bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan shalat, menunaikan zakat, shaum pada bulan Ramadhan, dan menunaikan haji ke Baitullah” (HR Bukhari dan Muslim).
Tujuannya agar kaum mukminin meraih ketakwaan. Kewajibannya tidak hanya pada umat Nabi Muhammad SAW, tapi juga kaum sebelumnya. “Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan bagi kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan kepada orang-orang sebelum kalian, agar kalian menjadi orang-orang yang bertakwa” (QS al-Baqarah: 183).
Salah satu makna penting dalam ibadah shaum adalah melatih setiap Mukmin untuk menguatkan ketauhidan. Tak ada yang tahu apakah kita shaum atau tidak, kecuali diri dan Allah Yang Maha Mengetahui. Tetap berpuasa dan teguh dengan keimanannya meskipun dalam keadaan sendirian.
Bulan istimewa yang menjadi madrasah kehidupan untuk meningkatkan keimanan dan ketauhidan. Pada setiap detak jantung kehidupan, selalu merasa diawasi dan menyadari kedekatannya dengan Allah Yang Maha-rahman. Tidak mengharapkan pujian dan sanjungan. Dari sejak bangun hingga tidur lagi, semua kegiatannya bernilai utama.
Shaum mengajarkan manusia untuk jujur dan ikhlas. Semua ibadahnya hanya ditujukan kepada Allah semata. Memang benar kata Ibnu Rajab, shaum menunjukkan benarnya iman seseorang. Di dalamnya ada ketulusan, ada cinta yang tak tergantikan oleh apa dan siapa pun.
Orang beriman akan meninggalkan kenikmatan makanan dan godaan syahwat demi melaksanakan ketaatan. Karena alasan inilah, pahalanya tanpa batas, mendapatkan keistimewaan dari Allah Yang Maha-rahman.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda: “Allah Azza wa Jalla berfirman, semua amal untuk Adam itu untuk dia sendiri, kecuali shaum karena shaum itu untuk-Ku, dan Akulah yang membalasnya. Shaum itu benteng (pelindung dari siksa neraka).
Oleh karena itu, apabila kamu sedang shaum, jangan bersetubuh dan jangan pula berbuat gaduh. Apabila seseorang memakimu atau mengajak bertengkar dengan kamu, katakanlah, ‘Sesungguhnya aku ini sedang shaum.’
Demi Zat yang jiwa Muhammad berada di tangan (kekuasaan)-Nya, bau mulut seorang yang sedang shaum lebih harum di sisi Allah pada hari kiamat nanti daripada harum kasturi.
Selain itu, orang yang shaum mendapatkan dua kali kegembiraan, yaitu apabila saat berbuka, dia bergembira dengan buka shaumnya, dan apabila kelak bertemu Tuhannya, dia bergembira dengan shaumnya.” (HR Muslim).
Wallaahu A’lam.
Prof. Mahmud, Rektor UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
Sumber, 4 April 2022