[www.uinsgd.ac.id] JEPANG? Ya, negara maju yang mustahil orang tak mengenalnya. Jepang, bukan hanya dikenal sebagai negara yang sukses bangkit dalam waktu singkat dari keterpurukan ekonomi pasca-pengeboman Hirosima dan Nagasaki, juga dikenal sebagai negara otomotif yang mampu menguasai pasar dunia. Di bidang pendidikan, Jepang pun memiliki prestasi yang mengagumkan. Bagaimana sisi religiustasnya?
Sisi itulah, yang salah satunya di kupas pada “Seminar Internasional” yang diselenggarakan Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam (BPI) kerjasama dengan SMF Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri SGD Bandung, dengan Japan Foundation.
Hadir sebagai pembicara pada sesi pertama Ms. Goto Araki Ai (Ai Goto) dengan makalah bertajuk “Religion And Education What Roles Education Should Play in The Field Of Education?” dengan pembahas Dr. Ujang Saefullah, M.Si dengan makalah berjudul “Nisbah Spiritualitas Agama dengan Pendidikan di Jepang dan Indonesia.”
Goto Araki Ai (Ai Goto), yang juga staf di Japan Foundation ini menyatakan, pendidikan di Jepang memberikan ruang kebebasan bagi lembaga pendidikan swasta untuk memasukkan agama ke dalam kurikulumnya. Hanya saja, untuk lembaga pendidikan negeri, menurut lulusan Harvard University ini, Jepang tidak memasukkan agama ke dalam kurikulumnya.
Langkah itu, menurut Ujang Saefullah, Jepang menjadi bangsa yang maju, terutama dalam hal teknologi dan budaya. Namun, relatif kurang kuat dalam keberagamaan. Ini terlihat dari tingkat bunuh diri yang relatif cukup tinggi setiap tahunnya.
Penegasan Ai Goto, juga dikuatkan pembicara sesi kedua Mr. Tadashi Ogama, Direktur Japan Fundation yang mengupas How can Culture Fight, Against Disasters? Lessons from Japan’s Experiences. Pembahas sesi kedua diisi Dr. Ahmad Sarbini dengan makalah “Spiritualitas dalam Budaya Modern Jepang.”
Kepenganutan Agama
Hal unik ternyata nampak di Jepang dalam hal penduduk dan kepenganutan agama. Menurut Tadashi Ogawa, ensus terbaru penduduk Jepang berjumlah, 128.057 jiwa. Namun, bila dilihat dari data kepenganutan terlihat dua kali lipat lebih banyak. Penganut agama Shinto 106.498.000, Budddism 88.674.000, Cristian 2.121.000, dan yang lain 9.010.000, sehingga kalau dijumlahkan menjadi 207.304.000.
Ini berjumlah dua kali lipat dari jumlah penduduk senyatanya. Hal demikian, karena di Jepang terbiasa menganut agama lebih dari satu. Ketika lahir sebagai Shinto, Ketika dewasa dan menikah sebagai Kristiani, dan ketika meninggal sebagai Budhism.
Menurut Ahmad Sarbini, realitas itu mengindikasikan terdapat peluang besar untuk melakukan aktivitas dakwah di Jepang. Selain karena di masyarakatnya cerdas, juga karena mereka termasuk terbuka dan pandai menghargai orang lain. Penduduk Jepang yang beragama Islam sendiri baru sekitar 50.000, dan kebanyakan para pendatang. Namun perkembangan Islam di Jepang cukup pesat.
Prosiding 9 Makalah
Seminar Internasional yang dihadiri 225 orang ini berasal dari kalangan mahasiswa, dosen, dan umum itu. Tadhasi Ogawa menyampaikan terima kasihnya kepada bangsa Indonesia, “Saya atas nama bangsa Jepang mengucapkan terima kasih kepada bangsa Indonesia”.
Lebih lanjut dia mengungkapkan, keinginannya kembali ke BPI Fakultas Dahwah dan Komunikasi UIN Bandung untuk mengisi kegiatan serupa lainnya. Hal demikian dalam rangka mempererat hubungan kedua negara, terutama di bidang agama, akademik, dan kebudayaan.
Seminar internasional dilanjutkan dengan “Prosiding 9 Makalah” dengan narasumber doktor dan kandidat doktor dari UGM, UIN Bandung, UNPAD, dan UPI. Tadhasi Ogawa mengapresiasi dengan baik prosiding tersebut. Hasilnya, menurut Fakrurroji, akan segera dibukukan dan dikirimkan ke Jepang.
Go Internasional
Kegiatan seminar internasional ini menurut Ketua Jurusan BPI UIN Bandung Aep Kusnawan, M.Ag sebagai upaya BPI untuk melangkah menjadi salah satu jurusan yang “Go Internasional.” Setelah sebelumnya tahun 2011 terlibat dalam kegiatan bersama Fakultas Dakwah dan Komunikasi bersama Melbourne University dan Asia Law, dalam pengembangan kurikulum dan sistem pembelajaran.
Kemudian sejak tahun 2011 itu, juga menjalin hubungan kemitraan dengan Japan Foundation dengan mengirimkan salah seorang dosennya Sugandi Miharja, bersama 5 orang lainnya dari perwakilan UIN se-Indonesia, kemudian 5 orang lainnya dari Malaysia, Thailand dan Singapura, pergi ke Jepang untuk mengikuti “Program Invitation the Young Muslim” pada Juni 2011, yang disponsori oleh Japan Fundation.
Sementara pada bulan Desember, perwakilan dari Japan Foundation Ms. Mariko Mugitani datang ke Jurusan BPI untuk mengisi “Pelatihan Trauma Healing”.
Dari kegiatan tersebut, jelas Aep Kusnawan, membuka peluang kesempatan beasiswa. Bagi yang berminat, dapat mengunjungi website Kedutaan Jepang. Di dalamnya terdapat informasi peluang program invitation bagi para dosen, serta berbagi informasi buku-buku tentang Jepang.
Kegiatan ini, jelas Aep, juga tentunya semakin terbukanya peluang untuk terus mengadakan kegiatan akademik dengan menghadirkan narasumber dari Jepang.
Sumber: BandungOkeCom