[www.uinsgd.ac.id] Sungai Citarum yang menjadi sumber pengairan beberapa waduk di Jawa Barat memiliki kualitas yang kurang baik. Ia sebagai WC raksasa sudah dicemari oleh limbah-limbah industri. Begitupun beberapa waduk, walaupun memiliki kualitas air yang masih baik, tetapi beberapa waduk memiliki kualitas air yang buruk.
Prof. Dr. H. Yayat Dhahiyat, Guru Besar Perikanan dan Ilmu Kelautan Unpad menyampaikan pengalaman dan hasil penelitiannya di beberapa Waduk di Jawa Barat kepada ratusan mahasiswa Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi, Selasa (20/11). Acara Stadium General yang mengusung tema “Pengelolaan Danau dan Waduk di Indonesia” tersebut turut hadir Dekan Fakultas Saintek, Dr. H. M. Subandi, Drs., Ir., MP, para pembantu Dekan, dan Ketua Jurusan Biologi Yani Suryani.
Yayat menyampaikan bahwa air di Waduk Saguling sebagian besar mengandung toksin dan biotoksin karena pencemaran sehingga beberapa wilayah di Waduk Saguling kondisinya kurang baik untuk perikanan, namun juga masih ada yang memiliki kualitas cukup baik.
Untuk mengembalikan kualitas air, ia mengakui bahwa dirinya dan tim dari pemerintah sudah melakukan kampanye agar masyarakat tidak membuang sampah sembarang di daerah waduk atau hulu sungai citarum karena air tersebut akan mengalir ke waduk.
“Air sungai Citarum juga menjadi bahan air minum orang-orang Jakarta, karena dari citarum akan mengalir juga ke Sungai Ciliwung”, ujar Yayat.
“Sekarang rata-rata kualitas air di Waduk Cirata buruk, karena selain limbah juga banyaknya jaring apung perikanan yang berpengaruh terhadap kualitas air. Selain itu, metabolism manusia yang bersumber dari para peternak yang tinggal di sekitar perikanan serta sisa pakan berpengaruh terhadap kualitas air”, lanjutnya.
“Wajar muncul permasalahan, misalnya pada tahun 2009 kerugian akibat ikan mata mencapai 2,5 milyar dan pada tahun 2010 ikan yang mati mencapai 500 ton atau sekitar Rp. 5 milyar4”, sambungnya.
Untuk menghindari permasalahan tersebut, ia bersama tim dari pemerintahan merumuskan kebijakan dalam pengelolaan waduk dan sungai bisa dikelola secara aman dan produktif. “Pemerintah saat ini mengembangkan program prioritas untuk pengelolaan danau di seluruh Indonesia,”ujarnya.
Kuliah umum ini sekaligus menjadi pengantar untuk peluncuran perdana Jurnal Biodjati Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi dengan tema perdana “Pengelolaan Danau dan Waduk di Indonesia “.
Menurut Angga, panitia yang ditemui pada sela-sela acara mengatakan bahwa Jurnal ini dimaksudkan untuk memfasilitasi mahasiswa kelak jika aturan dari Dikti seratus persen diberlakukan. “Penulisnya 60 % dari dosen Biologi UIN, dan 40 % dari luar. Mahasiswa sendiri dilibatkan untuk proses penelitian bahan jurnalnya,”ucapnya. ***[dudi]