UIN Terjemahkan Alquran ke Bahasa Sunda

Prof. Rosikhon Anwar, “Kami Menggunakan Bahasa Populer.”

[www.uinsgd.ac.id] Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung bekerja sama dengan Badan Penelitian, Pengembangan, Pendidikan dan Latihan (Badan Litbang dan Diklat) Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag RI) sedang menerjemahkan Alquran ke dalam bahasa Sunda. Menariknya, bahasa yang digunakan dalam terjemahan ini bukanlah basa Sunda yang baku dan usang (buhun), melainkan bahasa sehari-hari yang biasa digunakan dalam pergaulan.

“Pokoknya basa Sunda untuk generasi zaman now. Semua kata yang digunakan merupakan bahasa pergaulan yang disesuaikan dengan kondisi sekaang. Salah satu contohnya, kami tidak menggunakan kata tanwande, ngandika, dll. yang dianggap sudah buhun,” ungkap Dekan Fakultas Ushuluddin, Prof. Dr. Rosikhon Anwar, M.Ag. kepada “GM” di Kampus I, Jalan A.H. Nasution 105, Cibiru, Kota Bandung, Senin (4/6).

Tujuan dari penerjemahan ini, kata Rosikhon, agar Alquran sampai kepada segenap lapisan masyarakat di daerah. Menurutnya, Sunda dan Islam itu identik. Hampir bisa dipastikan setiap orang Sunda beragama Islam. Oleh karena itu, Alquran sebagai pedoman hidup muslim, maknanya harus sampai kepada mereka.

“Cara menyampaikan Alquran itu harus dengan bahasa yang komunikatif. Masyarakat Sunda, terutama yang di daerah akan lebih familian dengan bahasa Ibunya. Dengan demikian, makna dari Alquran akan lebih mengena. Dakwah bil qalam-nya lebih sampai pada sasaran,” katanya.

Di samping itu, lanjut Rosikhon, penerjemahan Alquran ke dalam bahasa Sunda ini juga sebagai upaya untuk ikut melestarikan bahasa Sunda sebagai bahasa ibu.

“UNESCO telah menetapkan Hari Bahasa Ibu yang jatuh pada setiap 21 Februari sejak beberapa waktu lalu. Nah, UIN sebagai Kampus yang mengangkat Islam Nusantara Berbasis Kearifan Lokal dalam Bingkai ‘Wahyu Memandu Ilmu’ berkewajiban untuk turut ngamumulé bahasa daerah, yakni bahasa Sunda,” jelasnya.

Saat ini, katanya, banyak kaum remaja, bahkan sebagian orangtua, yang sudah tidak memahami bahasa Sunda karena sehari-hari mereka berkomunikasi dengan bahasa Indonesia. Alasannya, imbuh Rosikhon, bahasa ibu dianggap sebagai bahasa yang rumit untuk dipelajari karena memiliki kosa kata yang cukup banyak dengan berbagai tingkatan makna, yakni bahasa halus, sedang (halus untuk sendiri), dan bahasa kasar (loma). Akibatnya, generasi zaman now banyak yang khawatir salah mengucapkan sehingga mereka lebih memilih menggunaan basa Indonesia dari pada bahasa ibu.

“Itulah sebabnya, kami sengaja menerjemahkan Alquran ini menggunakan bahasa sehari-hari yang sangat familiar. Biasa diucapkan dan mudah dipahami dengan struktur kalimat yang sederhana,” jelasnya.

Ahli bahasa
Tim yang diterjunkan dalam penerjemahan ini, kata Rosikhon, terdiri atas dua kelompok, yakni tim ahli tafsir dari UIN Sunan Gunung Djati Bandung dan tim ahli bahasa Sunda dari Prodi Sastra Sunda Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran.

“Tim ahli tafsir berjumlah 7 orang, mereka adalah doktor dalam bidang tafsir. Sedangkan ahli bahasa Sunda terdiri atas 3 orang. Semuanya dari Sastra Sunda Unpad,” ungkapnya.

Dikatakannya, penerjemahan sudah berlangsung sejak April 2018, sejak kerja sama UIN dengan Balitbang Diklat Kemenag ditandatangani. Sampai saat ini, katanya, sudah mencapau 90 persen.

“Kami baru sampai pada penerjemahan. Setelah selesai, dilanjutkan dengan workshop sebanyak dua kali. Memasuki tahun 2019, kami akan melanjutkan dengan penyelarasan, penyuntingan, dan tahap akhir. Diharapkan pada tahun 2020 hasil terjemahan ini sudah bisa dipublikasikan,” ujarnya.

Rosikhon berharap, ada masyarakat yang memberi masukan dalam proyek ini sehingga hasilnya lebih sempurna. (B.47)

Sumber, Galamedia 5 Juni 2018

WhatsApp
Facebook
Telegram
Print
Twitter