Tantangan Perempuan di Ruang Publik

[www.uinsgd.ac.id] Kenapa temanya Perempuan dan Politik? Kita sebagai muslimat, ketika bicara hal itu harus sesuai dengan tuntunan dan tatanan. Agar tidak ngaco harus sesuai dengan tuntuna Al-Qur’an, sesuai dengan kehendak yang Maha Pencipta. Yang sama kita lakukan yang beda kita hargai.

Hal tersebut disampaikan Dr. Syukriadi Sambas, M.Si saat memberikan sambutan dalam workshop bertema “Perempuan dan Politik” di Hotel Lingga, Rabu (27/11/2013) yang diselenggarakan oleh Pusat Studi Gener dan Perlindungan Anak Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

Dalam pandangannya, perempuan secara umum berasal dari tulang rusuk laki-laki tetapi dalam surat Annisa, laki-laki diciptakan dari perempuan. Dari pasangan tersebut maka diprogram Adam untuk mengembangkan umat manusia.

“Kita percaya, kita berasal dari Adam & Hawa. Bagaimana pola hubungan keduanya. Al-Qur’an sudah memberikan 3 pola yaitu; pertama, suami baik-isteri jahat seperti diceritakan dalam kisah Nabi Ayub. Kedua, suami jahat-isteri soleh seperti diceritakan dalam kisah Fir’aun. Ketiga, Suami Baik-isteri baik dan suami jahat-isteri jahat ini seperti kisah Nabi Ibrahim dan Abu Lahab,” ujar ketua LPPM.

Ia melanjutkan bahwa pola hubungan yang dikembangkan antara laki-laki dan perempuan harus seperti pola Nabi Ibrahim. Atau pola ini diikuti oleh Nabi Muhammad, bagaimana Siti Khodijah menjadi perempuan pertama yang menerima Islam dan Siti Aisyah yang terakhir yang menyampaikan dakwah pada periode madinah.

Sementara, Rektor UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Prof. Dr. H. Deddy Ismatillah, SH., M.Hum berharap kepada peserta,”setelah mengikuti workshop ini mudah-mudahan ibu-ibu memiliki tingkat kesadaran tertinggi tanpa meninggalkan perannya sebagai ibu.”

“Terdapat tantangan bagi ibu-ibu ke depan dalam membimbing anak, pertama sains dan teknologi. Jika anak tidak dididik dengan agama maka akan melahirkan anak kandung teknologi. Oleh karena itu harus ditekankan adalah penerapan tauhid. Sekarang jarang perguruan tinggi yang mengajarkan tentang Tauhid. Ilmu agama Islam yang diajarkan di perguruan tinggi hanya dijadikan sebagai knowledge bukan way of life,” ujar Rektor.

“Hal yang patut menjadi perhatian juga adalah Culture. Budaya lokal sekarang sudah terkikis. Rosul pernah mengatakan, yakin pada akhir jaman akan mengikuti tradisi hedonis karena sudah menjadi tradisi hidup. Dan terakhir adalah liberalisasi. Kini pendidikan menjadi mahal karena liberalisasi, politik juga,” lanjutnya.

Menanggapi tentang budaya politik gender, ia mengatakan bahwa politik gender yang baik harus dikaitkan dengan agama bukan dengan barat.

Workshop dihadiri oleh puluhan aktifis dari Fosilmat, FKKG, FKMT PSW kota Bandung serta unsur kampus. []

 

WhatsApp
Facebook
Telegram
Print
Twitter