Rektor, Pentingnya Riset Unggulan

[www.uinsgd.ac.id] Rektor UIN SGD Bandung, Prof. Dr. H. Deddy Ismatullah, SH., M.Hum., mengajak kepada seluruh civitas akademika untuk melakukan dan membudayakan riset unggulan karena penelitian sebagai nadi pengembangan ilmu. “Penelitian itu sebagai nadi dari pengembangan ilmu. Ciri utama Universitas (Perguruan Tinggi) adalah pengembangan ilmu. Pengembangan ilmu harus didasarkan kepada riset dan keberadaan Universitas itu bergantung pada riset yang dilakukannya,” ungkap Rektor saat membuka acara Evaluasi Hasil Penelitian Dosen Tahun 2013 bertajuk “Perumusan Rencana Induk Penelitian (RIP) dan Roadmap Penelitian Tahun 2014-2018” yang diselenggarakan oleh Lembaga Penelitian (Lemlit) di Hotel Puri Khatulistiwa Jatinangor Sumedang, Jumat (18/10)

Dalam Al-Quran kata Rektor pentingnya riset telah dianjurkan. “Al-Quran adalah satu-satunya kitab suci yang dengan lantang menantang umat manusia untuk melakukan riset. Dari 6.666 ayat yang ada, tidak kurang dari 1.200 ayat berisi pertanyaan-pertanyaan dengan berbagai bentuknya.”

“Jika dirumuskan dengan baik, pertanyaan-pertanyaan itu akan menjadi masalah-masalah penelitian yang sangat signifikan. Tidak hanya bagi umat Islam, tetapi juga umat manusia,” jelasnya.

Untuk itu, kontribusi ilmiah umat Islam sangat diharapkan. “Umat Islam di masa lalu, seperti Imam Syafei, Hanafi, Maliki, Hambali, Ibnu Sina, Ibnu Rusyd, Al-Ghazali telah berhasil memberikan kontribusi ilmiah kepada dunia melalui risetnya,” tegas Rektor. 

Berbagai bidang ilmu telah berkembang, dari ilmu-ilmu alam, sosial hingga himaniora. “Sudah saatnya, kita mengikuti jalan mereka melalui pendekatan dan metode baru dalam riset,” ajaknya.

Mengenai pentingnya riset unggulan ini, menurut Rektor salah satu aspek penting dalam penyusunan Rencana Induk Penelitian harus ada sebuah riset unggulan Universitas. “Dengan begitu akan terlihat apa ciri khas dari riset yang dikembangkan di UIN SGD Bandung, baik pada tingkat nasional maupun internasional,” paparnya.

“Riset unggulan itu harus dirumuskan dengan baik melalui riset dan pengembangan, teknologi yang digunakan untuk mencapai sasaran, bagimana kualitas produknya dan bagaimana memasarkannya,” saran Rektor.

Tentunya, penelitian itu harus berbasis rumpun ilmu. “Sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu pengembangan ilmu, maka rencana penelitian harus berbasis pada rumpun ilmu. Dalam konteks UIN, berarti harus didasarkan pada kepentingan Program Studi,” paparnya.

Rektor mengingatkan kepada seluruh peserta evaluasi, penelitian itu harus dilaksanakan secara berkelanjutan, agar tidak mengulang-ulang penelitian yang ada. Sebaliknya, dengan berkelanjutan diharapkan diperoleh suatu temuan yang baru (novelty) yang dapat dikembangkan menjadi mata kuliah baru, bahkan menjadi cabang-cabang disiplin ilmu baru. “Karena itu, Prodi/Jurusan masing-masing harus terus mengambangkan peta keilmuan yang hedak dikembangkan,” terangnya.

Harmonisasi ilmu dan agama ini menjadi keunggulan UIN SGD Bandung dalam mendorong terlahirnya riset unggulan. “Salah satu ciri UIN adalah harmonisasi ilmu dan agama. Jika dapat dirumuskan dengan baik, ini akan menjadi suatu keunggulan yang tidak dimiliki Universitas lain,” optimisnya.

Kendati masih banyak hasil riset yang tidak dipublikasikan melalui jurnal, media elektronik. “Kita banyak melakukan riset, tetapi hasil kita tidak banyak dikenal atau dibaca orang,” keluhnya.

Diakui Rektor, “Riset harus berujung pada publikasi, baik pada tingkat nasional maupun internasional. Oleh karena itu, produk unggulan riset UIN SGD Bandung ini harus gencar dipasarkan agar dapat mengundang investasi,” pungkasnya.

Bagi Dr. Deden Effendi, M. Ag., Ketua Lemlit menjelaskan usaha mewujudkan riset unggulan yang diikuti oleh 100 peserta ini harus ditempuh melalui; Pertama, Riset unggulan level Insitusi. Kedua, Riset unggulan level Pusat-pusat Penelitian/Fakultas penjebaran dari riset unggulan insitusi. Ketiga, Pengukuran kinerja yang jelas.

Untuk riset unggulan ini dibuat sesuai dengan kompetensi, keahlian dan keilmuan. “Pertama, Bidang Ilmu Agama. Kedua, Ilmu Sosial. Ketiga, Ilmu Alam. Keempat, Humaniora. Kelima, Teknologi,” ujarnya.

Ketua Lemlit berharap dengan adanya evaluasi hasil penelitian ini dapat dirumuskan dan terlahirnya konsorsium bidang ilmu yang sesuai dengan keahlian. “Adanya Konsorsium Dosen Humaniora, Sains dapat menjadikan khasan dari riset unggulan yang ada di lingkungan UIN SGD Bandung,” pungkasnya. []

     

WhatsApp
Facebook
Telegram
Print
Twitter