Pendidikan Seks, Langkah Jitu Pecegahan HIV

[www.uinsgd.ac.id] Pendidikan reproduksi atau seks ialah langkah awal bagi kita untuk sadar akan bahayanya seks bebas pada kesehatan. Terutama efek dari penyebaran virus Human Imunodefociency Virus (HIV). Selain itu, pendidikan seks juga memberikan penjelasan dan informasi tentang seks sebagai upaya menegakkan nilai-nilai manusiawi terhadap seks.

Itulah yang dijelaskan Tauhid Nur Azhar sebagai pembicara pada Seminar Berkembangnya HIV/AIDS dan Hubungannya dengan Kesehatan Reproduksi yang diselenggarakan Himpunan Mahasiswa Biologi Sains (Himbiosa) di Auditorium Fakultas Sains dan Teknologi UIN SGD Bandung, Sabtu (14/12). Seminar itu dilaksanakan dalam rangka memperingati hari AIDS sedunia.

Berdasarkan keterangan Tauhid, penyebaran virus HIV ini 83% lewat hubungan seksual dan lebih dari 60% hubungan tersebut di luar nikah. Virus tersebut terdapat pada cairan tubuh manusia seperti sperma dan darah. Di Indonesia, ia tambahkan, proses penyebaran virus itu ada dua jenis, yakni melalui jarum suntik dan seks bebas.

“Bisa juga sebenarnya melalu oral seks, tindakan medis ketika mengobati pasien dan Anal seks. Jadi itu semua terjadi ketika ada gesekan yang menimbulkan luka dan disitulah virus masuk melalui darah,” kata dokter yang sempat mendapat undangan pendidikan dari Universitas Harvard tersebut.

Ia juga menjelaskan, efek yang ditimbulkan dari virus tersebut sangatlah ganas. Misalnya penyakit-panyakit seperti sifilis, herpes, tumor, dan kanker. Dalam pemaparannya juga ditampilkan slide-slide berupa foto-foto penderita virus tersebut sebagai upaya agar kita berhati-hati.

Selain sebagai upaya memberitahukan tentang pentingnya kesehatan reproduksi, acara tersebut juga diselenggarakan dalam rangka memperkenalkan eksistensi jurusan Biologi Sains. “Jurusan kita itu ada dan mengadakan acara,“ kata Guriang Akbar, ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Biologi Sains tersebut saat ditemui seusai acara.

Bagi Guriang, acara semacam ini amat penting karena virus HIV/AIDS itu bukan virus yang biasa dan sampai sekarang obatnya masih belum ditemukan. Oleh karenya, kita perlu semacam edukasi agar tidak terkena virus ini. [Suaka/Iqbal T Lazuardi, Adi Permana]

WhatsApp
Facebook
Telegram
Print
Twitter