Komunikasi Antar Umat Beragama itu Penting

[www.uinsgd.ac.id] Sekitar 50 mahasiswa mengikuti Talk Show “Komunikasi Lintas Budaya dan Agama.” karya Dr. Ujang Saefulloh, M.Si bersama Wawan Gunawan (Jakatarub) dan Cesillia Aida (Sosiolog) di Aula Fakultas Dakwah dan Komunikasi lantai IV UIN SGD Bandung, Selasa (22/5)

Menurut Drs. H. Enjang AS., M.Si., M.Ag., Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi menjelaskan “Kegiatan bedah Komunikasi Lintas Budaya dan Agama.” karya Dr. Ujang Saefulloh, M.Si dalam rangka merayakan Milad ke-14 Himpunan Mahasiswa Jurnalistik. Di tahun ke 14 secara psikologis tidak stabil, sering ragu. Oleh karena itu, mohon maaf jika dalam menyambut kegiatan ini tidak sesuai dengan apa yang diharapkannya. Dengan mengucapkan Bismillah acara bedah buku secara resmi di buka” tegasnya

Bagi Ujang menuturkan “Kehadiran buku ini merupakan studi penelitian yang dilakukan kurang lebih dari  dua tahun setengah dari tahun 2007 sampai paruh awal 2010 di Sukabumi berkenaan dengan komunikasi antar umat beragama karena permasalahanya dari komunikasi” paparnya Ia menambahkan “Buku ini diterbitkan pada tahun 2010 setelah selesai memperoleh gelar Doktor dan direvisi sedikit untuk diterbitkan karena masih jarang buku yang mengulas tentang komunikasi antar umat beragama. Buku ini terdiri dari 7 bab” tuturnya

Mengenai kehadiran buku, Wawan sangat mengapresiasi dan sangat penting kajian ini karena tantangan bangsa saat ini konflik yang berbasis komunikasi. “Permasalahan yang sering terjadi di kalangan antar umat beragama adalah komunikasi, seperti yang diceritakan di awal ketika pendeta yang merasa ketakutan oleh Gorila. Pada waktu dikejar-kejar gorila, Pendeta mengeluarka salib yang besar tidak takut gorilanya karena sudah masuk FPI. Jadi sampai akhir kehidupan Mind Set tentang citra buruk, salah, benci terhadap orang lain terus dilakukan tanpa sadar” ujarnya

Ihwal catatan terhadap buku ini berkomentar; “Pertama, Jika dibandingkan dengan buku serupa seperti Komunikasi empati dan lintas budaya, buku ini lebih sosialogis daripada buku kedua tadi. Akan tetapi sangat penting karena segala teori harus berangkat dari data lapangan. Kedua, Setiap tahunya selalu ada pola dalam dinamika kekerasan agama.Untuk itu, di kalangan peneliti, monitoring selalu ada konspirasi berkenaan dengan pola dinamika antar agama. Misalnya untuk tahun 2007 pola penutupan rumah ibadah, bahkan yang telah meiliki izin pendirian bangunan bisa hancur karena terjadi gelombang kekrasan dari Ormas. ini membuktikan pemerintah tidak bisa memberikan jaminan keamanan, ketentraman terhadap warganya dan kalah dari Ormas. Pengrusakan Ahmadiyah, tapi dari buku saya tidak memenukannya. Saat memnulkan Saksi Yehova yang giat ikut membangun komunikasi antar umat beragama. Pengalam saya sejak terlibat di monitoring kerukunan antar umat beragama dari tahun 1999 sampai sekarang keberadaan Saksi Yehova itu lebih genjar proses Kristenisasi daripada Injili. Ketiga, Komunikasinya terjadi pada pemuka agama yang bersifat elit. Padahal yang kita butuhkan di kalangan gressroot. Keempat, mengenai sampel yang diambil dari 5 agama dengan menyatukan antara agama Buddha dengan Konghucu. Padahal kedua agam ini sangat berbeda” jelasnya    

Cesillia menilai jika kita melihatnya dari segi kelimuan jurnalistik “Buku ini memang sangat terasa muatan jurnalistiknya. Meskipun tidak mewakili dalam kajian nusantara karena yang diambilnya hanya di Sukabumi, Jawa Barat sebab masalah setiap agama, kepercayaan akan terjadi konflik ketika bersentuhan dengan ruang publik. Oleh kerena itu, agama, kepercayaan haru berada di ruang privat” saranya

Wawan berpesan “Komunikasi antar umat beragama itu menjadi penting. Apalagi tingkat kekerasan di Jawa Barat semakin menghawatirkan. Mudah-mudahan dengan adanya buku ini bisa menjawab berbagai persoalan komunikasi antar agama” pesanya [Ibn Ghifarie]

WhatsApp
Facebook
Telegram
Print
Twitter

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *