Dokumen Akreditasi Harus Realistis

[www.uinsgd.ac.id] Menghadapi rencana akreditasi pada dua jurusan di UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Pusat Penjaminan Mutu bekerja sama dengan Pembantu Rektor bidang Akademik, menyelenggarakan workshop pengisian borang akreditasi yang dihadiri oleh Ketua dan Sekretaris Jurusan yang berada di lingkungan UIN Sunan Gunung Djati beserta Pembantu Dekan I dan II, pada Kamis (03/05/2012) di Aula Senat Al-Jami’ah Lantai 2 Gedung Rektorat UIN SGD Bandung. Kedua Jurusan tersebut adalah Prodi Pendidikan Matematika dan Jurusan Manajemen Dakwah.

Workshop pengisian borang tersebut menghadirkan pembicara Prof. Dr. Suwito yang dipandu oleh Dr. Haerul, salah satu ketua bidang pada Pusat Penjaminan Mutu serta di damping oleh Pembantu Rektor I, Prof. Dr. Afifudin, MM.

“Tidak usah banyak uraian bertele-tele yang penting referensinya jelas,”tegas Suwito.

“Point yang paling penting dalam dokumen akreditasi adalah kejelasan dari visi dan misi jurusan, harus jelas referensinya, kalo perlu gunakan catatan kaki,”imbuhnya.

Menurut pria humoris tersebut, yang paling penting untuk menunjukan realitas dari dokumen akreditasi adalah keharusan ketersediaannya data-data, nama orang, serta angka-angka agar tidak menjadi masalah saat asesor yang mendampingi UIN faham terhadap permasalahan.”Dalam penyajian harus banyak menyajikan grafik, flowchart, jangan seperti ini, kosong, namanya ini pamer kemiskinan bukan tawadhu,”kelakar Suwito sambil menunjuk ruangan, yang diikuti oleh tawa hadirin.

Menjawab pertanyaan tentang perlu tidaknya sebuah deskripsi dalam tabel, ia mengatakan,”Setelah tabel boleh dibuat deskripsi, tapi harus sesuai dengan permintaan BAN PT, ditambah uraian yang bermanfaat khususnya bagi asesor,”jawabnya.

Ia juga menyatakan bahwa suatu tabel tidak mesti menggunakan kotak-kota saja, karena tidak terlalu prinsip, namun juga jika ingin menggunakan tidak menjadi masalah.

Uus Ruswandi, salah seorang peserta mengungkapkan permasalahan-permasalahan yang dihadapi saat visitasi misalnya ada asesor yang meminta tambahan kurikulum, namun berbeda ketika visitasi, termasuk juga ada asesor yang selalu membandingkan dengan perguruan tinggi umum atau pun perbedaan pandangan antara asesor muda dan asesor senior.

Ia menanggapi permasalahan yang berkembang berkaitan dengan masalah tersebut yaitu bahwa pada dasarnya ada wilayah-wilayah yang relative dan ada wilayah yang absolut. Hal tersebut dikarenakan ada pengetahuan yang berbeda antara asesor. Oleh karena itu menghadapi asesor seperti itu cukup dengan menunjukan data yang sesuai dengan fakta.

“Namun inti dari semua itu, temen-temen harus membuat dokumen akreditasi sebaik mungkin,”pungkasnya.***[dudi]

WhatsApp
Facebook
Telegram
Print
Twitter