Sudah Semester berapa sekarang? Sebentar lagi, sekarang lagi nyusun. Kapan lulus? Tanya banyak orang pada kita, ketika sedang bermain petak umpet dengan para dosen pembimbing skripsi. Kapan wisuda? Tanya banyak orang ketika tahu kita sudah lulus sidang skripsi yang menegangkan itu.

Gerombolan pertanyaan yang sering kali muncul untuk membidik mahasiswa akhir sang calon sarjana. Tidak berhenti setelah berhasil mengutak-atik kata demi merangkai tugas akhir yang menjadi syarat mutlak kelulusan demi mendapatkan selembaran berharga. Lembar ijazah, transkrip nilai serta foto copian lainnya. Perjuangan juga tidak berhenti setelah puas main petak umpet dengan pembimbing skripsi. Mondar-mandir tempat penelitian dan mendadak rajin ke perpustakaan. Malam-malam biasanya tanpa beban berubah drastis. Lembaran demi lembaran harus diselesaikan sesuai harapan bersama. Penulis, pembimbing dan aturan teknis.

Pertangungjawaban akan hasil kerja keras menuangkan kemampuan dalam menulis karya ilmiah yang bernama TA atau skripsi dinyatakan dalam suatu sidang. Sikap, mental dan ketenangan dalam menjawab sangat menentukan pencapaian nilai idaman. Berhasil atau tidak dalam tahap ini, menjadi syarat untuk mendaftarkan diri sebagai wisudawan atau wisudawati.

Wisuda adalah hari dimana mahasiswa resmi dinyatakan lulus dan berhak mendapatkan gelar berdasarkan keilmuan masing-masing. Para petinggi universitas dengan bersemangat hadir dalam acara yang sangat berkesan ini. Mereka adalah Rektor, para pembantunya dan sejumlah tamu undangan. Calon sarjana duduk rapi memenuhi ruangan. Orang tua atau wali yang selama ini memberikan dukungan moral maupun materil dari kampung halaman, tak ketinggalan datang untuk menyaksikan hari bersejarah bagi buah hatinya yang sebentar lagi akan menjadi sarjana. Sarjana bro.

Satu per satu nama calon sarjana dipanggil ke atas panggung untuk menghadap sang Rektor yang selama ini memimpin universitas tempat selama ini mereka bernaung.

Mungkin kebanyakan dari calon sarjana untuk pertama kalinya bertemu langsung, bersalaman dengan rektor bahkan ada yang baru tahu wajah asli sang rektor, yang selama ini hanya dapat dilihat di spanduk-spanduk atau media lainnya. Tali toga yang semula di sebelah kiri akan dipindahkan ke sebelah kanan oleh rektor. Kebiasaan yang hampir tak pernah hilang dari setiap prosesi wisuda manapun. Pertanda bahwa teori yang sudah numpuk banyak di memori mahasiswa agar segera diimplementasikan di dunia nyata. Mengamalkan dan mengembangkannya di kehidupan nyata.

Proses kreatif, inovasi dan proaktif adalah modal besar yang mutlak dimiliki para sarjana berhasil di dunia nyata. Tidak hanya satu orang, sepuluh orang, seratus orang bahkan ribuan sarjana dalam setiap tahunnya. Tidak hanya satu kampus, dua kampus yang meluluskan mahasiswanya. Bahkan tidak satu kota saja yang melantik sarjana-sarjana baru. Betapa persaingan untuk mendapatkan pekerjaan sangat kompetitif dan berapa liter lagi keringat yang harus keluar demi mencari kerja.

Sekumpulan teori hanya sekedar menjadi landasan dalam melangkah. Oleh karena itu, wisuda bukanlah seremoni kebahagiaan semata melainkan gerbang liar nan luas,  mau dibawa kemana masa depan yang sebenarnya.

Tak lupa mengucapkan terima kasih banyak kepada para pengajar, dosen-dosen, pegawai tata usaha yang ikhlas mengabdikan diri demi regenarasi calon pemimpin bangsa masa depan. Kepada orang tua kita yang ikhlas menerima semua keluhan kita selama mengenyam bangku kuliah serta jasa-jasa potocopy, warnet, kontrakan, tukang nasgor dan lain sebagainya.

Semoga para wisudawan dan wisudawati angkatan 58 UIN Bandung dapat menjadi penerus bangsa sukses di bidang masing-masing. Rahim UIN Bandung sangat merindukan kalian, anda, dan kita semua.

Agar ketika proses wisuda selesai, hari dimana kita diwisuda semakin mendekati sore, malam dan hari-hari berikutnya, kita tidak termasuk mereka yang disindir oleh musisi senior Iwan Fals.

 

Engkau sarjana muda

Resah mencari kerja

Tak berguna ijasahmu

Empat tahun lamanya

Bergelut dengan buku

 

Sia-sia semuanya

Setengah putus asa dia berucap

“maaf ibu…”

 

M. Rodhi Aulia, Mahasiswa UIN SGD Bandung Jurusan Administrasi Negara angkatan 2009.

WhatsApp
Facebook
Telegram
Print
Twitter

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *