Wakil Rekor IV Bidang Kerjasama UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Hj. Ulfiah menyatakan, konflik dalam keluarga bisa terjadi karena kondisi saat ini banyak yang di PHK maupun dirumahkan.
Risiko pergesekan dengan keluarga lebih tinggi di saat-saat sulit seperti saat ini. Demikian pula ASN maupun pekerja yang bekerja dari rumah bisa jadi terasa berbeda baik dari kualitas materi maupun penghasilan lainnya.
“Saya sering mendapat pertanyaan bagaimana mengatasi keadaan keluarga agar tidak mudah stres karena adanya pandemi Covid-19?” kata Ilmiah saat dihubungi, Rabu 6 Mei 2020.
Pertanyaan lain bagaiamana menyikapi konflik antara orang tua dan anak akibat isolasi sosial dan penurunan ekonomi karena dampak Covid-19.
“Apa kiat-kiat khusus yang dapat dilakukan pasangan, yang mempunyai level berbeda dalam memeneg stres dan permasalahan yang timbul selama karantina?” ucapnya.
Ulfiah menjelaskan psikologi individu itu berbeda. “Suami istri dari jenis kelaminnya saja sudah kita sama-sama tahu kan? Laki-laki dan perempuan pastinya beda.
Bukan hanya dari jenis kelaminnya saja, namun dari kepribadiannya juga berbeda. Hal ini bisa dari faktor pendidikan, ekonomi, pengasuhan ortangtuanya dulu, kultur bahkan status sosialnya,” katanya.
Berusaha menerima dan memahami akan perbedaan itulah yang menjadi langkah awal agar komunikasi tetap terbangun dan hubungan antar sumi istri tetap terjaga.
“Intinya jangan memaksakan kehendak kita kepada orang lain yang tidak mampu memilikinya. Demikian kepada suami atau istri atau pun calon suami atau istri,” sambungnya.
Hasil riset yang pernah Ulfiah lakukan menunjukkan konflik dalam keluarga bisa terjadi karena kondisi saat ini banyak yang di PHK dan dirumahkan bagi karyawan swasta.
“Yang ASN pun mungkin terasa. Karena kerja offline dan online atau WFH bisa jadi terasa berbeda baik dari kualitas materi maupun penghasilan lainnya.
“Intinya jangan memaksakan kehendak kita kepada orang lain yang tidak mampu memilikinya. Demikian kepada suami atau istri atau pun calon suami atau istri,” sambungnya.
Hasil riset yang pernah Ulfiah lakukan menunjukkan konflik dalam keluarga bisa terjadi karena kondisi saat ini banyak yang di PHK dan dirumahkan bagi karyawan swasta.
“Yang ASN pun mungkin terasa. Karena kerja offline dan online atau WFH bisa jadi terasa berbeda baik dari kualitas materi maupun penghasilan lainnya.
“Ambil hikmah dari semua ini. Mungkin dulu kita hanya berapa jam di rumah, dan mungkin dulu sebelum Covid-19, baca Alquran hanya sebentar, tapi sekarang bisa lama,” katanya.
Soal stres saat pandemi ini, Ulfiah mengatakan, biasanya stress terjadi karena kondisi fisik kita yang lelah, dan kerjaan domestik hanya dilakukan oleh istri.
“Kini bisa bagi-bagi tugas lah. Suami bisa nyapu dan ngepel saat istrinya memasak di dapur,” ungkapnya.***
Sumber, Pikiran Rakyat, 6 Mei 2020, 10:25 WIB