Ash-Shaff Bangun Generasi Berjiwa Qur’ani

[uinsgd.ac.id] Tenang dan damai. Itulah kesan yang terasa menghujam ke dalam hati. Di setiap sudut ruangan, terdengar gema Al-Qur’an yang dibaca dengan metode “Tahsin”. Merdu sekali. Tampak beberapa ikhwan dan akhwat menikmati baris demi baris kalam-Nya yang tersaji rapi dalam mushaf Utsmani. Khusyu’ dan menyejukkan setiap insan yang mendengar.Begitulah suasana yang tercipta di dalam sepetak rumah, sejak mentari mulai mucul hingga ia kembali ke peraduan. Itulah yang terjadi di Ash-Shaff Education. Sebuah LSM yang mengajak seluruh elemen masyarakat untuk menjadi bagian dari pelaku-pelaku kebaikan dalam membebaskan kaum muslim dari kebutaan Al-Qur’an. Lembaga yang kini berpusat di Komplek Taruna Parahyangan, Jl. Taruna no 39 A, RW 02, Bandung ini sudah 3 tahun membuka bimbingan belajar “Tahsin dan Tahfidz Al-Qur’an” gratis. Sesuai Akta Notaris No. 15 tanggal 4 Juni 2008, Ash-Shaff bergerak dalam lingkup pendidikan Al-Qur’an, sosial, dan dakwah.Usia Ash-Shaff masih tergolong balita (bawah lima tahun), namun tidak kurang dari 1000 tuna netra Al Qur’an berhasil diberantasnya.  “Lebih dari 100 peserta tiap rekrutmen per tiga bulan sekali, jadi bisa dihitung berapa banyak peserta sampai tiga tahun ini,” ungkap Akh Ayang, pengajar Ash-Shaff yang tampak ramah menyambut kedatangan calon peserta baru untuk registrasi.Setelah menamatkan proses belajar Tahsin dan Tahfidz selama 6 bulan, peserta tidak serta merta dilepas begitu saja. Ash-Shaff menawarkan pilihan menjadi tenaga pengajar atau staff tetap di sana, tentu dengan catatan bagi mereka yang berkompeten untuk memajukan. Setidaknya, berbekal 4 metode Tahsin yang telah dikuasai, diharapkan peserta mampu berbagi dengan orang terdekat mereka untuk mengulas kembali dan turut membebaskan kebutaan Al Qur’an sebagai salah satu bentuk pengamalan generasi berjiwa Qur’ani.Beasiswa Pembinaan Tahsin“Dari sekian banyak orang Indonesia yang beragama Islam, berapa orang yang shalat? Dari yang shalat, berapa yang membaca Al-Qur’an? Dari yang membaca Al-Qur’an, berapa yang membaca artinya? Dari yang membaca artinya, berapa yang paham? Dari yang paham, berapa yang mengamalkan?” Sederet kalimat refleksi yang acap kali kita dengar di sela pengajian itu, agaknya menarik hati Ustad Dani, penggagas Ash-Shaff untuk turut berkiprah memperbaikinya, khususnya terkait pendidikan Al-Qur’an. Di lapangan fakta berbicara, tidak sedikit orang Islam, terlebih generasi modern saat ini, yang masih buta Al-Qur’an, bahkan enggan mengenal apalagi menyelami dan mengamalkan Al-Qur’an. Hal ini dapat tampak dari minimnya pengamalan Al-Qur’an sebagai pedoman dan petunjuk sejati dalam setiap derap kehidupan sehari-sehari.  Berangkat dari keprihatinan itulah, Ustad Dani dan karibnya merapatkan barisan, mendirikan sebuah lembaga berbasis Al-Qur’an yang bisa diikuti anak-anak, remaja, dewasa, juga orang tua tanpa biaya sepeser pun. Inilah program Beasiswa Al-Qur’an dalam bentuk pembinaan “Tahsin dan Tahfidz Al-Qur’an” selama 6 bulan. “Beasiswa ini memang bukan berupa uang tunai, kami memberikan dalam bentuk pembelajaran Al-Qur’an secara gratis,” jelas Akh Ayan, alumni Prodi Ilmu Komunikasi Jurnalistik UIN Sunan Gunung Djati Bandung angkatan 2003, yang juga ikut mendirikan lembaga ini, saat berbincang, baru-baru ini. Jika pembelajaran ini diberikan secara cuma-cuma, lalu dari mana dana operasional lembaga? ‘Paguyuban Donatur’ adalah jawabannya. Paguyuban Donatur “Ash-Shaff Education” menggagas Program Pendidikan, Da’wah, dan Sosial bertajuk “Semua Bisa dari Shodaqoh” yang telah memberantas ribuan tuna aksara Al-Qur’an sejak 3 tahun silam. Donasi dalam bentuk uang tunai dan penitipan kencleng (kotak tabungan) ini menjadi modal utama untuk mengoperasikan beasiswa Al-Qur’an. Program pendidikan gratis ini dibuka setiap 3 bulan sekali atau menjelang pembelajaran tahsin 1 usai. “Setiap peserta yang mengikuti bimbingan tahsin ini akan diberi sebuah kencleng. Ia boleh memberi shodaqoh seikhlasnya, baik dari pribadi maupun diisi oleh shodaqoh orang lain. Nanti setiap bulan dikumpulkan dan kami mengelolanya untuk segala biaya operasional Ash-Shaff itu sendiri,”  lanjut Ayang, lajang Jatinangor yang kini menjadi tenaga pengajar di beberapa sekolah, selain di Ash-Shaff. Jadi secara tidak langsung, mereka yang belajar di sini juga menjadi donatur, karena uang itu digunakan semaksimal mungkin untuk kemaslahatan bersama. Selain dari peserta, donatur yang tidak melembaga (baca: perorangan) ini juga berasal dari kalangan masyarakat umum yang diterima via rekening. Berkat tangan-tangan dermawan itulah, beasiswa Al-Qur’an ini berjalan. Paguyuban Donatur juga membuka program Dompet Peduli Da’i, menyentuh ranah pengembangan dakwah. Donasi disalurkan untuk da’i dan da’iyah di berbagai daerah sebagai dana subsidi atau diberikan dalam bentuk pembinaan dan pelatihan. Sedang bidang sosial, Ash-Shaff lewat Paguyuban Donatur ini menggalakan program “Tebar Al-Qur’an”, yang memberikan sarana penyediaan Al-Qur’an untuk masyarakat atau kalangan majlis taklim yang terbatas dalam hal ini. “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkan sebagian harta yang kamu cintai..” (Q.S. Ali Imran: 92).  Selain bergerak dalam pendidikan Al-Qur’an, agaknya nilai islami yang terkandung dalam perintah shodaqoh di  atas, benar-benar diterapkan Ash-Shaff. [Damae Wardani/Bandung.Oke.Com]

WhatsApp
Facebook
Telegram
Print
Twitter

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *