Diantara sekian banyak ibadah yang Allah perintahkan baik dalam al-Quran maupun al sunnah adalah syariat tentang Ibadah umrah. Ibadah umrah, bukan jalan-jalan biasa tetapi ibadah suci, ibadah luar biasa yang mesti disiapakan sebagaimana mestinya.
Kesiapan dalam ibadah umrah bukan saja terletak pada aspek material (fisik dan materi), melainkan juga kesiapan mental spiritual. Kesiapan tersebut sebagaiman tercermin dalam tiga kesucian, antara lain : suci hati dengan meluruskan niat (hanya karena Allah Swt), suci jiwa dengan taubat, dan suci harta dengan zakat infaq dan shadaqah. Umrah juga mengunjungi kota suci Mekah dan Madinah. Madinah. Dan yang paling penting, umrah adalah memenuhi panggilan Allah yang Maha Suci.
Kota suci yang menjadi pusat prosesi ibadah umrah adalah Mekah. Di dalamnya terdapat Ka’bah, yang secara jelas dan tegas dinyatakan dalam Al Qur’an sebagai kota yang diberkahi, “Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadah) manusia, ialah Baitullah yang di Mekah yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia” (QS. Ali ‘Imran : ayat: 96).
Maka mengunjungi atau ziyarah ke kota yang diberkahi adalah sebuah pengalaman ruhani luar biasa yang dapat menguatkan iman dan meningkatkan kedekatan kepada Allah. Kata suci dalam semua ibadah menjadi salah satu kunci yang harus diperhatikan oleh setiap jamaah, terutama ibadah umrah yang disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain :
Pertama, Faktor Niat. Keberhasilan dan kemabruran ibadah umrah, sangat ditentukan oleh faktor niat. Hendaknya benar-benar meniatkan perjalanan umrah untuk ibadah kepada Allah. Niatkan dengan ikhlas hanya karena Allah semata, memenuhi panggilan Allah, perjalanandengan totalitas ibadah, bertamu ke baitullah, berziarah ke makam Nabi, mengikuti sunnah Nabi Saw. Dengan niat yang lurus, akan berdampak positif kepada kesungguhan dalam menjalani semua prosesi ibadah sejak berangkat ke tanah suci hingga kembali ke tanah air sendiri. Allah berfirman: “Dan sempurnakanlah ibadah haji dan `umrah karena Allah” (QS. Al Baqarah : 196).
Kedua, Faktor Ilmu (Manasaik). kemabruran ibadah umrah, juga ditentukan oleh faktor ilmu. Hendaknya berbekal ilmu yang memadai tentang fiqih umrah, sehingga mengetahui mana yang Rukun,, Wajib dan Sunnah untuk dilaksanakan selama di tanah suci. Mana yang benar-benar menjadi tuntunan sunnah Nabi Saw dalam umrah, dan mana yang bukan sunnah Nabi Saw. Tanpa berbekal ilmu, semua ibadah akan sia-sia dihadapan Allah Swt. Sebagai contoh : di Ka’bah kita menyaksikan banyak orang menempel ke dinding Ka’bah, memegang dan mengusap-usap kain penutup Ka’bah, sampai berebut dan berlama-lama melakukan hal tersebut. Demikian pula banyak orang yang berjubel di sekitar maqam Ibrahim, memegang dan mengusap-usap maqam Ibrahim. Padahal tidak ada tuntunan dari sunnah Nabi Saw untuk melakukan hal-hal seperti itu. Di sinilah pentingnya ilmu manasik umrah sebagai bentuk pembekalan yang memadai, baik sebelum berangkat, selama di tanah suci, maupun saat akan kembali ke tanah air. Pada saat pembekalan inilah, diharapkan jama’ah memahami dengan detail apa yang akan dilaksanakan selama menjalankan ibadah umrah di tanah suci nanti. Hal ini akan menghindari kebingungan, juga menghindari kesalahan serta penyimpangan dalam pelaksanaannya.
Ketiga Faktor Pembimbing. Ibadah umrah bagi umat Islam Indonesia bukan saja suci tapi juga sangat istimewa, bukan saja karena harus mengeluarkan dana dalam jumlah yang tidak sedikit, juga karena lokasi ibadah yang di Mekah. Dengan lokasi umrah di Mekah, artinya ada kendala bahasa dan kendala teknis lainnya, yang cukup menyulitkan bagi jama’ah umrah —khususnya mereka yang sudah berusia lanjut. Maka faktor pembimbing umrah menjadi sangat penting untuk menunjang kelancaran ibadah umrah. Fungsi pembimbing bukan hanya menuntun prosesi ibadah umrah, namun juga untuk melakukan komunikasi yang diperlukan jama’ah dengan berbagai pihak selama berada di tanah suci. Ketulusan dan kesungguhan pembimbing menjadi hal yang sangat mutlak diperlukan untuk menunaikan ibadah sesuai tuntunan sunnah. Pembimbing adalah motivator, yang terus menerus memotivasi jama’ah agar tertib dan semangat melakukan ibadah selama di Mekah maupun Madinah. Pelayanan prima yang diterapkan Qiblat Tour menjadi modal utama dalam melayani para calon tamu Allah dalam meraih ridha-Nya.
Jika melaksanakan umrah dengan bersungguh-sungguh karena Allah, memperbanyak ibadah selama di tanah suci, menghindari hal-hal yang merusak nilai ibadah, maka saat kembali pulang ke tanah air akan mendapatkan kesucian diri. Nabi Saw bersabda, “Ikutkanlah umrah kepada haji, karena keduanya menghilangkan kemiskinan dan dosa-dosa, sebagaimana pembakaran menghilangkan karat pada besi, emas dan perak” (HR. An Nasa’i nomer 2631, At Tirmidzi nomer 810, Imam Ahmad nomer 1 / 387. Syaikh Albani menyatakan hadits hasan sahih). Semoga.
Aden Rosadi, Pembimbing Haji dan Umrah Qiblat Tour dan Dosen FSH UIN SGD Bandung
Sumber, Pikiran Rakyat 17 September 2019