UINSGD.AC.ID (Humas) — Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung kembali menjadi tuan rumah diskusi Madrasah Malam Raboan (MMR), kali ini mengusung tema “Stabilitas Keamanan Pasca-Pemilu” Rabu (11/12/2024).
Acara yang berlangsung secara interaktif ini menghadirkan sejumlah akademisi, mahasiswa, dan tokoh penting, dengan jumlah peserta mencapai 35 orang.
Diskusi dimulai pukul 16.00 WIB dengan sesi pembukaan yang dipandu oleh Prof. Taufiq Rahman, yang akrab disapa Prof. Meneer. Dalam sesi ini, Prof. Ahmad Sarbini, Direktur Pascasarjana UIN Bandung, dan Prof. Ajid Thohir, Wakil Direktur 1, turut memberikan sambutan hangat. Setelah perkenalan, acara dilanjutkan oleh Prof. Yusuf Wibisono sebagai moderator.
Sebelum masuk ke paparan utama, Prof. Yusuf memperkenalkan Prof. Asep Saeful Muhtadi (Guru Besar Ilmu Komunikasi UIN Bandung) sebagai pembanding dan Prof. Muradi (Guru Besar Ilmu Politik dan Keamanan Universitas Pajajaran) sebagai pemateri utama.
Stabilitas Keamanan di Tengah Polarisasi Pasca-Pemilu
Prof. Muradi mengupas tuntas dinamika keamanan nasional pasca-Pemilu, menyoroti pentingnya sinergi antara TNI dan Polri dalam menghadapi tantangan di lapangan. “Pasca-Pemilu selalu menjadi masa rawan konflik horizontal yang memerlukan penanganan profesional dan strategis,” tegasnya.
Konflik seringkali dipicu oleh polarisasi politik yang tajam, terutama di wilayah-wilayah dengan keterbelahan suara signifikan. TNI-Polri, menurut Prof. Muradi, memiliki peran sentral dalam memitigasi konflik melalui pendekatan persuasif yang humanis. “Pendekatan berbasis nilai-nilai lokal dan agama seringkali lebih efektif dalam membangun kepercayaan masyarakat terhadap institusi keamanan,” ujarnya dalam salah satu slide presentasinya.
Prof. Muradi menekankan pentingnya reformasi di tubuh TNI-Polri untuk mencegah penyalahgunaan wewenang. Ia mengutip filosofi Islam tentang akuntabilitas yang dapat menjadi landasan moral bagi setiap langkah kebijakan.
Refleksi Akademis terhadap Peran Institusi Keamanan
Sebagai pembanding, Prof. Asep Saeful Muhtadi memberikan sejumlah pandangan kritis terhadap materi yang disampaikan. “Saya sepakat bahwa reformasi internal itu penting, tetapi jangan lupa bahwa sinergi antara institusi keamanan dan masyarakat sipil harus lebih diperkuat,” katanya.
Peran agama sebagai elemen perekat sosial yang belum sepenuhnya dimanfaatkan oleh TNI-Polri. “Keberadaan nilai-nilai Islam, seperti musyawarah dan kasih sayang, sangat relevan dalam konteks Indonesia. TNI-Polri perlu lebih adaptif terhadap kearifan lokal ini,” tambah pria yang biasa disapa Prof. Samuh itu.
Namun, ia juga mengingatkan tantangan yang dihadapi oleh aparat keamanan, khususnya terkait persepsi publik. “Kepercayaan masyarakat terhadap institusi ini tidak bisa hanya dibangun melalui kekuatan fisik atau operasi keamanan, tetapi harus melalui pendekatan dialogis yang mencerminkan empati,” tuturnya.
Kolaborasi Multidisipliner untuk Stabilitas Nasional
Diskusi ini tidak hanya menyoroti peran TNI-Polri, tetapi juga menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor. Para peserta yang terdiri dari mahasiswa dan dosen UIN Bandung menambahkan dinamika diskusi dengan berbagai pertanyaan reflektif, mulai dari peran media sosial dalam mengelola narasi konflik hingga pentingnya pendidikan politik bagi masyarakat.
Prof. Yusuf Wibisono, selaku moderator, menyimpulkan bahwa diskusi ini telah membuka wawasan baru tentang strategi keamanan pasca-Pemilu, sekaligus menggarisbawahi pentingnya pendekatan berbasis nilai-nilai Islam dan lokal dalam menjaga stabilitas nasional. “Ke depan, kita membutuhkan strategi keamanan yang tidak hanya responsif, tetapi juga preventif, dengan menjadikan masyarakat sebagai mitra utama dalam membangun perdamaian,” tutup Prof. Yus.