UINSGD.AC.ID (Humas) — Menjadi sebuah keniscayaan bagi kita untuk senantiasa meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT dengan menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Atas dasar pentingnya hal ini, berwasiat untuk bertakwa menjadi salah satu rukun utama dalam setiap khutbah. Jika seorang khatib tidak menyampaikan wasiat takwa, maka khutbahnya menjadi tidak sah.
Selain itu, kita juga diwajibkan untuk senantiasa bersyukur atas segala nikmat yang Allah SWT berikan. Rasa syukur ini adalah bentuk pengakuan atas karunia yang tak terhingga, yang menjadi sebab Allah SWT terus menambahkan nikmat-Nya. Allah berfirman:
“Jika kalian menghitung nikmat Allah, niscaya kalian tidak akan mampu menghitungnya. Sungguh, Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An-Nahl: 18).
Jamaah Muslimin yang Dirahmati Allah SWT,
Dalam suasana memperingati Hari Pahlawan yang jatuh pada 10 November, khutbah kali ini mengangkat tema: *”Meneladani Spirit Ukhuwah Perjuangan Para Pahlawan.”*
Salah satu nikmat besar yang harus kita syukuri adalah nikmat kemerdekaan dan keamanan yang kita rasakan di tanah air Indonesia. Kemerdekaan ini tidak hadir begitu saja, melainkan merupakan hasil perjuangan dan pengorbanan para pahlawan yang rela mengorbankan jiwa dan raga demi membebaskan negeri ini dari penjajahan. Sebagai generasi penerus, tugas kita adalah meneladani semangat perjuangan mereka dengan mengisi kemerdekaan melalui hal-hal yang positif.
Jika dulu para pahlawan mengangkat senjata untuk melawan penjajah, maka tugas kita saat ini adalah melawan kebodohan, kemiskinan, dan ketertinggalan. Perjuangan modern tidak lagi berbentuk perang fisik, tetapi perjuangan untuk mencerdaskan bangsa, memperkokoh persatuan, dan menjaga keharmonisan dalam keberagaman.
Jamaah Muslimin yang Dimuliakan Allah,
Di era digital ini, kita dihadapkan pada tantangan baru berupa perang pemikiran (ghazwul fikri), khususnya di media sosial. Berbagai narasi provokatif yang bertujuan memecah belah bangsa sering muncul. Generasi muda perlu terus diedukasi untuk tidak mudah terprovokasi dan tetap memegang teguh nilai-nilai kebangsaan serta persatuan.
Keragaman bangsa Indonesia, baik dari sisi agama, budaya, maupun suku, adalah sunnatullah yang harus kita syukuri. Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam Al-Qur’an surat Al-Hujurat ayat 13:
“Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Teliti.”*
Jamaah yang Dirahmati Allah SWT,
Untuk mengisi kemerdekaan dengan baik, kita harus meneladani nilai-nilai perjuangan para pahlawan, seperti keteguhan dalam prinsip, keberanian, dan kesabaran. Keteguhan menjaga prinsip akan memperkuat kemerdekaan, keberanian menghadapi tantangan akan memelihara keamanan bangsa, dan kesabaran menjadi modal untuk mencapai kemajuan.
Dalam hal ini, konsep persatuan yang diajarkan oleh KH. Ahmad Shiddiq, yaitu Trilogi Ukhuwah, sangat relevan. Tiga bentuk ukhuwah ini adalah:
1. Ukhuwah Islamiyah (persaudaraan sesama umat Islam),
2. Ukhuwah Wathaniyah (persaudaraan dalam kebangsaan), dan
3. Ukhuwah Basyariyah (persaudaraan dalam kemanusiaan).
Ketiga bentuk ukhuwah ini perlu diterapkan untuk menjaga persatuan dan keharmonisan bangsa. Ukhuwah Islamiyah mengajarkan kita untuk saling mencintai sesama Muslim sebagaimana dicontohkan Rasulullah SAW. Ukhuwah Wathaniyah mengajarkan cinta tanah air sebagai bagian dari iman, sementara Ukhuwah Basyariyah menekankan pentingnya kasih sayang kepada seluruh umat manusia.
Jamaah Muslimin Rahimakumullah,
Meneladani spirit ukhuwah dan perjuangan para pahlawan adalah bentuk syukur atas nikmat kemerdekaan. Rasulullah SAW bersabda:
“Tidak bersyukur kepada Allah, orang yang tidak berterima kasih kepada manusia.”
Oleh karena itu, mari kita syukuri nikmat kemerdekaan ini dengan terus menjaga persatuan, menghindari perpecahan, dan mengisi kemerdekaan dengan karya-karya positif. Semoga kita semua dapat menjadi pahlawan di masa kini, yakni pahlawan yang menjaga dan mengisi kemerdekaan dengan penuh rasa syukur kepada Allah SWT.
“Nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?” (QS. Ar-Rahman: 13). Wallahu A’lam Bishawab.
A. Rusdiana, Guru Besar UIN Sunan Gunung Djati Bandung.