Menengok Perpustakaan Abdullah Ibn Abbas: Warisan Literasi Islam

Pintu Masuk Perpustakaan Abdullah ibn Abbas di Thaif / foto: media center haji

UINSGD.AC.ID (Humas) — Perpustakaan yang berdiri cukup megah ini dinisbahkan kepada nama Abdullah Ibn Abbas, salah satu sahabat Nabi saw, sekaligus sepupu Rasulullah. Lokasinya ada di Thaif, Saudi Arabia, satu kompleks dengan maqbarah Abdullah Ibn Abbas.

Tidak hanya berkaitan dengan sahabat Ibn Abbas, Kota Thaif dengan ketinggian mencapai 1600 di atas permukaan laut ini ini banyak berkaitan pula dengan sisi historis dari Nabi Muhammad saw. mulai dari hijrah Nabi hingga pertempuran pasca perang Hunain. Wajar jika di kota ini juga terdapat beberapa peninggalan sejarah, antara lain: Masjid Addas dan Masjid Ku’ (ku’un) yang dalam riwayatnya terkait dengan peristiwa Hijrah Nabi ke Thaif.

Ibn Abbad dimakamkan di Thaif, di dekat Masjid yang dinamai sesuai namanya, yang dibangun pada tahun 592 H. Ia memilih Thaif sebagai tempat persemayamannya karena tidak ingin dimakamkan di Madinah atau Mekkah, yang dianggapnya kota suci hanya untuk orang-orang suci. Ibn Abbas wafat pada tahun 68 H dan makamnya terletak di samping tempat shalat wanita di Masjid Ibn Abbas. Makam ini menjadi salah satu tujuan ziarah bagi jamaah haji dan umrah yang berkunjung ke kota Thaif.

Perpustakaan ini dibangun pada tahun 1291 H oleh penguasa Hijaz, Muhamad Rasyid Pasya al-Syirwani. Mesjid dan perpustakaan ini dibangun sebagai bangunan untuk “memorial” terhadap pengabdian dan kiprah Ibn Abbas terhadap masyarakat Muslim, khususnya di Thaif. Sejak 1217 H, perpustakaan ini memiliki lebih dari 10.000 judul buku hasil dari wakaf pemerintah dan masyarakat, termasuk 30 jilid Shahih Bukhari (berbagai versi cetak).

Perpustakaan ini memiliki luas sekitar 100 meter persegi, serta menyimpan koleksi beragam, termasuk prasasti dan ribuan kitab klasik serta kontemporer. Sebelum adanya perpustakaan, tradisi mewakafkan kitab ke masjid telah ada sejak abad ke-7 hingga ke-10 Hijriyah. Pada tahun 1346 H, perpustakaan ini bergabung dengan Perpustakaan Haram Al-Makky, dan baru dibuka kembali pada tahun 1384H oleh Raja Faishal bin Abdul Aziz, Syekh Hasan, Raja Saudi Arabia.

Ibn Abbas dan Kiprah dalam Peningkatan Literasi Islam

Tidak salah apabila Perpustakaan ini dinisbahkan kepada Abdullah ibn Abbas. Satu sisi, beliau memiliki kekerabatan dengan Rasulullâh karena merupakan sepupu Nabi Muhammad SAW, namun ia dikenal pula sebagai salah satu sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadits. Ia meriwayatkan lebih dari 1.600 hadits, menempati urutan kelima terbanyak setelah Sayyidatuna Aisyah. Selain itu, ia juga dikenal dengan banyak julukan seperti Hibrul Ummah (pemimpin umat), Faqihul Ashr (orang yang paling pandai memahami agama di masanya), Imam Tafsir (ahli tafsir), dan al-Bahr (lautan karena luasnya ilmu).

Abdullah ibn Abbas dikenal sebagai “pemuda yang matang” karena kedalaman ilmu dan kebijaksanaannya di usia muda. Ia sering kali menunjukkan sikap dewasa dengan ketenangan dan kata-kata hikmah, sehingga Umar bin Khattab menjadikannya sebagai penasihat dalam urusan penting. Ibnu Abbas memiliki lisan yang gemar bertanya dan hati yang cerdas, selalu mencari ilmu dengan tekun, bahkan mendatangi sahabat Nabi untuk belajar. Usahanya dalam menuntut ilmu dan keinginannya untuk memahami ajaran Islam menjadikannya sosok yang dihormati di kalangan sahabat.

Dalam upaya meningkatkan literasi Islam, Abdullah ibn Abbas memiliki peran penting sebagai berikut. Pertama, menjadi Rujukan Utama Ilmu Agama. Sebagai salah satu sahabat terdekat Nabi yang memiliki pengetahuan luas, Abdullah ibn Abbas menjadi rujukan utama dalam ilmu agama Islam. Pendapatnya sering dilibatkan dalam memecahkan persoalan-persoalan penting negara.

Kedua, mengajarkan Ilmu di Masjid. Setelah wafatnya Nabi, Abdullah ibn Abbas tetap giat mengajarkan ilmu agama di masjid. Masjid yang dibangun pada tahun 592 H di dekat makamnya di Thaif menjadi saksi sejarah pengabdiannya dalam menyebarkan ilmu.

Abdullah ibn Abbas pernah menjadi penasihat Khalufah Umar bin Khattab karena kedalaman dan keluasan ilmunya meskipun masih muda. Sang Khalifah sering mengundangnya untuk bermusyawarah dalam urusan penting, mengakui bahwa Ibn Abbas memiliki pemahaman yang sangat baik dan mampu memberikan solusi dalam masalah yang kompleks. Khalifah Umar bahkan menyebutnya “pemuda yang dewasa” karena kebijaksanaan dan ketenangannya dalam berbicara.

Ibn Abbas, seorang sahabat Nabi yang dikenal sebagai salah satu mufassir terbesar, melakukan beberapa ijtihad dalam menafsirkan Al-Qur’an, antara lain. Pertama, Merujuk ke Syair Arab Kuno dan Percakapan Arab Badui. Jika makna suatu ayat tidak ditemukan dalam Al-Qur’an atau Hadits, Ibn Abbas berupaya merujuknya ke syair-syair Arab kuno atau percakapan Arab Badui yang fasih bahasanya. Misalnya, ia tidak mengetahui arti kata “fatir” dalam ayat “Fatir as-samawati wal-ard” (QS Fatir:1) hingga mendengar percakapan dua orang Arab Badui yang berselisih soal sumur, lalu salah satunya berkata “ana fatartuhā” (aku yang membuatnya). Kedua, Merujuk ke Ahli Kitab yang Masuk Islam. Ibn Abbas tidak segan merujuk penafsiran dari kalangan Ahli Kitab yang telah masuk Islam, baik dari Yahudi seperti Abdullah bin Salam maupun Nasrani seperti Ibnu Juraij. Namun, ia tetap berhati-hati dan selektif dalam menerima riwayat mereka.

Ijtihad Ibn Abbas dalam menafsirkan Al-Qur’an dengan merujuk ke syair Arab kuno, percakapan Arab Badui, dan Ahli Kitab yang masuk Islam memberikan inspirasi kepada kelompok mufassir bi al-Ra’yi untuk mengembangkan metode penafsiran rasional. Meskipun terbatas jumlahnya, ijtihad Ibn Abbas ini menjadi landasan bagi para ulama tafsir berikutnya dalam memahami makna Al-Qur’an secara komprehensif.

Ibn Abbas dikenal sebagai sosok yang gemar bertanya dan berpikir, yang membuatnya dihormati di kalangan sahabat. Oleh karena itu, peran Abdullah ibn Abbas yang sangat besar dalam menyebarkan ilmu agama Islam membuatnya dikenal dengan berbagai julukan kehormatan. Hingga kini, masjid dan makamnya di Thaif masih menjadi tempat ziarah bagi umat Muslim yang ingin mengenang jasa-jasanya.

Dadan Rusmana, Wakil Rektor I UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Citations:

[1] Membaca Kecendekiawanan Abdullah ibn Abbas: Catatan Kunjungan Masjid Ibn Abbas di Thaif 

[2] Jejak Abdullah Ibnu Abbas l perawi hadist sahih di Thaif 

[3] Jejak Abdullah Ibnu Abbas sang perawi hadist sahih di Thaif 

[4] Perpustakaan Abdullah Ibn Abbas Simpan Manuskrip Sejarah Islam Langka 

[5] [PDF] Ibrah Kehidupan – P3I UMSurabaya 

[6] Menengok Koleksi Perpustakaan Abdullah Ibn Abbas di Thaif 

[7] Kisah Masjid dan Doa Rasulullah untuk Ibnu Abbas 

[8] Makam Si Pemuda Tua di Thaif – Malang Posco Media 

WhatsApp
Facebook
Telegram
Print
Twitter

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *