UINSGD.AC.ID (Humas) — Sebanyak 115 peserta (siswa, guru SMP dan orangtua) mengikuti Smart Bangsaku, Bersatu Indonesiaku (Sehat Mental, Keluarga Cerdas dan Tangguh) yang digelar BNPT (Bandan Nasional Penanggulangan Terorisme) RI dan FKPT (Forum Kordinasi Pencegahan Terorisme) Jawa Barat di Nurul Aulia Convention Center Cimahi Bandung.
Dengan menghadirkan tiga narasumber yang energik, menarik dan interaktif: Teuku Fauzansyah, Kepala Seksi Penelitian dan Evaluasi pada Subdirektorat Pemberdayaan Masyarakat, Direktorat Pencegahan BNPT RI; Dr. Dina Yuliati, dosen Hubungan Internasional Universitas Padjajaran; Hasni Furaida, S.Psi, guru BK Yayasan Nurul Aulia Cimahi yang dipandu oleh Dr. Neng Hannah, M.Ag, Ketua Bidang Perempuan dan Anak FKPT Jawa Barat, dosen Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
Dalam pemaparannya, Teuku Fauzansyah, membahas tentang bahaya terorisme dan pencegahannya di kalangan perempuan dan anak. Mengawali dengan sebuah kuis, peserta mendapatkan inside bahwa ciri-ciri teroris bukan dilihat dari penampilan. Justru terdapat 5 ciri yang harus diwaspadai: Pertama, Anti Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, NKRI; Kedua, Klaim kebenaran atau mudah mengkafirkan; Ketiga, Anti pemimpin atau pemerintah yang sah; Keempat, Eksklusif dan penuh kebencian serta intoleran kepada yang lain; Kelima, Anti seni budaya dan kearifan lokal.
“Kegiatan smart bangsaku merupakan salah satu strategi pencegahan terorisme yang dilakukan BNPT RI bersama mitra yang ada di tiap provinsi yaitu FKPT Jabar,” tegasnya, Sabtu (3/8/2024).
Dina Yuliati, narasumber kedua fokus menyampaian materi bagaimana menjadi generasi Smart. Dengan gaya interaktif membuat peserta terutama para siswa SMP asyik menyimak.
Menurutnya generasi smart hadir karena orang tua hadir dalam perkembangan nalar, sikap dan gerak anak. Hal yang sangat penting yang menjadi tantangan para orang tua saat ini adalah bagaimana menghadapi adiksi gawai penyebab gangguan jiwa. “Agar anak Tangguh digital, maka 3S perlu dilakukan. Screen time atau batasi waktu penggunaan gawai, screen break waktunya untuk berhenti dan screen zone untuk membatasi tempat penggunaan gawai,” jelasnya.
Dalam konteks sekolah, cara yang dilakukan oleh Hasni Furaida, dengan memandu para siswa untuk membuat surat kepada para orang tua guna membentuk bonding yang kuat. “Ini menjadi dasar ketahanan keluarga karena saat ketahanan keluarga terbentuk makan akan memiliki daya tangkal terhadap hal negatif, termasuk paham radikal terorisme,” ujarnya.
Melalui kegiatan ini Neng Hannah, berharap bisa membekali dan memotivasi kaum hawa untuk menjadi perempuan smart dan terus menginspirasi lingkungan sosial melalui aktivitas positif yang konsisten dan kritis. “Juga bisa membekali dan memotivasi anak menjadi anak smart dan tangguh dalam aktivitas positif di lingkungan sekitar rumah, sekolah, tempat bermain, beribadah,” pungkasnya.
Upaya pencegahan paham radikal sejak dini di lingkungan Jawa Barat ini dihadiri undangan Kesbangpol dan Kemenag Kota Cimahi.